Chapter 11

12 0 0
                                    

Chapter 11

Kau tahu? jika kau mampu menjawab alasanmu jatuh cinta pada seseorang,
itu berarti bukan cinta. Karena jika kau mencintai seseorang,
kau takkan memerlukan alasan apapun.
.
.
.
.
.

AUTHOR POV

*cahaya putih yang sangat terang*

“Matt, itukah kau?” tanya Sean.

Matt, pengawal pribadinya. Akhir-akhir ini ia merasa ada seseorang yang sedang mencoba menghubunginya, ternyata Matt pengawal pribadinya di Oddeants. Laki-laki itu tampak kacau.

“Apa kabar tuan?” sapa Matt.

“Bukankah sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu.” Sean tersenyum.

“Baiklah Sean.”

“Kabarku baik. Apakah sesuatu terjadi disana hingga kau menghubungiku?”

Matt menunduk, ia menarik nafas panjang. “Kau sebaiknya pulang saja, tanpa Brad itu lebih baik.”

Sean terdiam cukup lama, tenggorokannya tercekat, firasatnya buruk akan ini.

“Ada apa?”

“Ramalan kuno tentang 'hati seorang manusia yang akan membawa kejayaan untuk Oddeants', itu hanya omong kosong. Raja Odair bahkan tidak percaya dengan itu.” Jelas Matt, wajahnya tertunduk, matanya diselimuti kesedihan.

“Jika Ayah sendiri tidak percaya ramalan itu, lantas kenapa ia mengirim Brad ke dunia manusia?”

“Dia sengaja melakukan itu, dia memang berniat untuk membuang pangeran Brad, dengan adanya alasan mencari kebenaran ramalan kuno ke dunia manusia ini, Raja akan mudah menciptakan alasan kematian pangeran Brad.”

“Kenapa kau bicara seperti itu Matt? Ayah tidak mungkin sekejam itu!” Sean menggeleng tidak percaya.

“Maafkan atas kelancanganku ini Sean. Kemarin aku tidak sengaja mendengar percakapan Raja Odair dengan seorang Jendral, kau tahu pangeran Brad bukanlah Oddes biasa, dialah yang terkuat di angkatan Sihir, dalam akademik sekolah sihir maupun akademik sekolah manusia dia sangat cerdas dan menguasai semua mantera dengan baik, berkuda dan bermain pedang lagi tidak perlu ditanya, keahliannya mengalahkan para guru. Itulah yang di takutkan Raja Odair, bahwa kekuasaan Oddeants akan jatuh di tangan Brad, anak yang menurutnya tidak pantas menerima tahta karena ia bukan keturunannya.”jelas Matt.

Sean menelan ludahnya, dadanya terasa nyeri, menyakitkan. “Lalu bagaimana keadaan Ibu?”tanya Sean, suaranya bergetar.

“Semakin parah. Ratu sekarat.”

Cukup. Berhenti.

Sean terbangun dari atas ranjangnya dengan bermandikan peluh, ia mencoba mengatur nafasnya, memegangi dadanya yang terasa nyeri, ia nyengir kesakitan.

Kabar buruk dari Matt seolah menguras tenaganya seketika. Besok ia bertekad akan mengakhiri permainannya. Ia akan mengungkapkan semua kebenaran. Dan kembali ke tujuan awalnya datang ke dunia manusia, yaitu membawa Brad kembali ke Oddeants demi Ibunya, demi Ibu yang sakit hanya karena melihat Brad pergi, ia tak habis fikir kenapa Brad bisa begitu egois dengan menyia-nyiakan kasih sayang Ibu, sementara dirinya yang selalu mengemis kasih sayang Ibu saja tidak cukup rasanya.

Sean yang selalu menurut, yang selalu menyayangi ibunya, yang menghargai semua kasih sayang ibunya, tapi tetap saja kasih sayang itu selalu untuk Brad.

Ratu Antasia selalu merasa jika Brad lebih membutuhkan kasih sayangnya, karena Raja tidak mencintai Brad, sebab itu Ratu merasa perlu memberikan cintanya seutuhnya agar Brad merasakan rasanya dicintai, agar ia menjadi anak yang tumbuh dengan cukup kasih sayang. Terlalu sibuk memperhatikan Brad hingga Ratu lupa sosok yang selalu menjaga dan menghormatinya dengan baik, Sean. Menjadi anak tangguh dan kuat yang selalu dibanggakan Ayahnya dan kerajaan Oddeants, tapi dibalik itu semua Sean hanyalah anak laki-laki biasa yang ingin kasih sayang ibunya.

***

Makasih buat yang udah setia bacain cerita aku.  Jgn lupa vote biar aku smangat ngelanjutin ceritanya. 

Sudah mendekati ending.  ^^

The Oddeants (Kutukan 300 Tahun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang