BAB 4 - Matematika

496 125 61
                                        

Disclimer : This story and fict is absolutely mine!

Happy Reading!

----------------------------------------

Adriell mendengus saat memasuki rumah dirinya disambut dengan musik yang ia tahu berasal dari salah satu boyband negeri ginseng yang sering diplay oleh kakaknya. Ia melihat Tami duduk di sofa, matanya fokus pada laptop dengan jemari sibuk mengetik. Tapi disaat yang bersamaan perempuan yang lebih tua empat tahun darinya itu justru terlihat begitu menikmati musik. Terbukti dengan kepala Tami yang menggangguk-angguk serta bibirnya yang melakukan lipsink very well. Meski sesekali kening perempuan itu mengerut.

Adriell melangkah mendekati sound system yang ada di ruang keluarga, kemudian memutar volume hingga full tak ada suara. Sontak Tami menoleh, "apa-apaan sih, gedein suaranya!" perintahnya namun tak urung dijalankan Adriell.

"Ini tuh udah mau magrib, Tam. Lo parah banget sih nyetel lagu segede gitu!" kata Adriell sambil melepas tas punggungnya ke sofa. Laki-laki itu kemudian melempar pandangan ke sekeliling ruangan, bahkan setelah mengecilkan volume sound ia juga tak melihat atau mendengar tanda-tanda Lili-sang Mama ada di rumah. "Mentang-mentang Mama belum pulang lo seenaknya aja nyetel lagu nggak pake aturan. Liat-liat jam orang mah."

Tami menghela nafas sebelum meletakkan laptop di meja. "Iya sorry gue nggak tau kalo udah setengah enam lewat, gue kejar tayang nyelesain makalah besok nggak sempet liat jam jadinya."

"Nanda mana? ikut Mama?"

"Iya, tadi abis jemput Nanda sekalian Mama langsung ke Butik." Tami melirik jam besar yang menggantung di dinding, "abis magrib kayaknya Mama pulang."

Adriell hanya mengangguk mendengar informasi singkat dari Tami. Ia sudah tak asing lagi kalau pulang sekolah tak menemukan adik perempuannya yang imut itu di rumah. Sudah pasti Lili membawa serta Nanda ke Butik dengan alasan; kasihan Pak Rudi kalau harus bolak-balik anter jemput. Padahal itu memang sudah tugas seorang sopir pribadi.

"Yaudah gue ke atas dulu ya, Kak." Pamit anak laki-laki itu segera melangkah menuju kamarnya di lantai atas membawa serta tas miliknya.

Sementara Tami hanya menatap adik laki-lakinya itu dengan satu alis terangkat, "tumben pake embel-embel 'kak', sopannya lagi kumat ternyata." Gumamnya lalu beranjak untuk mematikan musik yang masih menyala tanpa suara.

Sesampainya di kamar, Adriell tak langsung melakukan ritual mandi sore. Ia melempar diri ke ranjang dengan posisi tengkurap. Rasanya nyaman sekali memang kalau sudah menyentuh benda empuk itu.

Adriell hampir saja terlelap saat getaran di saku celananya terasa. Laki-laki itu sedikit mengangkat tubuhnya agar bisa meraih ponselnya dari balik saku, lalu melihat notifikasi baru dari grup chat. Ia menekan tombol lock screen sebelum menggeser layar ponsel.

Chaerul : WOYYY

Chaerul : ADRIELL MANA ADRIELL

Farrel P : slow bos

Chaerul : tae tuh php bgt bocah

Chaerul : gmn sih w lama nunggu di WE

Chaerul : kagak nongol nongol

Chaerul : ett parah w di tinggalin

Renoza Bimo : Mamah dan aa

Farrel P : curhat dong

Chaerul : serius w anjing

Renoza Bimo : ampun mas

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang