BAB 14 - Shocked

187 12 1
                                    

Disclaimer : This story and fict is absolutely mine!

Happy Reading!
-------------------------------------------

Asha memasuki lobby rumah sakit yang terlihat tak begitu sepi, beberapa orang berkali-kali lalu lalang—mungkin keluarga dari pasien yang menjadi pasien rawat inap atau karena Senin cenderung lebih banyak pasien yang melakukan check up dan semacamnya setelah hari libur? Entahlah.

Perempuan itu melihat jam tangan sekilas, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh lewat lima. Rion sudah kembali beberapa menit lalu. Lelaki itu tak bicara lagi selepas Asha pamit, langsung memutar balik untuk pulang.

"Asha!" seruan seseorang menghentikan langkah Asha. Ia berbalik dan menemukan Yuli—anak kelas XI Farmasi III yang di kenalnya saat pembagian kelompok hari sabtu lalu. Perempuan berbadan agak gemuk itu mendekatinya dengan senyum sumringah.

"Hai, Yul." Sapa Asha mencoba ramah.

"Lo baru dateng? yang lain pada kumpul dimana?"

Asha mengangguk. "Iya baru aja sampe. Gue nggak tau sih, ini mau coba nanya ke resepsionis,"

"Barengan ya, Sha." Pinta Yuli dengan ekspresi lucu di wajahnya membuat Asha tersenyum lebar. Perempuan itu lalu mengangguk dan melangkah lebih dulu untuk mendatangi meja resepsionis.

Bu Hani bilang, mereka bisa bertemu di lobby untuk hari pertama PKL ini. Namun, sejak mencapai lobby Asha tak melihat anak-anak seumuran dengannya yang memakai seragam seperti seragamnya. Maka ia memutuskan untuk bertanya ke resepsionis sebelum Yuli memanggilnya. Beruntung ada Yuli yang baru datang juga, setidaknya ia tidak sendirian kalaupun terlambat.

"Eh—itu anak-anak." Yuli menghentikan langkah Asha yang berjalan lebih dulu di depannya lalu menoleh ke arah yang di tunjuk Yuli. "Udah banyak yang dateng ternyata, langsung ke sana aja, Sha."

Asha mengangguk, mengikuti langkah Yuli. Di salah satu ruang tunggu dekat Poli THT yang terlihat masih sepi ternyata teman-teman yang sekelompok dengannya sedang duduk disana. Bu Hani—selaku guru pembimbing kelompoknya sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya berseragam ungu.

Mungkin salah satu Apotekernya kali ya?

Asha bersama Yuli mendekati anak-anak dan di sambut senyum tanda welcome. Yuli langsung menghampiri Echa—teman sekelasnya dan duduk di sisi kiri perempuan itu.

Sementara Asha memilih kursi lain yang ada di deretan belakang—baris ketiga. Ia tidak mungkin mengikuti Yuli karena tak pernah mengenal Echa, seperti ia tak pernah mengenal teman-teman di kelompoknya. Well, selain Iqbal, Teguh dan Ratih. Itupun hanya sekedar kenal.

Tiga anak yang menjadi teman sekelasnya itu juga sudah berbaur dengan yang lain. Asha jelas tidak bisa melakukan hal yang sama karena ia bukan tipe orang yang mudah bergaul.

Maka ia memutuskan memilih kursi paling ujung di barisan yang hanya di duduki oleh dua anak laki-laki dari kelas lain.

Asha melirik Bu Hani yang masih terlibat pembicaraan entah apa itu. Kalau di pikir-pikir apa ia akan selalu seperti ini saat menjalani PKL selama dua bulan ke depan?

Tidak ada teman yang akrab dengannya. Rike di Apotek sementara Manda dan Neta di salah satu Rumah Sakit lain. Ia hanya khawatir bagaimana bisa ia menyelesaikan laporan PKLnya nanti?

"Eh itu Adriell—hah sama Vinia? Mereka balikan?"

"Kok bisa sih?"

"Ah, nggak setuju banget gue kalo dia beneran balikan sama tuh perempuan,"

"Nggak kali, palingan nggak sengaja ketemu di depan."

"Anjirrr—si Adriell waktu itu bilang di kelas nggak main sama mantan tapi barengan sama Vinia lagi?"

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang