15. SECRET

12.3K 649 50
                                    

Aku duduk termenung disebuah kedai teh yang terletak tak jauh dari Kostku.

Aroma melati dari teh yang baru saja dihidangkan waitress menyadarkan lamunanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma melati dari teh yang baru saja dihidangkan waitress menyadarkan lamunanku.

"Silahkan di nikmati lemon tea nya nona,"

Aku tersenyum mengangguk membalas ucapan waitress ber name tag Aulia.

Aku kembali memikirkan hal yang mengganjal fikiranku belakangan ini.

Bukan hal yang berat memang, tapi cukup mengganggu ketenanganku.

Dua hari yang lalu aku melihat sebuah postingan seorang yang menempati sudut hatiku dulu bahkan mungkin sampai sekarang.

Oke oke aku akui aku stalker dia. Namanya Marco fernandes. Teman kuliahku dulu. Cinta pertama yang tak pernah mengetahui keberadaanku.

Sebenarnya mungkin dia mengenalku, ini hanya mungkin saja ya, soalnya dulu kami beberapa kali papasan, sebagian besar temannya juga merupakan temanku. Tapi kami tak pernah mengobrol, ah pernah sekali dia mengajakku bicara, tapi aku tak yakin saat itu aku yang diajaknya berbicara. Karna ada temannya juga disitu.

Senyumnya... selalu berhasil membuat jantungku berdegup kencang.

Karna intensitas papasan kami yang begitu sering, membuatnya mau tak mau memberikan sebuah senyuman untukku. Di koridor, di kafetaria, di perpustakaan, di taman, bahkan di parkiran. Mungkin hanya sebuah senyum basa basi karna aku mengenal beberapa temannya.

Senyum basa-basi yang berhasil menjungkir balikan duniaku.

Satu hal yang dia tak tau, semua ketidak sengajaan kami bertemu sesungguhnya sudah kurencanakan.

Ya aku tahu aku bodoh konyol dan pantas di juluki penguntit gila.

Saat dari jauh aku melihatnya berjalan ke suatu tempat aku buru-buru berjalan dari arah berlawanan agar bisa melihatnya dan menikmati senyumannya.

Aku melakukannya berulang-ulang kali sampai aku seperti kecanduan senyumannya.

Senyum yang selalu berhasil membuatku berdebar.

Diam-diam aku men-stalker akun sosial media miliknya. Melihat foto-foto terbarunya dan menyimpannya di ponselku untuk kupandangi sebelum waktu tidurku.

Kenapa aku melakukannya?

Simple, dia sudah punya gandengan. Ya Pria tampan sepertinya tentu akan aneh jika tak memiliki pasangan. Dan aku terlalu pengecut untuk berani mendekatinya bahkan dengan tameng sebuah pertemanan sekalipun.

Sampai hari kelulusan itu tiba.

Aku yang memang bermental pecundang hanya berani menatapnya dari jauh.

Saat dia tertawa bahagia bersama teman-temannya dengan toga kebanggaannya.

Saat dia merangkul mesra kekasihnya.

ONESHOOT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang