Si Monster

218 22 8
                                    


So walk away..
Walk away..
Save yourself from the heartache
Go now before it's too late
But still she stays

(The Script - Walk Away)
.
.
.
.
.

Tembakan pertama terdengar, Brad menutup kaca helmnya, tubuhnya dalam posisi siap. Tembakan kedua, motor-motor itu meraung keras menciptakan suara yang mengerikan. Tembakan ketiga, motor-motor itu melesat. Asap putih mengudara bersama dengan decitan ban di aspal. Aku melihat motor Brad sudah melesat menempati urutan ke empat, motor berbelok hingga hilang dipandanganku.

"Hey." seorang lelaki berdiri tiba-tiba disampingku. Aku menoleh ke arahnya sekilas.

"Hey." Balasku dingin, seperti yang biasa Brad lakukan. Aku belajar darinya ekspresi ini.

"Namaku David, aku dari tim Black Pirates. Kau adalah.. pacar si Monster." Tanyanya padaku. Aku mengerutkan alisku, tidak mengerti.

Dia terkekeh pelan, menangkap ketidak-mengertianku.

"Itu adalah julukan Brad disini, si Monster. Diluar dia laki-laki yang sangat manis padamu. Saat ada di arena balap dia terlihat seperti monster yang marah, mengalahkan semua lawannya, menghabisi semua yang menghalanginya, begitu cepat dan buas." Ucap lelaki bernama David itu.

Aku tidak mengerti kenapa dia menjelaskan itu padaku. Dan aku bukan pacar Brad, kenapa orang-orang menyangka aku pacar si menyebalkan itu. -____-

"Aku bukan pacarnya." Sahutku.

"Benarkah?" lelaki itu menatapku, kedua alisnya terangkat tinggi.

"Bukan pacarnya ya? kau satu-satunya gadis yang dibawanya ke arena ini. Kau pasti.. special baginya." Lelaki itu mengamatiku dari atas hingga bawah. Aku benci tatapannya.

"Iya, mungkin." Balasku.

"Oh iya, tenda timku ada di sana, kau bisa main kapan saja." Lelaki bernama David itu menunjuk sebuah tenda berwarna putih dengan simbol bajak laut berwarna hitam, atau pirates. Seperti yang diucapkannya tadi Black Pirates.

"Thanks."

"Bye Letta." Ucapnya sebelum melangkah pergi.

Apa? Aku celingukan mencari sosoknya, sudah menghilang di balik keramaian. Damn it! Dia tahu namaku. Aku celingukan mencari sosok Karen, dia berdiri di depan layar putih besar, kapan dia tiba disana? Aku berjalan tergesa menghampirinya, setidaknya dia yang kukenal di arena ini.

Aku lebih senang bergabung dengan Karen daripada anggota The Boys lainnya.


Karen menoleh menatapku.

"Kau kenapa?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak apa-apa."

Aku fokus menatap layar besar di hadapanku, Brad melaju sangat cepat, ia sudah berada di posisi tiga, lalu dua, ia hampir merebut posisi nomor satu. Tiba-tiba dua pembalap datang darimana arahnya mengapit Brad dari segala arah, aku menggigit bibirku. Semua wajah di sini tampak sama tegangnya, beberapa lainnya bersorak-sorak menyemangati Brad. Beberapa lainnya mengepalkan tangan berharap Brad jatuh.

"Ayo Bradley.." gumamku.

Aku melirik Karen disebelahku yang tampak biasa saja.

"Kau mendukung siapa?" tanyaku.

"Brad."

"Kenapa kau tidak tampak se-heboh yang lainnya?"

Karen tampak seperti halnya anggota The Boys lainnya, dan seluruh Tim Bradley. Seakan mereka tidak khawatir.

"Dengar. Bagaimana sulitnya balapan itu, arena paling berbahaya sekalipun, musuh paling mematikan sekalipun, Brad pasti menang, semua pendukung lama Brad tahu itu. Mereka yang bersorak heboh adalah penonton baru." Jelas Karen.

The Oddeants (Kutukan 300 Tahun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang