Satu

595 22 4
                                    

"Anaknya siapa mbak?"

"Temen kerja mah, tadi kebetulan ikut kondangan dan mampir ke Alun-alun sebentar."

"Makanya cepet nikah mbak, biar bisa punya anak sendiri dan ga sibuk share foto anak-anak orang"

"Iya mah... lagi diusahain."

Sebenarnya aku selalu mengshare foto-foto di instagram setelah ada event bersama itu hanya sebagian caraku untuk bahagia, namun tak jarang teman-teman memasang tulisan "#edisi pinjem anak" di komentar foto jadi orang tuaku suka usil. Mereka bukannya gaul buka-buka instagram, bahkan sms aja mereka sungkan dengan alasan malas ngetik, tapi anak-anak mereka yang lain suka sekali menjadikan dunia maya bagian dalam kehidupan nyata.

Perkenalkan namaku kirana larasati, putri sulung dari lima bersaudara, dalam usiaku yang hampir menginjak angka dua puluh delapan, aku memang belum menikah bahkan pacaran pun belum, ah tidak. Aku tidak tertarik dengan hubungan yang satu itu.

"Ya sudah mamah keluar dulu, inget umur lagipula adikmu juga perempuan semua. Mereka juga sudah dewasa mbak."

Aku mulai mengembuskan napas, seakan baru lepas dari keadaan yang benar-benar sulit. Aku bukannya tidak mau menikah, tapi entah mengapa rasanya sulit sekali mendapatkan yang cocok. Tak perlu sempurna, aku hanya butuh nyaman dengannya dan dia menerima keluargaku.

Ping !!!
Ping !!!
Ping !!!

Apa ci?
Banyak sekali ngeping
Aku yakin klo bbm andro bisa ngeping lebih dari 3x, kamu akan buat hp ku langsung low dengan hanya bbm dari kamu.

Yang satu ini teman dekatku, mungkin seperti sahabat. Kalau kalian bertanya kenapa seperti? Karena aku belum mendapatkan definisi yang tepat dari kata sahabat itu? Aneh? Biarkan.

Aku bertemu leca, saat kami sama-sama bekerja di sebuah perusahan distributor underwear. Hanya kami beda devisi, aku ada di staff admin keuangan dan dia admin untuk pemasaran. Tapi kami cukup dekat, karena beberapa faktur penjualannya menjadi sumber tagihan yang akan aku tagih pada customer.

Te, aku sekarang merasakan apa yang kamu rasakan....:(

Apa?
Maksudnya???

Ade aku baru aja telpon te, dia mau nikah tiga bulan lagi.
Dia minta izin buat ngelangkahin aku te....
Nyesek bgt rasanya :(

Hmm...
Mami kamu?

Mami bilang terserah aku te, tapi tetep aja berharap supaya aku g dilangkah, tapi aku kan g mungkin minta dia buat segera nikahin aku te. Apa lagi dalam tentang waktu tiga bulan :(

Udah jelasin ke mami?

Udah...
Makanya kata mami oke kalau g bisa. Tapi mami mau tahun depan aku nikah. Kata mami klo dia g sanggup cari aja yg lain, yg sanggup.

Udah bilang Andrew?

Belum te, bingung bilangnya

Besok aja pulang dari gereja, saat kalian makan. Jangan jelasin lewat pesen kaya gini, takut salah paham.

Iya te...
Ah sudahlah...
Thanks te...
Night...

Night...

Ini kasus yang juga sering aku alami, tapi aku bersyukur adik-adikku belum sampe bawa laki-laki kerumah, meski tuntutan untuk nikah selalu menghantuiku. Lagipula orang tuaku tidak akan mendesak seperti mami leca, karena mereka tau aku tidak punya pacar, sedangkan leca sudah punya Andrew, orang yang dia pacari selama lima tahun.

Tapi keadaanku tidak jauh lebih baik, karena orang tuaku selalu berusaha menjodohkan aku dengan anak-anak teman-temannya. Apa aku mengenal mereka? Tidak. Pertama aku hampir tidak pernah bergabung dengan mereka saat tamu-tamu mereka datang, apa lagi ikut mereka pergi. Kedua, orang-orang yang mereka kenalkan berasal dari kampung halaman mama, dimana aku hanya pulang kesana setahun sekali. Ketiga, saat aku pulangpun aku tidak suka keluar rumah, kecuali ke tempat nenek dan tanteku. Atau pergi dengan teman lamaku.

Aku memang tinggal lama di kampung mamah, Tegal. Besar disana bersama nenek dan tante. Aku baru pindah ke Bandung setelah aku lulus SMK dan langsung kerja. Meski sempat istirahat beberapa lama sebelum ikut orang tua ke Bandung, karena kejadian yang sangat di luar prediksi itu.

#####

Minggu pagi, selalu aku lewatkan di atas ranjangku. Apalagi aku sedang datang bulan, sebelum jam 7 aku tidak akan bangun. Hari minggu, jangan kalian fikir aku free, aku punya jadwal mengantar adik bungsuku latihan taekwondo.

Aku sendiri tidak habis fikir, kenapa aku punya adik setomboy itu. Mungkin waktu hamil dia, mamah berharap punya anak laki-laki karena sudah punya empat anak perempuan. Bahkan semua mainannya tidak jauh dari mobil-mobilan dan bola, pernah suatu hari papahku membelikan dia boneka barbie. Kalian tau apa yang terjadi dengan boneka itu? Mengenaskan!!! Di mutilasi dan potongan-potongannya di lempar kemanapun dia suka.

Aku hanya mengantarkan dia sampai ke GOR tempat dia latihan, setelahnya aku pergi ke supermarket terdekat untuk sarapan dan menunggu dia selesai latihan.

Seperti saat ini, aku telah duduk tenang dengan secangkir chocolate dan sebotol tea kemasan. Aku tidak pesan makanan, karena aku tidak begitu lapar. Aku mulai sibuk dengan notebook ku dan menyicil kerjaanku. Meski tidak punya deadline tertentu aku lebih menikmati waktuku bersama notebook ku.

"Huh... panas banget" keluhku saat aku mulai menikmati chocolate ku. Aku tidak suka makan atau minum apapun itu dalam kondisi panas,dan rasanya aku lupa mengatakan kata "ice" saat ku pesan tadi. Dan aku tidak fokus karena lebih fokus pada benda kotak persegi di hadapanku.

"Boleh duduk disini?"

Aku mengangkat kepalaku dan menatap laki-laki di hadapanku, sedikit berfikir,aku meyakinkan diriku bahwa aku tidak mengenal dia.

"Diam,berati boleh"

Nah apa itu, dia mengambil kesimpulan sendiri tanpa repot-repot menunggu peraetujuanku. Aku hanya mengangkat kedua bahuku, dan kembali fokus pada notebook ku. Tanda tidak peduli.

"Perempuan tidak baik minum kopi"

Hah.. apa lagi ini? Aku kembali mengangkat kepalaku dan memastikan kalimat apa yang akan keluar lagi dari mulutnya.

"Dapat mengganggu sistem pencernaan dan sulit tidur" lanjutnya.

"Laki-laki juga" jawabku singkat.

"Berdampak buruk untuk payudara" katanya setengah berbisik.

Mau tidak mau, aku kembali mengangkat kepalaku dan menatapnya.

"Aku Isya" kata selanjutnya sambil mengulurkan tangannya.

My Sick...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang