GUT NAIT?
ADA YANG MASIH MELLEK DAN NUNGGUIN UP NYA KISAH RUJUK???
MAAF YA TELAT UP. SOALNYA AUTHOR TINGGAL DI NEGARA +62 JADI YA GITU DEH JAMNYA KARET SUKA MOLOR HEHE....
CEKIDOT....Koreksi typo please.
RUJUK EXTRA PART.
Sebuah ballroom Hotel tampak ramai dan megah dengan dekorasi pernikahan bernuansa serba putih. Senyum lebar menghiasi bibir kedua mempelai mmembuat tamu-tamu yang hadir turut merasakan kebagiaan kedua mempelai.
Tak terkecuali seorang wanita cantik berbusana muslim syar’i dengan sedikit brukat pada bagian atasnya, memandang penuh bahagia pada kedua mempelai yang sedang sibuk menerima ucapan selamat dari tamu yang hadir. Saat mempelai wanita melihat ke arah wanita berbusana muslim syar’i itu senyumnya semakin lebar dan berjalan menghampiri dan memeluk erat wanita berbaju muslim syar’i.
Kedua wanita itu berpelukan cukup lama sampai suara deheman seorang pria yang tak lain adalah sang mempelai pria membuat kedua wanita itu tertawa malu.
“selamat ya Beb? Alhamdulillah Akhirnya kamu taken juga. Aku seneeng banget sahabat terbaikku ini akhirrnya mantap menikah melepas masa lajang. Subhanallah kamu cantik banget Cel pakai gaun pengantin. Aku do’akan semoga pernikahan kamu dan Julius langgeng sampai akhir hayat, dan kamu cepet dapat momongan supaya nanti Lutfi ada temen main. Aku minta maaf ya kemarin gak bisa nemenin kamu pemberkatan di Gereja?”
Cella tersenyum maklum mendengar permintaan maaf Cassey yang tak bisa menghadiri prosesi pemberkatan pernikahannya di Gereja kemarin. Meski sedikit kecewa karna sahabat terbaiknya tidak bisa hadir, Cella maklum karna mereka berdua memang sudah berbeda keyakinan yang setiap keyakinan itu punya batas toleransi dan aturan masing-masing.
“iya Beb, aku ngerti kok. makasih ya Beb do’nya. Puji Tuhan akhirnya setelah ketinggalan start dari kamu hampir 5 tahun ketemu juga aku sama Julius. Kamu juga cantik banget pakai dress ini.” Cassey cemberut mendengar ucapan sahabatnya.
“kamu Beb, pakaian yang aku pakai ini namanya Gamis bukan dress ih. Kan udah sering aku bilang.” Ucap Cassey mengoreksi Cella yang selalu menamai ‘dress’ di setiap gamis yang di kenakan Cassey. Mengenakan gamis syar’i dengan warna coklat susu sesuai dresscode pernikahan Cella, Cassey tampak cantik, menawan dan elegan di tambah kedua lesung pipi yang akan menghiasi pipinya saat tersenyum membuat orang takkan bosan memandang wajah Cassey yang terkesan adem.
Cella tersenyum malu. “hehe lupa beb.”
“sama suami gak akan lupa kan sayang?” pipi Cella memerah mendengar gombalan receh suaminya, Julius. Keduanya tampak sangat serasi, cantik dan tampan. Cella yang keras kepala dan Julius yang sabar saling melengkapi membuat Cassey ikut bahagia melihat kebahagiaan sahabatnya.
“aku seneng banget lihat kalian bahagia gini. Semoga langgeng terus ya sampai kakek nenek dan maut memisahkan.”
“Amiin.” Jawab Julius dan Cella serentak. “maksih ya Cass doanya. Semoga kamu juga cepat di pertemukan dengan jodoh kamu.” Cassey hanya tersenyum saja mendengar ucapan Julius. Prioritas Cassey saat ini hanya Lutfi, putra kecilnya yang baru berusia 4 tahun. Soaal jodoh Cassey tak mau ambil pusing.
“sampai hari ini aku masih gak nyangka deh kalian bisa menikah. Dulu jaman SMA kan kalian kerjanya berantem terus kayak tom n jerry eh taunya berjodoh.”
Cella dan Julius tersenyum malu mendengar ucapan Cassey. Julius, Cella dan Cassey memang sempat satu sekolah bahkan satu kelas saat masih SMA. Dulu Julius adalah ketos dan Cella adalah anak badung yang sering bikin ulah membuat Julius kesal terkena usilan Cella. Setelah SMA mereka tak pernah bertemu dan kehilangan kontak. Baru dua tahun lalu mereka di pertemukan dan bisa sampai sekarang.
“udah ah jangan di inget masa lalu. Eh ngomong-ngomong Lutfi mana Beb?”
“Aku titipin sama neneknya di rumah. Tau sendiri kan Lutfi paling gak suka di ajak-ajak ke acara pesta semacam ini.” Cella dan Julius mengangguk paham mendengar penjelasan Cassey.
“Pak Julius?”
Seorang pria tinggi berjalan ke arah mereka. Wajahnya yang tampan dengan kumis tipis makin menambah kesan dewasa padanya. Dengan mengenakan setelan jas hitam membuat pria tampan itu jadi terkesan salah kostum di antara tamu-tamu lain yang semuanya mengenakan baju benada Coklat susu. Tapi entah kenapa kesalahan itu sama sekali tak mengurangi keberadaan pria itu bahkan terkesan memiliki kharisma yang begitu besar. Beberapa wanita muda bahkan terus melihat ke arah pria itu dengan pandangan ingin tahu.
“Pak Arya.” Julius dan pria bernama Arya itupun saling berjabat tangan.
Arya tersenyum simpul. “selamat atas pernikahan anda.”
“iya pak terima kasih banyak Pak Arya sudah meluangkan waktu untuk hadir di pesta pernikahan saya hari ini. Oh iya pak ini istri saya Cella.” Arya hanya mengangguk dan tersenyum simpul tanpa menjabat tangan Cella.
“Selamat ya Bu Cella, maaf bukan muhrim.” Cella tersenyum dan mengangguk mengerti. Sedangkan Cassey terpana dengan ketaatan Arya sebagai seorang muslim. Dalam hati mulai mengagumi sosok di hadapannya ini.
Cassey buru-buru menundukkan kepala begitu rasa kagum terlintas di hatinya. ‘astagfirullah....’ rapalnya berkali-kali dalam hati. Tanpa sepengetahuan Cassey, Arya juga melirik Cassey sekilas.
“baiklah kalau begitu saya pamit dulu ada urusan mendesak yang harus saya urus.” Julius kembali menyalami Arya dan mengucap terimakasih. Lagi, tanpa di sadari Cassey, Arya kembali melirik ke arahnya sekilas.
“sayang itu tadi siapa?” tanya Cella antusias pada Julius, membuat suaminya itu cemberut karna istrinya menanyakan pria lain.
“iih kok cemberut gitu sih? Aku kan kepo nih.”
Dengan wajah ogah-ogahan Julius menjawab pertanyaan istrinya. “Dia itu namanya Arya, tepatnya Arya Samudra. Salah satu klien penting di perusahaan. Dan dia itu adalah CEO dari PERMANA’S GROUP. Berbagai bidang usaha di geluti oleh PERMANA’S GROUP. Real estate, produksi barang elektronik, sampai perhotelan juga. Bahkan hotel yang saat ini kita tempati juga milik mereka.”
Cella berdecak kagum. “wah udah ganteng, kaya lagi. Udah gitu kayaknya taat banget sama Agama. Ini sih type kamu banget Beb.” Goda Cella pada Cassey membuat Cella mendapat cubitan di pinggangnya.
“apa sih kamu Cel. Dia juga pasti sudah beristri lah.”
“Berarti kalo gak punya istri mau dong? Sayang emang bener Arya udah married?” tanya Cella sedikit kecewa. Entah kenapa Cella merasa Arya alalah pria yang paling tepat untuk Cassey.
“kurang tau sih. Tapi waktu itu aku pernah lihat dia bawa anak kecil makan di restoran gitu.”
Seketika Cella kecewa mendengar pernyataan Julius. “yah Beb, kayaknya bukan Arya deh jodoh kamu.”
Cassey dan Julius hanya menggeleng kepala mendengar ucapan Cella.
***
“Assalamu’alaikum...”
“Mamaaaak!!!” seorang bocah kecil dengan kostum seperman nya berlari ke pelukan Cassey begitu Cassey membuka pintu rumahnya. Ya pria kecil itu adalah Lutfi, anak Cassey dengan Firman.
“eh?? Tadi maamak ucapkan salam kenapa tidak di jawab?” Lutfi tersenyum malu menampakkan gigi atasnya yang gigis akibat terlalu sering makan makanan manis.
“walaipun calam mamak.”
Cassey tersenyum dan mencubit hidung putranya gemas. “nah gitu dong, pinter banget sih anaknya mamak ini. Sini-sini mamak sun dulu pipi buletnya kesayangan mamak.”
“mmuach muach muachh. Opung mana sayang?”
“Opung lagi temanin om Alya mak di depan tipi.”(maksudnya ruang tamu ya).
Cassey mengerutkan kening dan mengikuti Lutfi yang menarik tangannya ke ruang tamu.
“nah ini dia Casseynya. Cass sini duduk, nak Arya udah nungguin kamu dari tadi.” Rachel, ibu Cassey menarik Cassey duduk di sampingnya. Dengan menundukkan kepala Cassey membawa Lutfi duduk di panggukaannya.
“kok diem aja sih? Cassey ajak Arya ngobrol dong.” Jika biasanya orang tua akan pergi saat anaknya sedang bersama teman atau lawan jenisnya maka Rachel tetap akan duduk mendampingi Cassey. Rachel yang sudah tau bahwa Cassey pasti akan menolak di tinggal berdua saja dengan Arya hanya bisa pasrah dan menemani menkadi obat nyamuk.
“Abang udah lama?” tanya Cassey pelan.
“tadi selepas dari pesta Pak Julius, Abang langsung ke sini.”
Cassey mendongak kaget. Jadi urusan mendesak yang Arya katakan tadi adalah datang ke sini? Ke rumah orang tua Cassey? Seketika pipi Cassey memanas.
“om Alya tadi temenin Lupi main loh mak. Tadi om Alya juga bawa in Lupi banyaaaaaak banget mainan.”
Cassey tersenyum pada Lutfi, “terus tadi udah bilang terima kasih belum sama om Arya?”
“udah dong mak. Iya kan om Alya?”
Arya tersenyum dan mengangguk. “iya dong.”
Rachel tersenyum bahagia melihat interaksi ketiga nya.
“Bu Rachel, Cassey, kedatangan Abang ke sini, Abang ingin menyampaikan keseriusan Abang sama kamu Cassey. Maukah kamu menjadi istri Abang?”
Cassey mendongak kaget mendengar ucapan Arya.
“Abang serius?” Arya mengangguk mantap. “sangat serius.”
“Tapi Cassey ini janda Bang, beranak satu.”
“lalu apa? Abang juga duda beranak satu. Cassey, kita sudah sama-sama dewasa, sama-sama pernah di tinggalkan oleh pasangan kita. Abang sendiri merasa tertarik sama kamu, selain itu Maura juga butuh sosok ibu yang Abang rasa kamulah ibu paling tepat untuk Maura. Dan Lutfi juga butuh ayah, dan Abang akan berusaha menjadi ayah yang baik untuk Lutfi. Soal cinta Abang rasa pasti akan timbul seiring berjalannya waktu. Daan soal mantan suami kamu yang masih sering mengganggu kamu, Abang janji akan lindungi kamu dan Lutfi dari dia.”
Cassey tersentuh mendengar ucapan Arya yang semuanya tepat sasaran. Selain itu, Cassey juga jengah dengan Firman yang terus menerus mendekatinya padahal mereka sudah lama bercerai dan Cassey selalu menolaknya. Arya memang calon yang ideal. Sudah baik, taat beragama pula. Tapi, Cassey bary mengenalnya selama dua minggu, rasanya terlalu cepat jika langsung menikah. Cassey takut terulang kedua kaali masa lalu pahitnya dengan Firman dulu. Dengan Firman yang sudah Cassey kenal bertahun-tahun saja sifatnya bisa berubah apalagi yang baru kenal hitungan minggu?
“Cassey, nak. Mamak harap kamu bisa ambil keputusan terbaik. Apa yang di katakan nak Arya itu benar sayang. Kamu butuh seorang suami dan nak Arya juga butuh seorang istri. Kalian akan saling melengkapi jika bersama. Lutfi akan punya ayah dan Maura bisa memiliki Ibu. Seperti yang kamu tahu nak, selama ini Lutfi sering di ejek oleh teman-teman seusianya karna tak memiliki seorang ayah. Apa kamu tega membiarkan Lutfi terus di ejek? Di tambah sebentar lagi Lutfi akan masuk sekolah. Firman, kamu tau sendiri kan nak? Semenjak berpisah dari kamu dia sudah seperti orang gila. Kerjanya hanya meneror kamu minta balikan, bahkan sempat menculik Lutfi untuk mengancam kamu agar kembali sama dia sampai membuat Bapakmu meninggal akibat oenyakit jantung. Bapak seperti itu yang akan kamu jadikan contoh untuk Lutfi? Mungkin kamu bisa hidup tanpa adanya seorang suami, tapi Lutfi? Dia butuh seorang ayah nak.”
Rasa sesal membengkak di hati Cassey mengingat kejadian di mana Firman menculik anaknya sendiri saampai membuat ayah Cassey meninggal akibat serangan jantung karna cucunya di culik. “Cassey minta maaf ya mak?”
“untuk apa maaf itu? Bukan kamu yang salah, tapi Firman. Mamak hanya ingatkan kamu supaya kamu tak ragu ambil keputusan kamu. Nak Arya ini orang baik, tak seperti laki-laki llain yang hanya mendekatimu karna kecantikan fisik kamu. Nak Arya datang dengan berwibawa meminta izin kepada mamak, menawarkan kamu kebahagiaan dan kenyamanan untuk kamu dan Lutfi, mamak yakin kamu dan Lutfi akan bahagia bersama nak Arya dan Maura. Selama ini mungkin Lutfi tak pernah tanya padamu tentang ayahnya itu karna kamu menangis tempo hari saat Lutfi bertanya tentang ayahnya. Semenjak itu Lutfi tak pernah lagi tanyakan tentang ayahnya. Ingat nak Lutfi masih anak-anak, dia butuh ayah untuk tumbuh kembangnya.” Rasa ragu untuk menerima Arya perlahan memudar mendengar cerita ibunya tentang Lutfi yang butuh ayah.
“kalau begitu Cassey akan menerima mas Arya asalkan Lutfi bersedia menerima mas Arya juga. Karna Cassey takut kalau Lutfi merasa aneh dan tidak nyaman dengan pernikahan Cassey dan bang Arya kelak.”
Arya dan Rachel mendesah lega mendengar jawaban Cassey. Sedangkan untuk Lutfi, Rachel yakin pasti bisa membujuknya.
“Lutfi?” panggil Rachel pada Lutfi yang sedang sibuk memainkan robot i-ron man dari Arya.
“iya opung?”
“kamu mau nggak kalo Om Arya jadi ayah kamu?” Lutfi memandang opungnya penuh tanda tanya.
“Ayah?” Rachel tersenyum lembut dan mengusap pelan rambut Lutfi. “iya sayang. Nanti kalo Om Arya jadi ayah kamu, Lutfi bisa jalan-jalan sama Om Arya sama mamak dan Kakak Maura.”
“jalan-jalan seperti Rafa dan Daddy mommynya opung?” Rachel tertawa kecil. “iya dong sayang.”
Lutfi tersenyum lebar dan teringat Rafa yang minggu lalu pergi ke kebun binatang bersama Daddy dan Mommynya. “Bisa pergi ke kebun binatang tidak opung?” tanya Lutfi polos.
“Mmm... coba Lutfi tanyakan sama Om Arya.” Lutfi memandang Arya dengan tatapan penuh harap membuat Arya tersenyum karna teringat Maura yang akan melakukan hal yang sama seperti Lutfi saat menginginkan sesuatu.
“Tentu bisa Lutfi. kemanapun Lutfi ingin pergi, nanti kita bisa pergi sama-sama. Ada Om Arya, Mamak, Lutfi ada kakak Maura juga. Nanti kita ke rumah Om Arya ya? Ketemu sama Kakak Maura?”
“kakak Maura?” tanya Lutfi bingung. “iya Lutfi. Nanti setelah om Arya jadi ayah kamu, kamu juga akan punya kakak namanya kak Maura. Nanti kak Maura bisa temenin kamu bermain terus juga bisa belajar bareng.” Jelas Rachel lembut.
Meski masih bingung Lutfi tetap tersenyum lebar mendengar kata ‘temenin kamu bermain’. Karna selama ini tan bermain Lutfi hanya mamak dan opungnya. Sedangkan beberapa anak seusianya tak suka bermain dengannya dan menjauhinya. Melihat Lutfi yang tersenyum lebar, Rachel juga ikut tersenyum lebar.
“gimana? Kamu mau kan om Arya jadi ayah kamu?” Lutfi mengangguk antusias. “mau opung.”
“Alhamdulillah...”
“Puji Tuhan...”
Senyum bahagia menghiasi bibir Arya, Cassey l, Rachel dan Lutfi.
***
Satu tahun kemudian.....
“Pagi mamaaakk....” salam Maura dan Lutfi serentak pada Cassey yang sedang menyiapkan hidangan untuk sarapan di bantu satu asisten rumah tangga.
“pagi kak Maura... pagi Kak Lutfi....”
“mamak kak Maura mau cium adik Bayi.”
“Lufi juga lufi juga.” sautLutfi antusias.
Cassey tersenyum lembut pada kedua putra dan putrinya dan membuka kedua tangannya. “sini peluk mamak.” Kedua bocah itupun tersenyum lebar dan berlari kepelukan Cassey.
“Mamak kak Maura bisa dengar detak jantung adik bayi!” ucap Maura antusias.
“Lufi juga lufi juga! Tadi pipi Luvi di tentang sama adik bayi.”
“Adek ih dari tadi ngikutin kakak Maura terus! Lagian adek bayi kan masih dalam perut Mamak, mana bisa nendang sih Dek?” protes Maura kesal karna sejak tadi Lutfi selalu mengikuti apa yang di lakukannya. Lutfi memegang tangan Maura dan menempelkannya di perut Cassey. Seketika mata Maura melotot.
“tangan kakak di tendang adek bayi!!!! Mamak mamak adek bayinya bisa nendang-nendang! Adek bayinya mau keluar mak!”
Cassey tersenyum lembut dengan interaksi putra-putrinya. Kebahagiaan bertubi-tubi ia rasakan sejak menikah dengan Arya. Mulai dari Arya yang baik hampir sempurna sebagai suami juga ayah, Ibu mertua yang sayang padanya juga Lutfi dan paling penting Maura yang mau menerimanya sebagai ibu dan Lutfi sebagai Adiknya dengan antusias. Cassey mengelus lembut kepala Maura dan Lutfi dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
“sayang, Adik bayinya masih kecil belum saatnya keluar. Nanti 8 minggu lagi adik bayinya baru keluar dari perut mamak.”
“8 minggu itu lama tidak mak?” tanya Lutfi polos.
“sebentar kok. Hanya 56 hari lagi sayang.” Tutur Cassey lembut.
“yaah... 56 hari kan masih banyak. Gak bisa keluar sekarang aja ya mak? Luvi mau ajak adek bayi main.” Desah Lufi kecewa.
“Adek gak bisa gitu dong! Adek bayi itu harus lahir tepat waktu! Nanti kalau tidak tepat waktu adek bayinya gak bisa lahir utuh. Kalo sekarang keluarnya adek bayi nanti tangannya Cuma satu, kakinya Cuma satu, matanya satu, pipinya satu, hidungnya satu, rambutnya juga satu kayak upin. Iya kan Mak?” Cassey meringis mendengar penjelasan Maura pada Lutfi. Entahlah Cassey harus menangis atau tertawa mendengarnya.
“memang iya mak? Kalo begitu adek bayi lahirnya 56 hari lagi saja ya! Jangan sekarang.” Memang dasarnya anak-anak, Lutfi percaya mentah-mentah omongan Maura.
“Pagi semua....”
“Pagi Ayah......” jawab Cassey , Maura dan Lutfi serentak membuat Arya tersenyum bahagia.
“Ngobrolnya udahan dulu ya, sekarang kita sarapan trus nanti ayah antar kalian ke sekolah.”
“siap ayah!” Maura dan Lutfi duduk dan mulai menikmati hidangan yang di siapkan Cassey dengan lahap. Selesai sarapan, Arya meminta Maura dan Lutfi untuk menunggunya di mobil setelah mencium tangan Cassey.
“Sayang, nanti kalau kamu capek gak usah anter makan siang ke kantor ya? Abang gak mau kamu sama adek kenapa-napa, di tambah kandungan kamu sudah masuk 7 bulan. Nanti biar Pak Oding aja yang anter. Kamu istirahat aja di rumah.” Cassey tersenyum cerah mendengar kekhawatiran suaminya. Hati Cassey di banjiri kehangatan semenjak Arya masuk dalam hidupnya. Rasanya Cassey juga ingin menangis mengingat dulu saat dia mengandung Lutfi tanpa di dampingi seorang suami. Memang ada Bapak dan mamaknya, tapi perhatian dari suami jelas terasa berbeda. Kini ada Arya, suaminya yang selalu memperhatikannya, mengkhawatirkannya, merawatnya dan melengkapi kebahagiaan dalam hidupnya. Di setiap sujud Cassey, tak hentinya mengucap syukur karena telah mempertemukan seorang suami, Imam untuk keluarga kecilnya yang begitu luar biasa. Mungkin ini hikmah atas perpisahannya dengan Firman dulu. Memang kini Cassey rasakan keadilan Allah, Yang selalu menyiapkan hikmah di setiap musibah yang di berikan pada umatnya.
“iya Abang. InsyaAllah. Tapi kalau adek bayi kepengen ketemu ayahnya boleh kan?” Arya menyentil pelan hidung Cassey. “kamu paling bisa ya bawa-bawa nama Adek buat alasan ketemu abang. Padahal kan Mamaknya tuh yang kepengen ketemu.” Goda Arya membuat pipi Cassey bersemu merah membuat hati Arya bergetar dan ingin rasanya menemani sang istri di rumah saja.
“Ayahhh kok lama???? Nanti Maura sama Lutfi bisa telat nih.” Panggil Maura pada ayahnya dari jendela mobil.
“Ya udah Abang berangkat dulu ya? Kamu sama Adek hati-hati dirumah. Kalau ada apa-apa cepat telpon Abang.”
“iya Abang.” Cassey pun mencium tangan Arya dan Arya mengecup pelan kening Cassey.
“Assalamu’alaikum....”
“wa’alaikum salam....” Casseypun melambaikan tangannya pada Maura dan Lutfi.
****
Cassey sedang memasukkan masakan untuk makan siang Arya ke dalam rantang dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya.
“hari ini aku masak Ayam rica-rica, udang goreng tepung sama sup Jagung manis kesukaan Abang. Abang pasti nanti makannya lahap banget deh.”
Bi Surti, ART yang membantu Cassey turut merasakan kebahagiaan yang Cassey rasakan. “udah siap Bu? Biar Bibi panggilkan mang Oding buat antar masakan Bu Cassey ke kantor tuan.”
“Tapi Adek pengen ketemu ayahnya Bi, tapi juga Abang larang Cassey ke kantor takut kecapekan.” Keluh Cassey bimbang.
“telpon Pak Arya aja Bu, boleh gak kalo Ibu ke kantor?” usul Bi surti. Seketika Cassey tersenyum.
“iya juga ya Bi. Biar aku telpon Bang Arya dulu.” Bunyi nada sambung terdengar tanpa ada yang menjawab.
“Gak di angkat Bi. Ya udah Cassey langsung berangkat Aja ya Bi sama mang Oding. Nanti Cassey telpon Bang Arya lagi aja di jalan.”
“Baik Bu. Hati-hati ya di jalan.”
“iya Bi, makasih ya? Asaalamu’alaikum...”
“wa’alaikum salam....”
Setelah kepergian Cassey, Bi Surti kembali melakulan pekerjaan rumah. Sampai setengah jam kemudian Bi Surti melihat Mang Oding yang baru saja parkir mobil.
“loh mang, cepet banget anterin Bu Casseynya?” tanya Bi Surti heran.
“anterin nyonya? Anterin kemana Bi? Saya dari pagi baru aja selesai service mobil di bengkel langganan Tuan.” Jawab mang Oding bingung.
“Hah? Apa? Setengah jam yang lalu Bu Cassey keluar katanya mau anterin makan siang Bapak di kantor sama kamu mang. Kalo tadi mamang di bengkel terus siapa yang anter Bu Cassey?” tanya Bi Surti panik.
“Bi tenang dulu Bi. Coba bibi telpon Bu Cassey tanyakan sama beliau di mana lokasinya biar mamang jemput.”
“iya mang.” Dengan panik Bi Surti menekan nomer Cassey. Tersambung!
“Hallo Bu? Ibu di mana? Ini Mang Oding ada di rumah. Ibu tadi pergi sama siapa?” tanya Bi Surti panik.
“salam dulu Bi. Lupa terus ih.” Omel Cassey karna Bi Surti sering lupa memgucap salamsaat di telpon.
“iya Bu maaf, Bibi panik banget pas lihat Mang Oding di rumah gak lama setelah Bu Cassey pergi.”
“iya Bi, tadi itu Cassey cari-cari mang Oding tapi gak ketemu. Terus Cassey inget kalau Mang Oding lagi service mobil dari pagi. Dari pada Cassey telat kirim makan siang buat Bang Arya, jadi Cassey pesan taxi online Bi. Ini Cassey masih di dalam taxi sekarang. 15 menit lagi juga sampai kantor Bang Arya soalnya jalanan agak macet Bi.” Bi Surti mendesah lega mendengar penjelasan Cassey.
“Alhamdulillah kalau gitu. Tadi Bibi sama mang Oding khawatir banget Bu. Oh iya Bu apa mau di susul sama mang Oding saja? Biar lebih aman?”
“gak usahlah Bi, ini udah deket-eh siapa kamu? Kok mmain masuk aja? Ini taxi online ya Pak! Mas Firman? Mas ngapain mas! Mas jangan mas! Jangan apa-apain saya! Toloooong!!! To-“ suara pintu mobil terbuka lalu tertutup tiba-tiba Cassey berteriak panik membuat Mang Oding dan Bi surti semakin khawatir. Di tambah suara Cassey yang menghilang semakin menambah kepanikan kedua pembantunya itu.
“Bu! Bu Cassey! Bu! Ada apa Bu!”
“jalan. Ke tempat ini.” Terdengar suara seorang ria memberi perintah membuat wajah Bi Surti dan mang Oding pucat pasi.
“ok bos!”
“tut-tut-tut-“
“Bu Cassey!!!!”
“Bi! Cepet hubungin Tuan Arya! Nyonya dalam bahaya!” perintah mang oding panik. Bi surti langsung mencari kontak Tuannya.
****
Di tengah meeting perusahaan tiba-tiba ada suara mengetuk pintu. Arya mengankat tangan untuk menunda presentasi dari salah satu managernya di perusahaan. Entah kenapa dari pagi perasaan Arya gelisah sepanjang waktu.
“masuk.” Wajah Dion, asisten Arya muncul.
“maaf Pak ada telpon dari rumah, katanya penting.” Arya mengangguk dan mengambil ponselnya dari Dion. “meeting hari ini cukup sampai di sini. Kalian boleh pergi.” Satu persatu karyawan Arya pun meninggalkan ruang meeting menyisakan Arya dan Dion.
“Halo Bi? Ada apa?” suara sengau khas orang menangis terdengar membuat rasa gelisah di hati Arya meningkat.
“Bapak.... Ibuk pak... ibu sepertinya di culik....”
“APA?” Bagai di sambar petir mendengar ucapan Bi Surti membuat aura di sekitar Arya menjadi suram. “tolong katakan dengan jelas Bi apa yang sebenarnya terjadi.” Titah Arya tegas dan menatap Dion dengan tatapan tajam. Dion yang sudah mengerti maksud sang Boss langsung menarik diri dan keluar dari ruang meeting.
Bi Surti menjelaskan semua yang terjadi dari awal sampai akhir. Tak lupa bagian terperinci saat Bi Surti mendengar nama ‘Firman’ di sebut Cassey sebelum ponsel Cassey di matikan.
“Bibi tak perlu minta maaf ini bukan kesalahan Bibi. Sekarang saya minta tolong, Bibi dan mang Oding jemput anak-anak di sekolah. Bawa mereka pulang dan jika mereka bertanya tentang ibunya, katakan saja Ibunya sedang bersama saya. Alihkan perhatian mereka agar tidak terus mencari Cassey. Kedua anak itu tak pernah lepas dari Cassey”
“Baik Pak.”
Setelah mematikan ponsel, Arya segera keluar dari ruang meeting menuju kantir pribadinya. Meski terlihat tenang, pancaran mata Arya tak mampu menutupi kekhawatiran juga kemarahan yang membara.
“jelaskan!” ucap Arya begitu memasuki kantornya pada Dion yang terlihat berdiri tegak.
“Nyonya Cassandra di culik oleh mmantan suaminya, Firman. Dengan cara di bius. Taxi online itu adalah orang suruhan Firman. Supir taxi online pesanan Nyonya yang asli baru datang 5 menit setelah nyonya di bawa pergi oleh orang suruhan Firman. Dan dari hasil pelacakan GPS yang terpasang di jam tangan nyonya, lokasi terakhirnya ada di sebuah rumah tua di pinggir kota.”
Aura hitam mengelilingi tubuh Arya.
“Firman.” Berani-beraninya bajingan itu mengganggu Cassey saat Cassey sudah dalam perlindungannya, Arya Permana. Terlebih lagi Cassey saat ini sedang mengamdung. Lihat apa yang akan Arya lakukan pada lelaki tak tau diri ini jika sampai terjadi hal buruk pada istri dan anaknya.
“siapkan pasukan.”
“Baik Boss.” Dion keluar dari kantor Arya menyisakan Arya yang temggelam dalam imajinasi liarnya untuk membalas perbuatan Firman.
Begitu keluar dari kantor Arya, Dion mengelus pelan dadanya. Hanya dia yang tau sifat asli Arya yang dulu. Arya yang kejam jika teritorinya di ganggu. Arya yang tak segan berbuat keji jika dia di buat marah. Masih jelas di ingatan Dion, saat itu Arya melemparkan Rena, mantan istrinya ke dalam ruangan berisi 10 preman kumal yang di beri obat perangsang karna Rena berani selingkuh di belakang Arya juga mengabaikan Maura yang saat itu masih bayi bahkan hampir mencekoki Maura dengan minuman keras. Untungnya ada Bi Surti yang segera menolong Maura dan membawanya pergi dan melaporkan tindakan tidak bermoral Rena. Setelah kejadian itu, Rena menjadi gila dan selalu menjerit, mencoba bunuh diri tapi selalu gagal, sampai masuk rumah sakit jiwa dan di nyatakan hamil 2 bulan setelahnya. Entah dari mana asalnya, Rena bisa mendapatkan tali untuk gantung diri. Hanya Rena dan Tuhan yang tahu.
Kehadiran Casseylah yang membuat Arya jinak dan menjadi pria yang lembut. Dan kini mantan suami Cassey berani mengusik ketenangan singa yang tertidur. Semoga saja Firman tidak gila seperti Rena suatu hari nanti. Ya... semoga saja....
***
Kepala Cassey terasa pusing, perlahan Cassey membuka matanya yang juga terasa berat. Nuansa serba putih menyambut indra penglihatan Cassey. Tiba-tiba tubuh Cassey terasa sesak karna pelukan erat seseorang.
“sayaang.... akhirnya kamu bangun...” suara serak dengan wajah yang kusut dan kedua lingkaran hitam yang menggantung terpampang di depan Cassey.
“Abang.... perut Cassey sakit.” Rintih Cassey begitu merasakan ngilu yang terasa sangat di perut bagian bawahnya. Mata Cassey melotot begitu menyentuh perutnya yang datar. Kilasan memori pun perlahan membanjiri otaknya. Saat itu dia naik taxi online dan tiba-tiba Firman datang dan menutup hidungnya entah dengan apa yang membuat Cassey pingsan tak sadarkan diri. Setelah itu Cassey tak ingat apa-apa lagi.
“Abang! Bayi kita! Di mana? Abang tadi Cassey di culik mantan suami Cassey! Bayi kita!” tanya Cassey panik.
“sst... tenang sayang. Bayi kita baik-baik saja, dia sudah lahir ke dunia tujuh hari yang lalu. Abang pakai nama pilihan kamu, namanya Alvaro Permana dan sekarang dia lagi di inkubator untuk menyempurnakan pertumbuhannya. Kondisi fisik kamu saat di culik bajingan itu melemah, sehingga mengharuskan untuk mengeluarkan Alva dari perut kamu. Akhirnya mas setujui prosedur operasi Cesar buat kamu.” Air mata berlinang di pipi Cassey. Bahagia mendengar bahwa bayinya, Alvaronya baik-baik saja.
“alhamdulillah. Cassey lega Alva baik-baik saja Bang. Cassey takut sekali bang.” Arya kembali memeluk Cassey dan mengelus pelan punggung Cassey.
“sstt... jangan menangis sayang semuanya baik-baik saja. Abang akan selalu ingat janji Abang untuk lindungi kamu, anak-anak kita, keluarga kecil kita.” Cassey mengangguk dalam pelukan Arya.
“Cassey mau lihat Alva bang.” Arya mengangguk. “Boleh tapi hanya bisa dari kaca. Alva masih harus dalam perawatan intensif.” Cassey mengangguk antusias. Arya pun membantu Cassey duduk di kursi Roda dan mengantarkan Cassey ke ruang bayi.
“itu bayi kita, Alva. Dia lagi bobo sayang. Kamu jangan nangis terus nanti Alva ikut sedih. Kamu harus kuat demi Alva, Maura, Lutfi dan terutama Abang.” Cassey mendongak menatap Arya.
“Abang cinta sama kamu.” Cassey menatap Arya kaget campur bahagia. Ini adalah pertama kalinya kata ‘cinta’ terucap dari bibir Arya. Selama ini mereka memang bahagia tanpa Cinta, tapi ternyata Cinta itu benar-benar tumbuh seiring waktu seperti apa yang di katakan Arya.
“Cassey juga cinta Abang.” Arya tak kalah kagetnya mendengar ucapan Cassey. Kedua insan itupun berpelukan. Tak bisa menahan diri, Arya langsung memagut bibir Cassey dan Casseypun membalasnya.
“Ya Ampun di cari kemana-mana ternyata malah mesraan di depan anaknya ya! Arya kamu tuh ya! Istri baru siuman bukannya di suruh istirahat eh malah langsung di makan.” Suara Sandra, ibu Arya memecah suasana romantis yang baru saja tercipta. Melihat sang mertua tak hanya sendiri tetapi juga bersama ibunya, Rachel juga Maura dan Lutfi yang kedua matanya di tutupi tangan nenek-neneknya, wajah Casseypun semerah tomat. Sedangkan Arya? Biasa saja bahkan melotot pada sang ibu yang di rasa mengganggu momen romantisnya bersama sang istri.
“Opung kok gelap sih? Mati lampu ya?”
Wajah Casseypun semakin memerah mendengar celetukan Lutfi.
Beberapa minggu kemudian, Alva sudah bisa di bawa pulang dengan catatan kontrol setiap dua hari sekali dan berubah sesuai anjuran dokter. Saat ini keluarga besar Arya dan Cassey sedang berkumpul di acara selamatan kepulangan Alvaro. Rumah Arya dan Cassey di penuhi kerabat mereka. Alva yang menjadi bintang acara pun menarik perhatian penuh.
Melihat suka cita dalam keluarganyapun hati Cassey banjir kehangatan.
“Tega kamu Beb! Aku tinggal ke luar negeri sebentar ama Julius kamu udah nikah bahkan punya anak dari Arya permana. Aku bener-bener gak nyangka kaamu beneran jodoh sama Arya itu. Puji Tuhan.”
Cassey Menggeleng pelan pada Cella yang sejak tadi masih saja uring-uringan karna tak tau perihal pernikahannya dengan Arya.
“ya kan waktu itu kamu di LN beb. Lagi honeymoon masa aku gangguin? Aku takut ganggu kamu beb. Mau kasih tau kamu setelah balik dari LN eh kamu malah netap di sana lebih dari setahun.” Cella meringis. “iya sih habisnya di sana Julius sambil kerja beb, ntar kalo aku pulang duluan dia gak ada pawangnya kan repot kalo ada yang genit-genit.” Cassey tersenyum lembut mendengar penjelasan berbau curhatan Cella.
“sayang, aku cari kemana-mana juga. Ayok kita pulang, kamu harus cek kandungan hari ini.” Sambar Julius saat menghampiri dua sahabat baik itu. Cella tersenyum bahagia menyambut suaminya.
“iya sayang. Aku pulang dulu ya Beb? Mau lanjut kontrol si dedek. Lain hari pasti aku mainlagi deh.”
“iya beb, kalau sempet main sini aja. Kapan-kapan kalau Alva sudah bisa di ajak pergi-pergi aku main ke rumah kalian deh.”
“bener ya beb?”
“iya Cella....” Cassey dan Cella pun saling cipika copiki dan pamit pada Cassey.
Cassey turut bahagia atas kebahagiaan sahabatnya itu.
“hey kenapa senyum-senyum?” Cassey menoleh danmendapati sang suami yang sudah memeluk pinggannya.
“Abang, malu ah di lihatin.” Protes Cassey. “sebentar sayang, Abang lagi bahagiaaa banget.”
“oh ya? Kenapa?” tanya Cassey penasaran. Arya melepas pelukannya dan berdiri di hadapan Cassey. Menatap mata Cassey dan menggenggam kedua tangannya.
“sumber kebahagiaan Abang adalah kamu sayang. Semenjak ada kamu dan Lutfi di hidup abang dan Maura, hidup kami terasa lengkap. Kamu bisa menerima Maura tanpa membedakannya dengan Lutfi itu abang sanagt bersyukur dan bahagia banget. Bahkan Maura bisa lengket sama kamu. Terima kasih sayang, terima kasih sudah hadir di hidup kami, memberi kami cahaya kehidupan yang indah. Memberi kami teman hidup baru, Alvaro.” Cassey terharu mendengar kata-kata Arya membuatnya meneteskan air mata.
“Abang juga cahaya di hidup Cassey dan Lutfi. Berkat abang Lutfi jadi percaya diri, berkat abang Lutfi jadi punya Ayah, punya kak Maura, punya kebahagiaan yang dulu belum pernah dia rasakan. Terrima kasih abang. Trimakasih atas cinta kasih abang pada kami.”
“I love u.” Ucap keduanya bedsamaan membuat senyum indah muncul di kedua bibirnya. Kedua insan itupun berpelukan di saksikan keluarga besarnya yang turut bahagia.
****
Jauh di sebuah lapas pulau terpencil
Dua bulan Firman tinggal di sini, rasanya dia hampir gila. Setiap hari dia di paksa melayani kebutuhan sexual pria-pria menyeramkan ini. Dia di ancam jika tak mau melayani mereka akan langsung melecehkannya secara bersamaan. Wajahnya yang dulu tampan sudah hilang menjadi wajah kurus hanya tang berbalut daging dan tertutup jambang.
Saat ini Firman sedang bersembunyi di toilet. Pandangan Firman kosong, teringat perbuatannya sebelum sampai di sini. Saat itu, sepulangnya dari mengerjakan proyek di luar kota dia mendengar kabar bahwa Cassey sudah menikah lagi bahkan sudah hamil. Firman kalut.
Rasa cinta untuk Cassey yang masih menggelora membuat Firman nekat menculik Cassey. Kala itu Firman kalap saat melihat perut Cassey yang sedang hamil besar. Merasa bahwa bayi itu akan jadi penghalang hubungannya dengan Cassey, Firmanpun merencanakan untuk menggugurkan kandungan Cassey, membunuh janin Cassey dengan membawanya ke dukun beranak di pinggir kota supaya tak dapat di lacak Arya.
Padahal tinggal sesikit saja! Sedikiiit saja! Cassey sudah berbaring di ranjang Aborsi, dukun beranak itupun sudah hampir menekan perut Cassey, tapi bajingan itu datang begitu cepat bersama beberapa pria berbaju serba hitam.
Pria itu tak pantas untuk Cassey! Pria kejam! Bahkan dia bisa menendang nenek tua itu tanpa perasaan! Tanpa rasa sesal! Dan tatapan mata itu! Firman masih kngat dengan jelas! Itu bukan tatapan manusia! Itu seperti binatang yang akan mengamuk! Tubuh Firman bergidik mengingat bagaimana pria kejam itu menghajarnya tanpa ampun. Bahkan kaki kiri dan hidungnya patah. Dia di pukuli sampai pingsan dan berlumur darah tapi tidak mati. Dan saat bangun, dia sudah berada di tempat terkutuk ini. Kenapa? Kenapa pria kejam itu menghukumnya seperti ini? Membuangnya ke tempat menjijikkan ini! Menjadi pemuas nafsu bejat para napi menjijikkan itu! Dia hanya ingin melenyapkan janin tak berguna itu! Dari pada seperti ini, Firman lebih memilih mati.
‘Brakh!’
Pintu di hadapannya tiba-tiba terbuka menampilkan wajah menjijikkan dengan rambut kumal dan gigi kuning yang tak pernah di sikat. Senyum menjijikkan itu! Membuat rasa mual naik ketenggorokan Firman.
Beberapa menit kemudian lelaki kumal itu menaikkan celananya dan tersenyum puas meninggalkan Firman yang tersungkur di lantai tanpa busana. Air mata mengalir dari kedua matanya. Pandangannya terpaku pada sebuah tali yang tergeletak tak jauh dari tempatnya saat ini.
THE END.
DAN.... INILAH AKHIR KISAH CASSSEY. SEMOGA PUAS YA....
MAAF JIKA ADA KONTEN EXPLISIT YANG MENGGANGGU.
PERTANYAAN WAJIB DI JAWAB! KALO GAK JAWAB UP NYA LEBIH LAMA LAGI! ADA YANG MUNTAH GAK BACA 5263 KATA?
Minggu, 26/1/2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT STORIES
Short StoryWARNING!!! GENDERSWITCH! DONT LIKE DONT READ! NO BASH! NO WAR! NO PROTEST! NO SILENT READER! NO PLAGIATOR! NO NO NO! ******* Ketika cinta bertepuk sebelah tangan. Ketika kisah berakhir bahagia. Ketika yang diharap tak menjadi nyata. Ketika mampu mer...