BAB 2 - Famous Boy

975 155 90
                                    

Disclimer : This story and fict is absolutely mine!

Don't forget for gimme vote or something comment! Happy Reading!

-----------------------------------------

"Adriell,"

"Hai, Kak Adriell."

"Oh jadi itu ya kakak kelas sebelas yang katanya cool banget itu- gue baru liat yaampun iya bener ya asli ganteng banget gitu."

"Hai, Driell.."

"Hai, kak."

"Pagi kakak ganteng,"

"Kak Adriell ternyata nggak kalah cakep sama Kak Seno ya!"

"Pagi Driell, makin ganteng aja."

Dan bla bla bla........

Adriell baru saja selesai memarkirkan motor besar kesayangannya, berjalan melewati ruang guru piket kemudian melewati anak tangga. Sapaan-sapaan lalu lalang dan senyuman-senyuman manis khususnya dari para murid perempuan entah yang seangkatan, diatasnya ataupun di bawahnya terus bersahutan.

Adriell ingin sekali terbahak, namun ia mencoba menghargai sapaan itu. Adriell bukan tipe cowok cuek dan terbiasa bersikap ramah dengan siapapun maka ia membalas sapaan-sapaan singkat itu meski hanya dengan senyuman. Dan hal itu selalu sukses membuat mereka para kaum perempuan semakin meleleh karena mendapati senyuman menawan dari sang pujaan.

Padahal ini sudah berjalan setahun setengah lebih setelah Adriell memutuskan mengikuti kemauan sang Mama untuk menjadi bagian dari murid di salah satu sekolah kejuruan Farmasi yang ada di Ibukota. Ternyata keadaan tidak jauh berbeda seperti pertama kali ia datang-penuh dengan sambutan antusias. Padahal ia bukan artis apalagi member boyband seperti yang sering di tonton Tami-kakak perempuannya di rumah sampai menjerit histeris.

"Oi, Driell!"

Adriell berbalik ketika sampai di anak tangga bawah, menemukan manusia narsis yang sudah akrab dengannya disana. Farrel. Laki-laki itu berjalan menuruni anak tangga menghampirinya.

"Baru dateng, Rel? tumbenan amat." Adriell melihat jam tangan hitamnya sekilas lalu menatap Farrel heran. Pasalnya jarum jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima puluh tujuh menit, yang berarti tiga menit lagi bel masuk berbunyi.

Dan masalahnya dengan Farrel adalah karena dia merupakan anggota osis yang terbiasa datang lebih awal. Selama Adriell sekolah disini, dalam kaca pengamatannya-ia lebih sering menemukan Farrel sudah bertengger manis dalam kelas. Tentunya, Farrel lebih dominan datang duluan dari pada Adriell, dan ini terus terjadi sampai sebelum sekarang ini Adriell melihat Farrel masih dengan tas gembloknya disini.

"Duh iya, gue nganter adek gue dulu tadi baru deh otw sekolah, mana tuh anak kayak putri keraton aja lagi gayanya. Taik! lama banget dia bikin gue hampir telat!" gerutu Farrel masih setengah gondok dengan kelakuan adiknya karena pagi-pagi sudah bikin hipertensi mendadak.

Adriell tampak geli melihatnya. Farrel termasuk murid yang rajin selain karena dia anggota osis kadang jam enam pagi saja Farrel sudah datang lalu dengan sukarela membantu Pak Mamat-penjaga sekolah disini sekaligus OB- untuk sekedar menyapu atau mengepel lantai.

Wkwkwk. Eh tidak! Ini hanya sebagian ekspektasi Adriell saja, lagi pula seorang Farrel Pratama menyapu lantai? Jakarta badai pasti.

"Elah lu, ikhlas dong!" Adriell meninju bahu Farrel pelan. "Pahala kali nganter adek sekolah, cuk." lalu kembali berjalan menuju ruang kelas. Farrel pun mengikuti.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang