Gala Lunch

233 24 15
                                    

Aku terbangun di atas ranjangku. Matahari sudah sangat tinggi, sinarnya yang keemasan menerobos masuk melalui celah celah jendela dan menerpa wajahku. Aku menyipit menyeimbangkan sinarnya. Lalu mencoba duduk dengan susah payah seraya mengusap usap mataku yang masih terasa berat.

Apa ini? Tanganku terasa sakit dan sedikit berat digerakkan. Kuedarkan pandangan kesekitar dan mendapati pintu menuju balkon kamarku terbuka. Semalam kan sudah kukunci? Sepertinya ada orang di balkon kamarku. Aku menyibak selimutku dan berjalan menuju balkon kamar.

"Luke?" Aku mengernyitkan alisku.

Dia menoleh mendengar suaraku. "Oh, kau sudah bangun.."

Oh iya! kuliah, jam sudah menunjukkan pukul 10.56 dan jam Mr Grey pasti sudah dimulai.

"Luke aku telat kuliah. Kenapa kau tidak membangunkanku." Aku bergegas menuju kamar mandi.

"Letta. Kau tidak kuliah hari ini."

Aku berhenti. "Apa?"

Luke berjalan mendekat, ia meraih tanganku lalu membuka perbannya, tampaklah tanganku yang membengkak dan berwarna kebiruan. Pantas saja sakit sekali. Bagaimana Luke tahu soal ini?

"Aku mengambil cuti sehari di kantorku untuk menemanimu di rumah." Luke menatapku khawatir. Aku senang mendengarnya.

"Bagaimana kau tahu soal ini?"

"Anna memberitahuku. Dia bilang kau jatuh dari tangga di kampus, benar?" Luke menatapku khawatir.

Anna bilang begitu? Baguslah. Ia tidak memberitahu Luke kejadian sesungguhnya, bahwa Breva lah yang menyebabkan ini, karena jika Luke tahu dia pasti akan sangat khawatir dan marah. Mungkin Luke bisa melaporkan Breva dan membuatnya di drop out.

"Iya aku jatuh dari tangga, hehe aku hanya terburu - buru." Aku berbohong padanya.

"Kau harus berhati-hati lain kali sweetheart.. Ayo, aku akan membuatkan soup cream hangat untukmu." Luke mendorong punggungku pelan, menuntunku turun.

Ia membuatku duduk di kursi makan dan menontonnya. Ia membuka kulkas dan tak menemukan apapun di dalamnya. Aku terkekeh geli menatap ekspresinya tatkala mengetahui kulkas kosong. Dia berkacak pinggang di depanku seraya tertawa geli.

"Sepertinya kita perlu berbelanja." Ujarnya.

*bell rings*

"Biar aku saja." Luke menyahut dengan semangat dan bergegas membukakan pintu.

Ponselku bergetar dari balik saku piyama yang kukenakan, aku meraih ponsel itu dan menatap layarnya yang kelap-kelip, panggilan masuk dari Brad. Aku menolak panggilan itu.

"Hey kalian, ayo masuk." Terdengar suara ceria Luke, diikuti suara-suara lain yang terdengar tak asing di telingaku.

Itu seperti suara.. aku menoleh ke belakang dan bola mata hitamku segera menangkap tatapan mata hazel itu. Sebelum aku menyadari apa yang terjadi Luke segera mempersilahkan mereka masuk dan menuju dapur.

"Kita kedatangan tamu." Luke berseru.

"Hey Letta, apa kabarmu?" sapa Anna meletakkan beberapa barang belanjaan di atas meja makan di hadapanku.

Ada berplastik-plastik makanan restoran yang ia letakkan disana. Ini akan jadi makan siang terbesar, sampai-sampai terasa seperti makan malam.

"Sangat baik." Jawabku. Tatapanku menyorot Anna yang tengah menatapku, lalu bergeser ke Sean yang tengah mengeluarkan barang belanjaan dari dalam plastik belanja.

Tanpa peringatan, tatapan Sean tiba-tiba beralih padaku. Mata kami beradu sesaat sebelum akhirnya aku mengalihkannya. Ia membantu Luke menata barang belanjaan ke dalam kulkas.

The Oddeants (Kutukan 300 Tahun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang