4. sorry

19.7K 1K 8
                                    

Aku tak tau bahwa menyakiti seseorang justru rasanya malah sakit sekali.

Sepanjang hari aku memikirkannya. Memikirkan tindakan bodohku yang kalau bisa diulang aku tak kan pernah melakukannya.

Aku bahkan sudah lupa. Berapa lama aku duduk dipinggir danau ini. Yang ku ingat tadi saat aku memutuskan datang kesini matahari masih cukup terik dan sekarang hari mulai menjadi gelap.

Tadi itu... sungguh bukan diriku. Biasanya aku hanya akan diam saja saat dia menyakitiku, menghinaku, membullyku atau apapun itu yang tujuannyapun aku tak tau.

"Hey aku mencarimu kemana mana! Dan kau malah melamun disini!"
Aku hanya meliriknya sebentar dan kembali menatap danau dihadapanku.

"Sudahlah jangan dipikirkan, rea memang pantas mendapatkannya, kau tau tadi itu sungguh menakjubkan! Akhirnya kau bisa melawan si angkuh itu! Seharusnya tadi kau tidak langsung pergi begitu saja, seandainya saja tadi aku sempat memotret wajah kacaunya dan menyebarkannya dimedia sosial, huhhh pasti seru sekali," ucapnya panjang lebar yang membuatku bingung.

"Kamu gak marah?" Tanyaku heran.
"Marah? Kenapa harus marah?" Dia mengerutkan alis tebalnya.

Pasalnya lelaki tampan disampingku ini adalah kakak kandung dari orang yang tadi kusakiti.

'Kau fikir kau siapa? Hah! Hanya karna aku diam saja selama ini bukan berarti kamu bisa bertindak sesukamu! Kau hanya gadis manja yang bersembunyi dibalik topeng angkuhmu! Aku tidak menyangka kalau kekurangan kasih sayang orang tua bisa membuatmu seliar ini. Bisanya hanya Menindas orang yang lebih lemah!" Semua orang terkesiap mendengar ucapanku. Aku capek dipermalukan setiap hari.

"Kau!" Dia menggeram.

"Aku apa? Dengar ya selama ini aku diam saja saat kau jadikan bahan bullyan bukan karna aku takut padamu! Tapi karna aku kasian padamu! Aku membiarkanmu melakukannya agar kau bisa tertawa. Seseoranng pernah bercerita padaku bahwa adiknya selalu murung dan sedih dirumahnya. Tapi sepertinya kamu sudah keterlaluan! Kau bawa bawa nama orang tuaku yang jelas jelas sudah disurga sebagai bahan candaan! Dimana hatimu?? Kau mengunciku semalaman ditoilet sekolah aku terima itu! Kau melempariku dengan telur busuk aku terima itu. Kau menumpahkan minyak di tangga hingga membuatku jatuh dan tulangku patah aku terima. Kau membakar buku buku sekolah yang susah payah kubeli dengan upah kerja paruh waktu juga masih bisa kuterima. Tapi tadi kau bilang orang tuaku bodoh tidak bisa mendidik anak sepertiku aku tidak bisa terima. Sebenarnya apa salahku sampai kau menjadikanku bahan pelampiasan rasa sakitmu yang dibaikan kedua orang tuamu? Aku bahkan tidak pernah mengenal mereka! Sudahlah tidak penting berbicara dengan orang sepertimu. Menjijikkan!"

Aku langsung berlari meninggalkannya yang mematung. Mungkin tak menyangka bahwa orang yang selama ini dia bully bisa mengeluarkan kalimat sepanjang itu.

"Maafkan aku," ucapku lirih.
"Kenapa minta maaf?" Aku menatap matanya yang memandanngku heran.

"Seharusnya tadi aku tidak mengatakan hal seperti itu, aku lepas kontrol,"
"Sudahlah tidak apa. Sesekali rea perlu diberi pelajaran. Dia sudah keterlaluan, harusnya aku yang minta maaf. Selama ini aku tidak pernah menyadari betapa jahatnya dia padamu. Maaf aku terlambat," dia menngenggam tanganku erat.

Kami saling bertatapan lama. Berusaha menyelami perasaan masing masing. Sampai sekarang aku masih tidak mengerti bagaimana bisa lelaki tampan sepertinya yang merangkap menjadi kakak pembullyku bisa menjadi sahabat baikku.

"Baiklah sudah hampir malam, ayo kuantar pulang. Nenekmu juga pasti khawatir. Dan entah sudah berapa banyak pajangan yang dipecahkan rea dirumah," ucapnya sambil terkekeh.
"Sampaikan maafku padanya," ucapku.
"Tentu."
Diapun mengantarku pulang sampai rumah anehnya dia tidak langsung pergi tapi malah memandangiku lama. Seakan tak ada hari esok.

ONESHOOT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang