BAB 21 - That Feel

88 8 0
                                        

Disclaimer : This story and fict is absolutely mine!

Happy Reading!

---------------------------------------------

Adriell memarkirkan motor besar kesayangannya tepat di sebelah Yaris merah milik Tami. Melepas helm, ia lalu mengernyit karena melihat kendaraan roda empat milik sang kakak sudah bertengger disana kala hari masih sore.

Agak mengherankan memang, ia tahu betul jadwal kepulangan Tami di hari Jumat seperti ini tak pernah lewat ataupun kurang dari jam sembilan malam. Entah apa saja yang dilakukan perempuan itu di kampusnya, ia pun tak bertanya lebih lanjut.

Selesai menutup pintu garasi, Adriell melangkah masuk ke dalam rumah melalui pintu utama. Laki-laki itu mengumbar senyum kepada pembantu rumah tangga yang ada di halaman sedang menyiram tanaman.

"Mas Adriell, baru pulang?" tanya wanita paruh baya itu, sekedar basa-basi.

Adriell mengangguk. "Iya nih, Bi Marsih," jawabnya ramah. "Adriell masuk dulu ya," pamitnya kemudian.

"Sehat, Driell? ngapain lo senyum-senyum gitu?" suara Tami menyambut kedatangannya, sesaat setelah ia mencapai pintu. Perempuan itu sedang duduk bersandar di sofa ruang tamu, berpangku tangan memegang handphone.

Tami telah menyadari kedatangan Adriell saat suara motor ninja itu memasuki indra pendengarannya. Dan sekarang dia tampak heran dengan apa yang sebenarnya ada di balik kepala adik laki-lakinya itu sampai-sampai menunjukkan sinar wajah yang begitu bahagia.

Sementara itu, Adriell tak merasa sama sekali kalau dia masih menyimpan senyum di wajah setelah tadi beramah-tamah dengan salah satu pembantu rumah tangganya. Tapi ia pun tak bisa menapik, kalau dalam dirinya seolah ada yang berbeda.

Bahkan, langkah kakinya saat ini begitu ringan dan kelelahan yang biasa tampak tiap kali ia mencapai rumah hari ini tak terlalu ia rasa. Dan Adriell tak bodoh sampai-sampai tak bisa memahami keadaan dirinya sendiri.

Sesuatu yang telah terjadi hari ini, apa yang telah ia lalui hari ini, dan bersama dengan siapa ia hari ini. Seakan menjadi jawaban yang bisa ia yakini, bahwa memang karena semua itulah sampai-sampai Tami menatapnya seolah ia adalah orang tak waras.

"Senyum kan ibadah, Tam," jawab Adriell sambil menunduk sebentar sebelum membalas tatapan Tami. Sejujurnya, ia merasa agak malu juga karena ketahuan bertingkah seperti ABG labil.

Tapi ia juga tidak menyesal. Euforia kesenangan itu masih melingkupi dirinya saat tempurung kepalanya mengingat jelas bagaimana seorang Asha hari ini. Dan hal itu tak bisa membuat Adriell menghentikan senyum bahkan tawanya.

"Orang tuh kalo masuk ke dalam rumah salam dulu, itu kesopanan tau,"

Adriell menunjukkan cengir. "Gue udah ngucap salam tadi tapi dalam hati," sahutnya berasalan. "Tapi karena lo nggak denger gue replay deh," dan selanjutnya ia mengucapkan salam dengan embel-embel yang membuat Tami memandangnya aneh.

"Assalamu'alaikum Wr. Wb. Kak Tami yang cantik jelita," ucapnya seraya mengumbar cengiran, kali ini lebih lebar.

Bukannya menjawab salam, Tami justru mengernyit. Dia tahu bahwa itu hanya sekedar gurauan Adriell, tapi entah kenapa sisi lain kepalanya menganggap itu bukan lelucon. "Lo sehat kan? segala muji-muji gue. Nggak usah di omong, gue udah cantik dari lahir."

"Weh, iya dong. Kakak gue kan emang selalu cantik kayak princess Syahrini," balasnya.

Tami menatap Adriell dengan pandangan—apa banget sih lo— lalu memutar mata. Malas mendengar alasan Adriell yang tampak tidak lucu di matanya. Tapi kemudian dia menyahut juga. "Cantiknya gue itu yang bener kayak princess Jessica," ujarnya memilih Idol Kpop yang begitu dia idolakan seraya mengibas rambut.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang