Insomnia

237 31 11
                                    

Hey.
Do you feel, do you feel me?
Do you feel what I feel, too?
Do you need, do you need me?
Do you need me?

(Avril Lavigne - I Love You)
.
.
.
.
.

Aku duduk di atas long chair di balkon kamarku. Sean baru saja pulang setelah mengantarkan makanan untukku, dia membuatkanku mashed potato juga beberapa masakan dari daging panggang.

Kami baru saja makan bersama di atas balkon ini, memakan masakannya yang sangat enak itu seraya membicarakan team basketnya. Sudah 30 menit setelah Sean pulang, mungkin sekarang ia telah tiba di apartemennya.

Punggungku menyandar pada kursi, memikirkan tawaran Brad untuk menghadiri balapannya. Aku menghela nafas lalu meneguk softdrink dingin yang dibawakan Sean.

Aku sendirian lagi malam ini, Luke lembur lagi. Kenapa dia selalu tak ada waktu untukku?

Tidak seharusnya aku bertanya seperti itu.

Dia lembur, dia bekerja untukku, untuk masa depanku. Dan rumahku selalu sangat sepi, untungnya aku sudah terbiasa dengan keadaan sepi ini. Aku menengadah ke atas, memandang hamparan bintang disana.

'Bruakk!'
Terdengar keras bunyi benda jatuh.
Aku berjalan menuju pinggir balkon. Tong sampah di depan rumahku jatuh dan memuntahkan semua isinya. Seekor kucing muncul dari balik tong sampah dan mengeong manja. Angin malam berhembus lembut menyentuh tengkuk-ku, membuatku merinding seketika karena kedinginan. Buru-buru aku berlari masuk kamar dan mengunci rapat pintu dan jendela kamarku, juga menutup rapat tirai-tirainya. Jam sudah menunjukkan pukul 11.58, sudah tengah malam dan aku masih duduk gusar di atas ranjangku dengan perasaan was-was.

Ponselku berdering, panggilan masuk dari.. Brad? Bagaimana bisa aku punya kontaknya? Oh iya. Aku mencoba mengingat kejadian ketika ia mengambil ponselku secara diam diam ketika pesta di rumah Alex. Dia pasti menyimpan nomornya di ponselku. Kenapa ia meneleponku selarut ini? apa dia tahu jika aku belum tidur? Aku menerima panggilan itu.

"Ada apa?" tanyaku dengan suara dibuat seperti orang baru bangun tidur.

"Aku tahu kau belum tidur, aku berniat mengejutkanmu tapi seekor kucing yang menyenggol tong sampah membuatmu berlari terbirit-birit rupanya." ujar Brad.

Jadi dia.. ada di luar.

"Jadi kau berada di luar?" tanyaku gugup. Kenapa aku gugup?

"Yep. Kau mau kutemani?" Brad menawarkan diri.

Kenapa dia menawarkan pilihan itu seolah aku akan membiarkannya masuk kamarku. No way of course.

"Tidak perlu. Aku juga sebentar lagi akan tidur." Sahutku.

"Baiklah. Aku akan menemanimu hingga terlelap." Ujar Brad entah mengapa membuat hatiku berdesir.

"Apa yang kau lakukan larut malam seperti ini di depan rumahku?" tanyaku berusaha terdengar biasa saja akan kehadiran.

"Aku sudah disini sejak tadi. Apakah kau sudah memikirkan tawaranku?"

"Untuk menonton balapan liar itu?" Aku menyandarkan punggungku. Mungkin berbicara dengan Brad semalaman akan membuatku lelah dan tertidur.

Brad mendengus. "Ikutlah sekali maka selanjutnya kau pasti akan ketagihan."

Aku menggigit bibir bawahku, "Sudah kubilang aku tidak akan datang."

"Aku tahu kau pasti mau datang." sambarnya dengan penuh percaya diri.

Aku bisa merasakannya menyeringai saat mengucapkan itu.

"Kenapa kau belum tidur?"

"Aku insomnia." aku beralasan. Kenyataannya memang aku tidak bisa tidur.

"Bukan insomnia, tapi sedang memikirkan diriku. Jika sulit tidur kau bayangkan saja wajahku, parasku itu kan memabukkan para wanita."

Aku mendengus geli, perutku tergelitik, kutahan senyumku agar tidak mengembang menjadi tawa.

"Aku ingin kau hadir disana, menontonku balapan."

Aku menggigit bibir bawahku. Brad masih belum menyerah dengan tawaran itu.

"Besok aku ada jam kuliah." Elakku.

"Ini takkan menyita waktu kuliahmu, balapan ini dilakukan tengah malam ketika orang-orang terlelap." Ucapnya.

Kalimatnya membanting telak semua alasanku. Kini aku tidak punya alasan lagi untuk tidak hadir di balapannya. Lagipula kenapa aku menolaknya? Gadis-gadis di kampus pasti takkan diajak oleh Brad seperti ini, aku adalah satu-satunya. Kenapa harus menolak kesempatan ini?

***

Big thanks buat yang setia bacain cerita ini, I got mad love for you. <3

Anzir, lebay. Wkwk.

Jgn lupa vote dan comment yaa

The Oddeants (Kutukan 300 Tahun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang