Satu bulan berlalu sejak kejadian kami bertemu di alun-alun dan aku di kenalkan dengan kak Adit yang dia anggap kakaknya dan Winda yang sebenarnya ingin dia jadikan anak. Hari ini kami seakan mengulang kejadian bulan lalu, menginap di kediaman Kak Adit. Tapi kali ini ada Kak Nilam dan Biyan yang tak lain istri dan putra Kak Adit.
Pagi ini kami menyusuri jalanan di komplek perumahan Kak Adit, jogging pagi dan katanya Laras senang melakukan ini. Selesai jogging kami mampir kesebuah kedai soto madura dan memesan soto untuk sarapan kami.
" De, Kamu ga salah? Itu pasti asem banget" Aku bergidik ngeri melihat Laras yang tengah menambahkan perasan jeruk nipis di sotonya.
"Hahaha, kamu baru liat Laras makan soto dengan jeruk nipis ya Sya?" Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kak Adit.
"Kamu harus membiasakan melihat hal itu Sya, karena saat Laras menemukan jenis makanan apapun yang memungkinkannya menambahkan jeruk nipis dia akan melakukan hal itu." Aku menatap kak Nilam seakan meminta penjelasan yang baru saja dia lontarkan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti Sya, itu memang rekomendasi dari Dedy nya yang secara rutin mengawasi keadaan fisiknya. Kesehatan jasmaninya. Jadi nanti kalau kamu bertemu dengan Dedy nya kamu bisa tanyakan langsung."
Aku kembali fokus pada makananku, mengingat tentang Dady aku masih belum tau tentang hubungannya dengan Laras, tapi mengingat Laras punya orang tua kandung, aku yakin mereka tidak ada hubungan khusus.
Aku menatap Laras yang tampak asyik dengan soto ekstra asamnya, sedangkan aku masih asyik mengaduk-aduk sotoku dengan beberapa pertanyaan tentang hubungan Laras dan Dedy.
"Jangan di aduk-aduk aja mas, atau mas masih memikirkan tentang jeruk nipis yang aku masukan ke dalam sotoku?" Suara Laras mengembalikan fokusku pada makanan yang aku hadapi. Aku hanya mengangkat kepalaku dan memandangnya sebentar lalu kembali pada mangkukku.
"Sebenarnya bukan itu Ras, aku dokter dan aku tau manfaat jeruk nipis. Yang ingin aku tau hubunganmu dengan Dedy ku Ras..."
Serentetan kalimat itu tentu hanya aku ucapkan dalam hati saja, bahkan sampai sekarang Laras belum tau kalau aku sering melihatnya di Rumah Sakit Dedy dan aku juga belum cerita kalau aku putra tunggal pemilik rumah sakit tersebut.
"Aku punya masalah dengan asam lambung.." Aku mulai memperhatikan kata-kata Laras" KAta Dedy, jika aku tidak ingin terus bergantung pada obat-obatan maka aku bisa memperbaiki pencernaanku dengan perasaan jeruk nipis atau lemon. Itu sebabnya setiap aku bertemu dengan buah-buah itu sebisa mungkin aku konsumsi. Tidak ada yang aneh kan mas?" Iya kembali menatapku lekat setelah menyelesaikan penjelasannya.
"Iya dek, Mas ngerti. Ga masalah koq, mas lagi ada sedikit pikiran aja. Udah ade lanjutkan sarapannya."
"Cie cie yang udah punya mas dan jadi ade...." Kak Adit kembali meledek kami. Aku melihat Laras kembali menunduk dan aku hanya mampu tersenyum mendengan sindiran tersebut. Aku masih ingat bagaimana Laras menolak permintaanku tentang panggilan itu
Flashback on
Hari ini aku sengaja menjemput Laras pulang dari kantornya, sebenarnya Laras membawa kendaraan sendiri. Tapi karena saat aku datang kostnya masih terkunci akhirnya aku datang ke kantornya dan kebetulan kantor dan kos dia saling berdekatan.
"Laras..."
"Eh... Isya? Ada apa?"
"Mau mampir ke kosmu. boleh? Ingin ngobrol." Dia mengangguk dan mulai mengendarai motornya dan aku mengikutinya dari belakang.
Sampai di kos dia hanya diam, sampai aku dudukpun dia tidak banyak bicara. Aku fikir setelah kami sepakat saling mengenal dia akan mulai bicara tapi dia tetap saja jadi pendiam.
"Anda mau minum apa? maaf tadi saya ganti baju dulu."
"Pertama bisakah, tidak terlalu formal? Bukankah kita sepakat untuk saling mengenal?" Dia hanya mengangguk."Kedua, untuk membuat kita saling dekat aku tak ingin ada kata saya-anda, bisakah seperti yang lain? aku-kamu." Dia menatapku sejenak, lalu kembali mengangguk.
Dia masih diam dan tak membantah apapun, apa dia memang selalu seperti ini?
"Ketiga, aku ingin kamu memanggilku mas,aa atau abang dan aku akan memanggilmu ade. Bagaimana?" Dia kembali menatapku heran. Apa sangat sulit mengubah panggilan untukku?
"Berapa usia anda? Eh maaf berapa usiamu?" Owh dia sedang mengira-ngira berapa usiaku, baiklah.
"23th ade sendiri?"
"Aku sudah 28th, apa aku harus tetap memanggil dengan panggilan yang tadi an.. hmm kamu ucapkan?"
Aku mengangguk sebagai jawaban, ternyata aku tertipu dengan pembawaannya yang seperti putri malu bak ABG yang baru kenal dunia luar. Tapi bukan masalah besar bukan? Jika hati telah memilihnya? Ah hati, kenal saja belum sampai sebulan Sya....
"Bukankah jika hubungan ini berhasil, kita akan berada di suatu hubungan yang membuat aku menjadi pemimpin atasmu? Meski usiaku ada di bawahmu?" Dia kembali mengangguk
Flashback off
Aku berhenti dari lamunanku saat, Kak Adit memanggil pelayan dan membayar semua yang kami makan. Kami segera kembali ke rumah Kak Adit
####
Laras POV
"Kamu sudah sebulan lebih ga pulang de ke rumah orang tua kamu?"
Saat ini aku dan Mas Isya sudah berada di kosan ku setelah menghabiskan setengah hari di kediaman Kak Adit. AKu hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Kak Adit.
"Kenapa? Kamu ga rindu mereka? Bukannya setiap minggu pagi adikmu harus diantar latihan Taekwondo?"
Dia mulai sibuk mengambil air minum di kulkas. Iya aku memang memintanya terbiasa dengan semua ruangan kosku ini kecuali kamarku. Aku mencoba mengizinkan dia memasuki kehidupan yang telah lama aku pasang benteng setinggi-tingginya terhadap orang lain, bahkan keluarga kandungku. Aku mengatakan keluarga kandungku, bukan tanpa alasan tapi karena di samping mereka aku punya banyak keluarga lain yang mungkin jauh lebih sering ada bersamaku.
"Bicaralah de, izinkan aku mengenalmu lebih jauh lagi. Aku tidak main-main dengan permintaan awalku."
"Mas ingin tau apa tentangku, bertanyalah dan sebisa mungkin akan aku jawab."
"Kenapa ga pulang ke rumah?"
"Yang sebenarnya atau alasan yang aku berikan pada mereka mas?"
"keduanya de. ingat, Tanpa kebohongan."
"Aku memang tidak ingin pulang, dan bilang ke mereka aku sedang sibuk disini jadi belum bisa pulang."
"Itu saja?" Aku mengangguk
"Ada berapa banyak hal yang kau simpan sendiri de? Sehingga terkadang mas menemukan orang yang berbeda di tubuh yang sama?"
Aku mengangkat kedua bahuku, tanpa aku tidak tau. Entah karena aku merasa tidak ada yang aku sembunyikan atau karena terlalu banyak hal yang aku simpan sendiri tanpa ada orang lain yang tau. Aku melihat Mas Isya menghembuskan nafasnya berat, seakan ada hal yang menjadi bebannya.
"Apa kamu tidak ingin cerita apapun?"
"Mas ingin tau yang sebenarnya?" Dia mengangguk dan memperhatiakku lekat
"Sebenarnya, aku memiliki beberapa kelainan dan penyakit....
=== Bdg, 010417 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...