Special Chapt. ViaSyah0393 yang sabar nungguin. :-)
***Luca's POV
Aku tergelak dan terbatuk secara bersamaan. Aku beringsut menyudut di ruang persegi panjang ini, dan makin menjadi samsak tinjunya. Detik kemudian tubuhku merosot jatuh, dan untuk terakhir kali aku dapati dua-tiga tendangan di perutku.
Aku mendongak, menalar rasa sakit, menahan darah yang mengalir dari lubang hidungku, sekaligus menatapnya yang tampak belum puas jika tidak melihatku mati detik ini.
Pelupuk mataku terpejam rapat, sebelum kini terbelalak. Suara jeritan menyeruak memekakkan telinga. Ku dapati empat mungkin enam wanita memasang wajah ketakutan mereka setelah pintu elevator terbuka.
"Kau cantik saat tidak memakai kerudung." Aku mengatakannya dengan sangat spontan dan aku tahu bahwa ini tidak benar, saat ku lihat matanya menatapku lekat dan tiada satu katapun darinya. "M-maksudku sekarangpun kau cantik. Selalu cantik."
Saat ku dapati Diana masih tak berkata di sampingku. Saat itulah aku mulai merutuki diriku sendiri.
"Mengenai kejadian di elevator itu..." ucap Diana, tiba-tiba, setelah diamnya.
Kami tidak saling tatap. Tampaknya ia lebih tertarik memusatkan pandangnnya secara penuh pada ombak Ibiza---yang selalu terlihat biasa olehku. Aku lebih tertarik melihatnya."Y-ya?" aku tersenyum.
"Aku berharap itu tidak pernah terjadi." Lanjutnya.
Dan aku berharap ia mau menatapku, juga menjelaskan apa yang ia maksudkan.
"Kau... menyesal menyelamatkanku?"
"Aku tidak menyelamatkanmu sama sekali, Luc. Baiklah aku tahu, kau pasti mengira bahwa itu hanya hal sepele yang.."
"Sepele, kau bilang? Tidak Diana, aku tahu seorang wanita muslim tidak akan melepas penutup kepalanya, aku tahu... Dan kau melakukannya... hanya untukku pada hari itu. Pasti saat itu adalah keputusan yang sulit bagimu, benarkan?"
Diana mengangguk. Ku lihat ia memejamkan matanya.
Aku bertaruh akan memberikan apapun yang ku punya untuk sekedar mendengar isi hatinya saat ini saja. Tapi tidak mampu. Hal yang sama seperti aku tak dapat menjangkau apa yang menjadi pusat ketakutannya.
"A-apakah pernah terlintas di benakmu untuk menikah dengan seorang pria dari luar negeri?" tanyaku, merasakan istilah 'harap-harap cemas' itu nyata adanya.
"Iya.."
Waktu itu ku rasakan pantai Ibiza lebih indah dari sebelum-sebelumnya. Desirnya lebih kuat dan menguatkan.
Saat aku membuka mata aku mendapati pemandangan yang sudah ku duga dan sudah pernah ku alami sebelumnya. Jadi ku putuskan untuk memejamkan mataku kembali.
"Hey, aku tahu kau sudah sadar! Buka matamu?!" sentak Vale yang selalu ku hapal suaranya.
Sudahkah terlambat jika aku pura-pura amnesia saja? Sayangnya aku tidak jago akting, apa lagi di depan Vale. Terakhir kali aku akting, aku nyaris ketahuan berpacaran dengan Alex Marquez olehnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/80077091-288-k989551.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITE. (Marc Marquez)
FanfictionCerita tentang cinta beda agama. Iremos a un Hotel (Kita pergi ke Hotel) Iremos a cenar (Kita pergi makan malam) Pero nunca iremos juntos al Altar (Tapi kita tidak bisa pergi ke Altar bersama) ©IGNITE. released... Marc Marquez Fanfiction All about m...