IM SORRY BEB,
TELAT UPDATE. LAGI DI TIMPA PROBLEM DI DUNIA NYATA.
SEMOGA TULISANKU KALI INI BISA DI NIKMATI, KARNA SAAT NULIS INI PIKIRANKU BENAR-BENAR KACAU.
CHECK THIS OUT....
***
Suara bacaan surah Ya sin bergema bersahutan di rumah Tika. Hari ini adalah tujuh hari meninggalnya Sardi, ayah Tika.
Iya, sudah tujuh hari kepergian Sardi tapi Tika rasanya masih berat melepas kepergian Sardi. Di balut gamis dan kerudung putih, Tika terus menunduk di antara orang-orang yang mengaji. Air mata masih setia mengalir di pipinya. Duduk di sampingnya, Mahesa hanya bisa mengelus pelan pundak kakak perempuannya itu.
Setelah pengajian usai, beberapa saudara jauh juga tetangga dekat mulai pulang satu persatu. Menyisakan Tika, Mahesa, Galang dan Ranti, ibu Galang.
Memahami situasi Tika yang masih berkabung, Ranti memeluk Tika dan mengelus pelan pundak Tika. “sabar ya nak, kamu jangan terus bersedih seperti ini. Ayah kamu sudah tenang di sana, sudah di angkat penyakitnya. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya berdo’a agar ayah kamu di berikan tempat yang terbaik di sisi Tuhan.” Tika tak mampu berucap hanya bisa mengganggukkan kepalanya dengan pelan. Setelah lebih tenang Tika melepas pelukan Bu Ranti dan menggenggam tangannya.
“Makasih ya tante. Meskipun sekarang aku dan Galang gak ada hubungan apa-apa tante tetap mau dateng ke acara pengajian Ayah.”
Galang yang duduk tak jauh dari ibunya dan Tika sontak terkejut. “Tika!”
Bu Ranti pun terkejut mendengar ucapan Tika. “Tika, nak apa maksud kamu bicara begitu? Kalian, kamu dan Galang sebentar lagi menikah. Kenapa kamu bilang kalian tidak ada hubungan apa-apa?”
Mahesa menatap sang kakak terkejut. “kak? Ada apa?”
Tika menatap Mahesa dan Bu Ranti tanpa memandang Galang karna rasa sakit hatinya yang masih segar di ingatan. Tika menunduk menahan air mata mengingat penghianatan Galang dan Mira.
“maaf, tapi aku dan Galang merasa sepakat untuk mengakhiri hubungan ini. Bertahun-tahun yang kami jalani rasa itu ternyata memudar. Hubungan kami terasa hambar, kami jarang bertemu dan sering di sibukan dengan urusan masing-masing. Kami bertunangan dan akan menikah, kami juga berada dalam satu kota yang sama, tapi pertemuan kami bisa di hitung dengan jari setiap bulannya. Setiap pertemuan itupun hanya beberapa menit saja itupun kami sering bertengkar. Kami bahkan jarang berkomunikasi lewat telpon. Itulah sebabnya kami sepakat untuk berhenti sampai di sini saja. Lebih baik berpisah sekarang dari pada nanti saat kami sudah berada dalam ikatan pernikahan.”
Galang menatap Tika tak percaya. Hatinya terasa sangat sakit mendengar penjelasan Tika. Perpisahan ini penyebabnya adalah Galang tapi kenapa Tika berbohong pada Mahesa dan Ibunya? Penyesalan semakin besar Galang rasakan, wanita selemah ini, selembut ini, sebaik ini kah yang telah dia sakiti?
“kak! Kakak jangan terlalu cepat ambil keputusan. Pikirkan baik-baik kak, kakak dan Kak Galang hanya masalah komunikasi. Esa yakin selama kakak dan kak Galang kembali berkomunikasi dengan baik hubungan kalian bisa di perbaiki.”
“iya nak, apa yang nak Esa bilang itu benar. Tolong kalian jangan berpisah nak. Tante sudah cocok sama kamu buat jadi calon menantu Tante. Tolong nak jangan tinggalkan anak tante Galang.” Bu Ranti berdiri dan menghampiri Galang yang menunduk. Tanpa aba-aba Bu Ranti langsung memukuli kepala dan pundak Galang dengan dompet tangannya.
Buk
Buk
Buk
“kamu dasar anak bodoh! Apa yang sudah kamu lakukan pada Tika! Kenapa sampai anak sesabar Tika memutuskan hubungan denganmu!”
Buk
Buk
Buk
Di pukuli ibunya sendiri dengan ganas, Galang yang memang salah hanya mampu menunduk dan meringis menahan sakit.
“kenapa kamu diam saja! Hah! Jawab ibu!”
Buk
Buk
Buk
Mahesa yang yakin bahwa kesalahan ada pada Galang hanya menonton Galang di pukuli ibunya sendiri dengan acuh tak acuh. Sedangkan Tika, menatap tak percaya wanita selembut Bu Ranti mampu memukuli anaknya seganas itu. Tapi entah kenapa kesedihan di hati Tika sedikit terangkat. Tetap saja rasa tak tega melihat orang yang di cintainya kesakitan membuat hati tika tergerak untuk menghentikan Bu Ranti.
“Tante udah Tante. Jangan pukul Galang lagi kasian Galang Tante.” Bujuk Tika memegangi lengan Bu Ranti.
“enggak Tika. Biarkan anak bodoh ini Tante pukuli sampai mati. Berani sekali dia menyakiti calon menantu pilihan tante.”
Buk
Buk
Buk
“kenapa kamu masih diam saja anak bodoh! Cepat minta maaf pada Tika!”
“Tante udah. Galang gak salah apa-apa kok. Kami pisah baik-baik Tante.” Galang mendongak menatap wajah sendu Tika. Seketika rasa sakit menghunjam jantung Tika melihat wajah Galang yang penuh memar terkena pukulan Bu Ranti, beberapa bahkan tergores mengeluarkan darah.
“Biarin Mama mukulin aku Tik. Memang aku yang salah pantes buat di pukulin. Kamu juga boleh pukul aku Tik, lampiaskan kemarahan kamu ke aku. Tapi aku mohon sama kamu, tolong maafin aku. Tolong kasi aku kesempatan kedua Tik. Aku mohon.” Pinta Galang dengan wajah penuh penyesalan.
Melihat lelaki yang di cintai memohon dengan wajah penuh sesal dan babak belur hati Tika meragu.
Melihat anaknya yang sudah mulai pintar Bu Ranti tak tinggal diam.
“Tika, sayang. Tante nggak tau kesalahan apa yang sudah di lakukan Galang sama kamu nak. Tapi sebagai seorang ibu, tante hanya bisa memohon sama kamu untuk memberi Galang kesempatan kedua nak. Tante mohon nak, demi tante beri satu kesempatan lagi buat anak tante memperbaiki semua kesalahannya. Jika sampai anak tante melakukan kesalahan itu lagi tante akan usir dia dari rumah.”
Galang menatap Bu Ranti tak percaya. Sedangkan Tika tak mampu menahan kedutan di ujung bibirnya mendengar ucapan Bu Ranti.
Mahesa yaang sejak tadi acuhpun angkat bicara, “kak gak ada salahnya mencoba.”
Melihat lampu hijau dari calon adik iparnya Galangpun tersentuh. “Tika, aku mohon. Satu kesempatan lagi Tik.”
Menghela nafas panjang Tika pun membuat keputusan. “kita lihat saja seberapa keras usahamu Galang.” Ucap Tika lalu berbalik dan berjalan ke kamarnya dan menutup pintu.
Mendengar ucapan Tika sontak galang berdiri dan tersenyum lebar memeluk Bu Ranti.
“mama denger kan mah? Tika kasi aku kesempatan kedua.” Ucap Galang bahagia dalam pelukan Bu Ranti. Bu Ranti tak kalah bahagia mendengar Tika memberi Galang kesempatan kedua dan tak bisa menahan senyuman lebar di bibirnya. Galang melepas pelukan Bu Ranti lalu melompat bahagia seperti pesepak bola yang berhasil mencetak goal di gawang lawan. Mahesa hanya bisa menggeleng melihat kelakuan calon kakak iparnya.
****
“aduh mah pelan-pelan dong sakit.” Mendengar rintihan sang anak, bukannya memelan Bu Ranti malah menekan dengan keras kapas di luka wajah Galang.
“aduh ma sakit! Mama ini mama kandung apa mama tiri Galang sih ma! Aduh!!” mendengar ucapan sang anak Bu Ranti semakin ganas menekan luka Galang.
“rasain kamu! Kamu apain si Tika sampai mau mutusin kamu kayak gitu hah! Untung aja Tika masih mau maafin kamu! Kalo tadi Tika beneran mutusin kamu, beneran mama usir kamu Lang.”
Galangpun menunduk mendengar ucapan Bu Ranti. “kenapa diem? Cepat jelaskan kalian ada masalah apa sampai Tika mau kalian pisah! Mama gak percaya sama alasan Tika. Pasti kamu bikin ulah kan?”
Galang semakin menunduk mendengar ucapan Bu Ranti, lalu memutuskan untuk jujur pada ibunya. “iya mah semua ini salah Galang. Sebenarnya....” Galangpun menceritakan semua yang terjadi padanya dan Tika.
Bu Ranti menghela nafas panjang mendengar keseluruhan cerita Galang. Melirik dompet tangan di atas meja yang ia kenakan untuk memukuli anaknya tadi. Bu Ranti menyesal telah memukuli Galang dengan dompet tangan, harusnya dia pukuli Galang dengan tongkat BaseBall atau tongkat golf sampai Galang pingsan betulan.
“tiba-tiba mama nyesel udah ikut mohon sama Tika supaya kamu di kasi kesempatan kedua.”
Galang menatap Bu Ranti kaget, “Mah?”
“mama kira kesalahan kamu bukan perselingkuhan. Tapi ternyata... kamu tega hianatin Tika bahkan dengan sahabat dekat Tika sendiri.” Bu Ranti menghela nafas sedih dan kecewa pada sang anak.
“Mah... maafin aku mah.” Galang menunduk sedih tak berani menatap wajah sang ibu.
“Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya.” Galang menatap Bu Ranti bingung. Bu Ranti menatap Galang dalam diam.
“selama ini kamu selalu bertanya-tanya kan kenapa mama tak pernah mau menginjakkan kaki mama di makam papah kamu?”
Berbagai macam pikiran buruk mulai bermunculan di kepala Galang. Namun Galang berusaha menepis pikiran itu.
“Ayah kamu selingkuh....”
Galang menatap sang ibu kaget dan tak percaya. Namun kata-kata sang ibu berikutnya yang membuat tubuh Galang lemas bagai tak bertulang.
“Dengan tante kamu sendiri, Tante Meri. Adik tiri mama.” Tubuh Galang lemas mendengar ucapan sang ibu.
“Papamu melamar mama setelah kami lulus kuliah lalu kami menikah setahun setelahnya. Awalnya semua baik-baik saja, berjalan lancar. Tiga bulan setelah menikah mama bahkan langsung mengandung kamu. Kami bahagia, sampai hari itu datang. Kakekmu datang ke rumah kami membawa Mira. Meminta pada mama supaya Mira tinggal di rumah kami karna kampusnya dekat rumah kami. Mama dan papamu setuju saja. Hanya beberapa bulan Mira memutuskan untuk menyewa kost dengan alasan takut mengganggu mama dan papa. Lalu tiba-tiba setelah mama melahirkan kamu, Mira datang dengan perut besar. Dia minta mama pisah sama papa kamu karna dia hamil anak papamu. Papamu datang dan marah pada Mira menyeretnya pergi. Satu jam kemudian mama mendengar kabar Papamu kecelakaan bersama Mira. Mereka semua meninggal di tempat, kandungan Mira yang baru 5 bulan juga tak selamat. Kakekmu terkena serangan jantung mendengar kabar itu, menantu dan anak perempuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Bahkan anak perempuannya itu hamil dan belum menikah. Di saat seharusnya Mama bisa tersenyum menyambut kelahiranmu, di saat itu pula mama harus memakamkan tiga orang terdekat mama, bukan tiga tapi empat dengan calon adik tirimu.”
Melihat sang ibu yang nampak tegar air mata menetes di pipi Galang. Galang tak sanggup membayangkan perasaan sang ibu saat itu. Kesakitan yang bertubi-tubi oleh orang yang sangat ibunya percayai. Jika itu Galang, takkan sanggup dia melewati semua itu.
“mama hancur saat itu. Mama terpuruk bahkan sampai mama mengabaikan kamu. Sampai kemudian kamu jatuh sakit. Dokter bilang kamu kekurangan gizi. sejak saat itu jatuh bangun mama berusaha untung bangkit hanya demi kamu Galang. Dengan harapan kamu menjadi anak yang sukses, menjadi pria yang baik yang tak kan menyakiti hati istrimu kelak. Tapi lihat sekarang, usaha mama mendidik kamu selama puluhan tahun gagal. Papamu yang sudah mati bahkan tanpa mengadzani kamu dulu bahkan berhasil mewariskan sifatnya tanpa usaha apapun.”
“mah...” suara Galang bergetar mengingat kesalahannya.
“Tika.... gadis baik itu tak pantas mendapatkan lelaki seperti kamu.” Bu Ranti berdiri tanpa menatap Galang.
“Memang lebih baik kamu dan Tika berpisah. Biarkan Tika bersama dengan pria yang lebih baik dari kamu yang takkan menduakannya dengan alasan konyol.”
Galang menatap Bu Ranti yang memunggunginya dengan tak percaya. “Mah... aku cinta sama Tika. Aku khilaf mah.... “
“setelah kalian pisah, kamu bisa bersama Mira. Penghianat cocoknya juga dengan penghianat.” Bu Ranti pergi meninggalkan Galang yang termangu di sofa.
‘Penghianat cocoknya juga dengan penghianat
Kata-kata itu terus terngiang di kepala Galang. Membuat Galang memukuli kepalanya sendiri dengan frustasi. Tak pernah Galang sangka, perselingkuhannya dengan Mira tak hanya membuatnya menyakiti Tika tapi juga menyakiti mamanya sendiri.
“apa aku harus merelakan Tika? Apa aku benar-benar tak pantas untuk Tika?”
Ponsel Galang berdering menampilkan nama Mira. Tanpa ragu Galang mengusap tombol merah lalu memasukan kontak Mira ke daftar hitam.
***
Pagi ini sesampai di kantor tempatnya bekerja, sesekali Tika akan tersenyum mengingat Galang yang menjemput dan mengantarnya ke tempat kerja yang belum pernah Gakang lakukan sebelumnya. Seperti ada yang menggelitik hati Tika dan membuatnya tersenyum meski di depan Galang Tika selalu memasang wajah dingin seakan tak perduli dengan Galang.
“Dasar cwe begok. Udah di selingkuhin masih aja tetap mau nerima tukang selingkuh. Kalo aku jadi kamu Tik, udah aku putusin Galang.” Tika mendongak menatap Mira yang sudah berdiri mencibir di depan meja kerja Tika.
“sayangnya kamu bukan Tika ya Mir? Kamu adalah Mira. Wanita yang tega merebut tunangan sahabatnya sendiri.” Wajah Mira memerah mendengar ucapan Tika.
Pagi ini Mira terbakar api cemburu melihat Galang mengantarkan Tika ke kantor. Setelah kejadian itu Galang selalu menolak bertemu dengannya bahkan mem blacklist nomor telponnya membuat Mira kalang kabut. Dan tiba-tiba tadi pagi Galang mengantar Tika bahkan mencium kening Tika de depan kantor membuat seisi kantor heboh.
“dengar ya Tik! Seorang lelaki yang pernah berhianat pasti akan kembali berhianat bahkan setelah kamu memberinya seratus kesempatan. Dan akan aku pastikan Galang bakalan kembali sama aku.”
Tika menatap Mira remeh. “Lakukan apa yang kamu ingin lakukan.” Ucap Tika lalu berkutat dengan pekerjaannya mengabaikan Mira.
Mira mendengus dan kembali ke meja kerjanya sambil menatap Tika dengan tatapan tajam.
Hari demi hari berlalu berganti minggu lalu bulan. Hubungan Tika dan Galang semakin dekat seperti dulu. Bu Ranti yang semula mendiamkan Galangpun mulai tersenyum melihat kesungguhan sang anak untuk kembali bersama Tika. Hati Tika yang semakin luluh melihat keseriusan Galang. Sikap Galang yang semakin manis setiap harinya. Mengantar daan menjemputnya ke kantor, mengajaknya makan siang. Bahkan kencan di akhir pekan yang tak pernah mereka lewatkan. Galang juga selalu menemani Tika pergi ke makam ayah Tika setiap hari minggu. sekarang Galang akan selalu ada untuk Tika.
Usaha Mira yang selalu gagal menghancurkan hubungan mereka membuatnya lalai mengerjakan tugas kantor sehingga mendapat teguran dari atasan. Tapi bukannya kapok Mira masih tak menyerah mengganggu Galang Tika dan berkali-kali mengabaikan tugas kantor. Manager perusahaan murka dan memindahkan Mira ke bagian produksi di pabrik. Membuat Tika diam-diam mendesah lega tanpa gangguan Mira.
“kamu kenapa sayang?” tanya Galang melihat Tika yang tersenyum sendiri entah memikirkan apa. Saat ini keduanya sedang duduk di kursi taman
Tika pun memilih menjawab jujur. “aku tau ini jahat, tapi entah kenapa aku merasa lega saat Mira di pindah tugaskan ke bagiian produksi di pabrik.”
Galang tersenyum maklum dan menggenggam tangan Tika. “wajar jika kamu merasa lega setelah semua yang aku lakukan sama Mira dulu. Aku minta maaf sudah buat kamu merasa gak nyama.”
Tika tersenyum berusaha menyangkal pernyataan Galang. Tapi genggaman Galang semakin erat di tangan Tika. “sayang, kamu bisa pegang omongan aku. Sikap brengsek aku dulu gak akan pernah aku ulangin seumur hidupku. Di hatiku Cuma kamu Tika yang ada di sana. Bukan yang lain.”
Tika menarik tangannya dari genggaman tangan Galang namun Galang mencegahnya dan semakin erat mengenggam tangan Tika.
“Bohong!” ucap tika tanpa menatap Galang.
“apa yang membuat kamu masih ragu Tik?”
“nyatanya dulu kamu sampai melakukan hal yang jauh kan sama Mira. Tidak mungkin melakukan hal itu jika kalian tidak saling cinta.” Rasa cemburu kembali berkobar mengingat perkataan Mira yang sudah melakukan hal yang jauh bersama Galang.
Galang tersenyum kecil melihat Tika yang cemburu padanya. Karna itu tandanya Tika juga masih mencintainya.
“sayang, dari dulu sampai sekarang bahkan sampai kita tua dan mati nanti hanya ada kamu di hatiku. Sedikitpun aku gak ada rasa buat Mira, kenapa dulu aku sampai nekat berhubungan sama Mira? Aku berharap kamu memergoki kami dan kamu akan menyesal mengabaikan aku. Dan kembali menjadi Tika yang penuh perhatian ke aku. Tika yang manja sama aku. Tapi ternyata semua tak sesuai rencana aku. Dan soal kata-kata Mira, dia bohong.” Tika menatap Galang tak percaya.
“aku sama Mira gak pernah melakukan hal lain selain pelukan dan cium kening. Itupun aku membayangkan kamu yang aku cium dan peluk. Aku gak tau kenapa waktu itu Mira berbohong di depan kamu dan temen-temenku, tapi demi Tuhan aku gak pernah melakukan hal yang di ucapkan sama mira.”
Tika menatap Galang ragu, entah harus percaya atau tidak dengan ucapan Galang. Meski masih ragu namun hati kecil Tika merasa lega. Perkataan Mira itulah yang selama ini jadi beban di hati Tika. Sanggupkah Tika hidup dengan bayangan perbuatan Galang dan Mira? Namun penjelasan Galang kali ini berhasil mengangkat beban di hati Tika. Tika berusaha untuk percaya pada Galang. Nyatanya cinta itu masih sangat kuat untuk Galang. Dan penjelasan Galang membuat Tika merasa kesempatan kedua itu memang sangat di butuhkan baginya dan Galang. Perlahan sudut bibir Tika tertarik ke atas.
“sayang jika kamu masih ragu aku sudah mempersiapkan semuanya.”
“persiapkan apa?” tanya Tika penasaran.
“perjanjian Pra-nikah.” Ucap Galang tersenyum lebar.
“tapi, untuk apa?”
“Untuk menjamin keseriusan dan kesungguhan juga janji aku yang gak akan hianatin kamu. Perjanjian itu berisi pernyataan bahwa, jika sampai aku, Galang suami kamu ini selingkuh atau menyakiti kamu dan kita berpisah entah itu perpisahan dari kamu atau aku maka seluruh harta kekayaan yang aku miliki akan jatuh ke tangan kamu Tika, istriku.” Perkataan Galanf sontak membuat Tika terkejut.
“Galang kamu gak perlu sampai sejauh ini. Ini berlebihan.” Galang menggeleng menolak ucapan Tika.
“Gak ada yang berlebihan sayang. Aku sudah diskusi sama mamah dan mamah setuju dengan semua ini. Aku juga sudah menandatangani perjanjian itu dan ada di meja tamu kamu tinggal kamu tanda tangani.” Mau tak mau hati Tika semakin meleleh di buat Galang. Air mata menggenang di kedua sudut mata Tika.
“kita lanjutkan rencana pernikahan kita besok ya?” ucap Galang lembut menghapus air mata Tika. Tika mengangguk pelan lalu terkejut.
“Be-besok?” Galang tersenyum lembut dan menyelipkan rambut Tika ke belakang telinga.
“iya sayang, kamu lupa? Besok tanggal 02.02.2020 adalah hari pernikahan kita.”
“ta-tapi persiapan kita?”
Galang menggaruk rambutnya yang tak gatal, wajahnya memerah. “sebenarnya diam-diam aku sama mama melanjutkan semua persiapan pernikahan kita di bantu Mahesa tanpa sepengetahuan kamu. Dan jangan khawatir masalah gaun pengantin, kamu inget beberapa hari lalu Mahesa bawaa kamu ke butik dengan alasan buat kebaya untuk ke wisudanya nanti? Itu juga aku yang atur. Dan modelnya sesuai pilihan kamu dulu.” Melihat Galang yang malu-malu membuat hati Tika seperti tergelitik dan bibirnya tersenyum lebar dan tak kuasa menahan tawa.
Mendengar suara tawa Tika yang sudah lama tak dia dengar membuat Galang terpesona.
“ka-kamu kok liatin aku begitu banget? Ada yang aneh ya?” tanya Tika salah tingkah di pandangi Galang.
“kamu cantik banget sayang. Sudah lama sekali rasanya aku gak lihat kamu tertawa secantik ini.”
“gombal.”
“besok dengan balutan baju pengantin pasti akan terlihat sangat cantik.” Tika tersenyum malu mendengar ucapan Galang.
Perlahan Galang memegang dagu Tika dan menatap matanya. “sayang, terimakasih sudah kasih kesempatan kedua buat aku. Aku akan berusaha sebaik mungkin membuat kamu bangga karna memberi aku kesempatan itu. Aku sangat dan akan selalu cinta sama kamu Tika, masa depanku.”
Tika tersenyum lembut menatap Galang. “sama-sama kita perbaiki semuanya. Dan aku juga cinta kamu Galang, imamku.” Tak kuasa Galangpun memeluk erat Tika. Keduanya sama-sam tersenyum lebar menunggu hari esok.
“woy udahan woy duaannya! Besok mau ijab juga!” teriak Mahesa dari depan rumah sontak membuat Galang dan Tika melepas pelukan mereka dan tertawa.
The end.Betewe tgl pernikahan Galang Tika belum musim COVID19 ya jadi masih boleh hajatan 🤣🤣🙏🏻🙏🏻
Moon maap kelamaan updatenya dan maap gak sesuai expetasi kalian🙏🏻🙏🏻
Sel, 29/10/20.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT STORIES
NouvellesWARNING!!! GENDERSWITCH! DONT LIKE DONT READ! NO BASH! NO WAR! NO PROTEST! NO SILENT READER! NO PLAGIATOR! NO NO NO! ******* Ketika cinta bertepuk sebelah tangan. Ketika kisah berakhir bahagia. Ketika yang diharap tak menjadi nyata. Ketika mampu mer...