BAB 6 - Pinky Helm

343 89 27
                                        

Disclaimer : This story and fict is absolutely mine!

Happy reading for you guys!
-------------------------------------------

Asha menatap helm berwarna pink dengan garis putih dalam pelukannya. Saat ini perempuan bercardigan hitam itu sedang bersandar pada sisi motor ninja berwarna merah kesukaannya sambil menunduk memainkan kaki yang beralaskan sepatu kets hitam milik brand ternama yang banyak di gandrungi anak-anak muda zaman sekarang.

Perempuan itu tercenung; sesuatu mengganggu pikirannya. Kenyataan bahwa ia mendapati tak enak hati dalam arti yang sebenarnya kepada seseorang yang bersedia bahkan sampai menyempatkan diri untuk mencarikan helm untuknya. Namun karena tak menemukan orang yang bisa dipinjami, orang itu memutuskan membeli.

Semua ini gara-gara Manda, kalau bukan perempuan itu yang sengaja menitipkan dirinya, ia tidak perlu merepoti orang lain.

Kayak barang aja, pake dititipin segala!

Asha menghembuskan nafas perlahan, di saat yang bersamaan hatinya juga merasa kalau situasi sekarang ini adalah kesalahan. Pun logikanya bersikeras mengatakan tidak seharusnya-seharusnya tidak. Dua kata itu terus muncul bagaikan kaset rusak sehingga mengakibatkan stuck di sana.

Dua kata itu bisa saja berubah menjadi suatu kalimat yang sudah tersusun rapi dalam otaknya, namun ia tak mampu merealisasikan karena kembali dengan teori; sudah terlanjur. Seandainya ia bisa menyangkal dengan suatu tindakan berupa penolakan dan ada alternatif lain yang bisa ia jadikan alasan untuk melakukannya maka sekarang ini bisa ia pastikan kalau ia tidak sedang berdiri di sini.

Sebenarnya ada, namun dengan tega Manda menghancurkan semuanya. Perempuan itu dengan kejam membatalkan orderan gojek, tanpa pikir panjang barang kali si gojek sudah di perjalanan untuk menjemput penumpangnya; Asha.

Well, nasi sudah menjadi bubur. Back to reality. Ia harus menelan kecewa saat kenyataan melenceng dari semua harapan yang sudah ia setting semenjak beberapa hari lalu. Kenapa pekerjaan menghindari sesuatu yang selama ini begitu mudah ia lakukan, kini malah terasa lebih sulit dari pada belajar memahami sesuatu?

"Asha!"

Tiba-tiba namanya di panggil seseorang. Asha buru-buru membenarkan posisi tubuhnya menjadi berdiri tegak melihat orang itu menghampirinya.

"Lo ada dua ribu nggak? foto copynya nggak sampe goceng ternyata gue kasih dua puluh ribu abangnya nggak ada kembalian. Gue nggak ada dua ribuan lagi."

Pertanyaan Adriell-iya orang itu adalah Adriell- membuat Asha merogoh saku seragam tapi ia tidak menemukan sepeser uang pun. Lalu beralih ke saku rok, ia mendapati selembar uang lima puluh ribu, sepeluh ribu dua lembar dan lima ribuan selembar.

"Lo ada?"

"Bentar gue cek dompet dulu,"

Asha meletakan helm di atas jok motor. Lalu melepas dan membuka tas kemudian mengambil dompetnya. Ia membuka satu-satunya bagian dompet yang terseletingi dan mendapati banyak uang logam-seribuan. Jangan bingung, Asha asli hanya pelajar kok bukan pengamen yang recehnya banyak. Ia suka saja mengumpulkan uang seribu logam.

"Nih, ada." ujarnya sambil menyerahkan dua logam seribuan kepada Adriell.

Adriell tersenyum. "Wah thanks nih, Sha." katanya seraya menerima. "Gue pinjem dulu ya nanti gue ganti,"

Belum sempat Asha berkata-nggak usah dua ribu doang-Adriell sudah berbalik pergi buru-buru kembali ke tukang foto copynya. Mungkin tidak enak kalau kelamaan. Apalagi dari sini Asha bisa lihat tukang foto copy itu memperhatikan dirinya dan Adriell.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang