BAB 16 - Tidak Seburuk Itu

162 13 0
                                    

Disclaimer : This story and fict is absolutely mine!

Happy Reading!

------------------------------------------

Dalam melaksanakan kegiatan PKL di rumah sakit, mereka semua di katakan sebagai kelompok. Namun, untuk pembuatan laporan PKL kelompok di pecah lagi menjadi empat sub kelompok.

Menurut Bu Wiwin—selaku kepala Apoteker di tempat, hal ini dimaksudkan agar semua anak-anak terlibat dalam pembuatan laporan, tidak saling mengandalkan—hanya satu dua orang yang bekerja, dan akan di pertanggungjawabkan saat presentasi di hari terakhir PKL nanti.

Empat sub kelompok yang sudah di bagi ini, disusun berdasarkan letak rumah mereka. Bertujuan untuk memudahkan mereka dalam mengerjakan laporan tanpa ada alasan rumah jauh.

Kelompok satu; Echa, Ratih dan Rendi. Kelompok dua; Yuli, Iqbal dan Bella.
Kelompok tiga; Adriell, Asha dan Devi.
Kelompok empat; Eka, Vinia dan Angel.

Setiap minggu akan ada revisi laporan dengan pembimbing kelompok masing-masing di rumah sakit. Selain revisi, tentunya akan ada evaluasi dan tes lisan mengenai ilmu yang telah mereka dapatkan setiap aktivitas yang telah di kerjakan berkaitan pelaksanaan PKL ini.

Sementara itu, hari ini adalah minggu kedua pelaksanaan PKL. Adriell, Asha dan Devi mendengarkan baik-baik penjelasan yang di berikan Bu Lolita—selaku pembimbing kelompok tiga di Rumah Sakit.

Wanita berkepala tiga itu dengan lugas mengarahkan bagaimana seharusnya mereka membuat laporan yang baik, berhubung hari ini adalah jadwal kelompok tiga melakukan revisi laporan bab pertama.

"Kurang lebihnya seperti itu ya. Kalian boleh cari-cari referensi laporan PKL dari sekolah-sekolah sebelumnya yang ada di perpustakaan gudang. Tapi saya minta dengan mohon, jangan sekali-sekali meng-copy paste karena seluruh pembimbing disini cepat atau lambat akan tahu dimana kemampuan anak bimbing mereka dalam menyelesaikan laporan ini. Selain itu, kami selaku pembimbing juga akan mengenali bagaimana karakteristik isi laporan kelompok."

"Jadi, tolong di buat semaksimal mungkin dengan cara yang baik dan tidak menyimpang. Saya pasti akan bantu untuk penyusunan laporannya, oke?"

Ketiganya mengangguk, "oke, Bu." Jawab mereka serempak.

"Yaudah, kalian sekarang boleh kembali ke depo masing-masing. Tapi jangan lupa nanti sebelum pulang ketemu saya dulu untuk evaluasi minggu pertama. Saya duluan ya." Bu Lolita bangkit dan pamit terlebih dulu karena harus segera menyusul rapat yang di adakan hari ini bersama beberapa apoteker dan dokter yang terlibat.

Ketiga anak itupun beranjak dari duduk, bersamaan keluar ruangan. Akhirnya, laporan bab pertama setelah di revisi, hanya sedikit yang perlu di perbaiki, selebihnya sudah benar. Well, terimakasih untuk Rion karena mau membantu Asha mengerjakan isi pendahuluan.

"Sha, bab dua kan tentang tinjauan umum rumah sakit ya. Jangan lupa ajak-ajak gue-lah kalo mau ngerjain, jangan kayak gini lagi tau-tau gue udah dapet hand outnya aja."

Devi mengeluh saat kemarin siang Adriell memperlihatkan print out laporan yang akan di revisi. Perempuan itu merasa tak di anggap kelompok karena tanpa pemberitahuan Asha dan Adriell sudah menyelesaikan laporan bab pertama.

Namun, Adriell dengan cepat berkilah. Laki-laki itupun merasakan apa yang di keluhkan Devi, karena setelah Asha memberi flash disk dua hari lalu keesokan harinya Adriell langsung membawa print outnya. Secara tidak langsung, keduanya seperti menyuduti Asha meski dengan raut wajah sebaliknya.

"Iya, Dev. Sorry ya—gue pikir karena ini bab awal kan nggak begitu rumit cukup gue aja yang ngerjain nggak bakalan jadi masalah. Tapi ternyata, gue terlalu menganggap gampang hal itu." Ujar Asha menyiratkan penyesalan, lalu mengulas senyum kecil. "Bab dua ini kita pasti kerjain bareng-bareng kok."

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang