Tanpa edit,
Harap maklum akan typo ya bebsQ😉
*****
Sasi hanya mampu menangis tergugu di sudut kamar sebuah hotel yang terlihat luas.
Berbagai macam pikiran buruk menggelayut di otaknya. Sungguh dalam mimpi terburuknyapun Sasi tak pernah membayangkan hal buruk ini akan menimpanya. Dia bukan berasal dari keluarga mampu, Ayahnya hanya berjualan mie ayam keliling, ibu Sasi hanya sekedad ibu rumah tangga biasa, Sasi sendiri hanya remaja 18 tahun yang baru saja lulus sekolah menengah dan sedang dalam proses pendaftaran masuk Universitas.
Sehari-hari dia melakukan hal seperti biasa, sekolah lalu kerja part time, untuk tabungannya masuk Universitas. Sasi bukan orang yang pandai ber-Sosialisasi bahkan cenderung pendiam jarang bicara.
Sasi bahkan merasa tak memiliki teman dekat apalagi musuh. Tapi kenapa nasibnya setragis ini? Isakan Sasi berubah jadi senggukan. Dengan tangan yang masih bergetar Sasi memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai, lalu kembali mengenakannya.
Dengan pelan Sasi berjalan mengambil tas selempangnya yang tergeletak di meja nakas di samping ranjang. Mau tak mau Sasi menatap wajah pria yang telah merenggut kesuciannya. Pria itu begitu terlelap dalam tidurnya, bahkan senyum tersungging di bibirnya menandakan kepuasan yang di raihnya sebelum tertidur. Berbanding terbalik dengan tubuh Sasi yang remuk redam.
Sasi sama sekali tak mengenalinya, tapi kenapa dia begitu tega pada Sasi? Air mata kembali mengalir di pipi, perlahan Sasi beranjak meninggalkan kamar itu, tempat yang menjadi saksi bisu kebejatan pria itu.
****
Wanita itu terus menangis dan mengepalkan tangan yang menggengam tanah merah. Beberapa orang yang ada disitu tampak berbisik membicarakannya.
"Pergi kamu! Jangan pernah menyentuh tanah makam istriku!" Usir seorang paruh baya menggeret tangan wanita itu, tangis wanita semakin pecah.
"Ayahh aku mohon.. maafkan aku ayah.." wanita itu terus menangis dan memeluk kaki paruh baya yang dipanggilnya ayah.
"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu! Kau bukan anakku! Kau pembunuh! Kau telah membunuh istriku! Pergi! Aku tak mau melihat wajah pembunuh sepertimu!"
Wanita itu menggelengkan kepalanya berkali-kali saat pelukannya pada kaki ayahnya di hempaskan begitu kasar oleh sang ayah. Sang ayah menatapnya murka dan penuh kebencian, tatapan yang pertama kali di tampakkan sang ayah.
****
Seorang wanita terlihat murung di sebuah halte yang tampak sudah rusak dan tak terpakai, di sampingnya tergeletak sebuah tas lusuh.
Ini sudah ke lima kalinya ia di usir dari kontrakan, bukan karna tak mampu membayar tapi karna dia di anggap pembawa sial karna aibnya yang hamil tanpa suami.
Sungguh dalam mimpi terburuknya pun tak pernah terlintas nasibnya akan seburuk ini. Ingin menangis tapi air matanya sudah tak lagi keluar.
Matanya melirik waspada saat tiba-tiba seorang yang di taksir seusia neneknya duduk di sampingnya. Dia berusaha mengabaikan keberadaan nenek yang berpakaian modis dan terlihat mahal itu dan kembali menyelami angannya saat tiba-tiba nenek itu menyebut namanya.
"Nak Sasi?"
Wanita itu menoleh kaget, sinar mata ketakutan terpancar dari mata beningnya. Bagaimana nenek itu bisa tau namanya? Apa dia salah satu warga dari tempat yang mengusirnya?
"Kamu lupa sama saya? Ini saya nenek Ratmi?"
Sasi menatapnya dengan pandangan bingung, berusaha mengingat wajah cantik di hiasi keriput di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT STORIES
Historia CortaWARNING!!! GENDERSWITCH! DONT LIKE DONT READ! NO BASH! NO WAR! NO PROTEST! NO SILENT READER! NO PLAGIATOR! NO NO NO! ******* Ketika cinta bertepuk sebelah tangan. Ketika kisah berakhir bahagia. Ketika yang diharap tak menjadi nyata. Ketika mampu mer...