Tiga Puluh Satu

44 4 3
                                    

Ucapan terimakasih untuk kak Masnorlaila dan kak @widfuji yg selalu vote n baca tulisan abal2 saya ini..

====

"Dia... Dia orang yang berencana melamar Laras di pertemuan pertamanya."

"Maksudmu orang tidak waras yang berniat melamar Laras di perjumpaannya yang pertama itu?" Dr Adit mengangguk, meski wajahnya tidak terlalu menampakkan kekhawatiran, tetapi sejatinya kali ini dia benar-benar khawatir. Dia tidak ingin adiknya, orang yang dia sayangi dan juga pasien terbaiknya mengalami hal yang sama seperti saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

"Lalu sekarang dia dimana Dit?" Tanya Dr. Yadi serius. "Mungkin saya bisa membantu bicara dengannya dan sedikit meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja." Dr. Yadi berusaha mencari solusi terbaik untuk putrinya, agar sang putri tidak kembali terpuruk dalam keadaan yang mengenaskan.

"Dia masih dalam perjalanan. Saya baru memintanya kesini setelah saya memastikan Kirana dalam kondisi yang stabil dan baik-baik saja. Lagipula, saya memang ingin jika nanti anda menjelaskan padanya tentang apa yang di alamai Kirana." Jawan Dr. Adit santai.

Dr. Yadi menganguk paham, "Sejauh mana Dia mengenal Kirana dan juga Larasati?" Tanya Dr. Yadi, mencoba memahami hal apa saja yang nanti akan dia bicarakan dan jelaskan pada laki-laki yang tengah mencoba mendekati putrinya. Dr. Yadi berharap jika apa yang di usahakan putrinya dan Dr. Adit berhasil dengan baik.

"Dia belum pernah bertemu dengan Kirana, kecuali hari ini. Dan tentang Kirana, selain mengenai rumah tinggal dan mobilnya aku rasa dia juga tidak tau apa-apa?" Tanya Dr. Adit santai sembari menggoyangkan minuman yang ada di tangannya. "Kalau mengenai Laras, mungkin sudah banyak sekali yang dia ketahui, karena Laras sendiri yang memberinya ruang untuk mengenalnya. Kecuali masalah hubungan Laras dan Kirana."

Dr. Yadi masih serius mendengarkan penjelasan penjelasan Dr. Adit tentang apa saja yang telah Laras dan laki-laki tersebut lalui bersama. Karena Dr. Yadi berusaha agar tidak melewati batasan-batasan apa yang selama ini putri angkatnya buat tentang urusan pribadinya bagi orang luar. Selama Dr. Yadi mengenal Laras sebagai pribadi yang sangat tertutup dan membatasi segala hubungan pribadinya dengan orang lain, mendengar bahwa putrinya ingin membuka hati dan mulai memberi kepercayaan pada lawan jenis, dan orang lain itu membuatnya cukup optimis bahwa segala kekhawatirannya tentang putrinya akan segera berakhir.

"Satu lagi, jelaskan juga tentang hubungan anda dengan Laras?" Ucap Dr. Adit, yang membuat Dr. Yadi memberinya tatapan tajam dan sedikit tidak suka. "Kenapa?" Tanyanya dengan ketus.

"Dia beberapa kali melihat Laras disini, dan dia tidak percaya bahwa anda adalah Daddynya?"Jawaban santai Dr. Adit justru membuat Dr. Yadi makin menampakkan wajah tidak sukanya. " Jadi saya harap Anda dapat menjelaskan apa yang dia butuhkan tentang hubungan kalian berdua."

"Kenapa demikian? Laras putriku, dan akan tetap demikian." Jawab Dr. Yadi makin tak suka.

"Saya tau, dan saya sudah bilang demikian. namun dia yakin dengan sangat bahwa anda tidak memiliki seorang putri. Itu kenapa saya menjelaskan hal ini."

"Maksudnya?"

"Dia pernah datang kepada saya dan menanyakan secara pribadai tentang hubungan anda dengan Laras. Dia sangat yakin anda tidak memiliki putri dan hanya memiliki seorang putra."

"Hmmm... Sombong sekali dia, memang dia siapa sampai memberi keyakinan demikian. Selama ini saja tidak ada yang berani menanyakan tentang hubungan saya dan Laras, sedangkan dia orang yang baru kemarin hadir sudah berani mengatakan dan menanyakan hal yang demikian?" Dr. Yadi makin tersulut dengan apa yang di sampaikan oleh Dr. Adit "Lancang sekali dia!"

Di tempat lain, Kirana yang di tinggal di ruangannya sendirian mulai tersadar dari pingsannya. Pikirannya mengingat segala yang terjadi sebelum dia pingsan dan akhirnya tersadar di rumah sakit Daddynya. Hal ini cukup membuat Kirana yakin, bahwa dia tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama.

Bayangan tentang kehadiran Isya menjadi shok yang luar biasa bagi Kirana, selama ini Kirana selalu berusaha sebaik mungkin dalam segala hal dan Kirana selalu berusaha agar dirinya tidak pernah terintimidasi oleh siapapun dalam hal apapun, karenanya Kirana selalu berusaha mendapatkan hal yang terbaik dengan mengusahakan segala hal terbaik yang dapat dia lakukan. Karena dia yakin bahwa usaha tidak akan pernah mengecewakan selama di iringi dengan keyakinan dan do'a pada Tuhannya.

Dan saat ini untuk pertama kalinya Kirana mulai merasakan kembali rasa terintimidasi oleh orang lain, yang sebenarnya Kirana yakin orang tersebut tidak ada keinginan untuk mengganggu segala fokus yang Kirana miliki. Karena sejauh ini orang itu tidak mengenal dan tau siapa Kirana.

Tak mau terlalu larut akan segala pikiran buruk yang tengah di hadapi, Kirana segera mengambil handphone dari tasnya, tak lama terdengan jawaban dari orang yang sejak tadi dia hubungi.

"Apaan te?" Sapa si penerima telpon

"Transferin uang ke Daddy ya?" Jawab Kirana santai

"What?? Kamu masuk rumah sakit lagi?"

=== Bdg, 240517 ===

My Sick...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang