Delapan

83 6 0
                                    

Terimakasih Untuk Kak @sals39 Untuk Votenya :)

========

"Laras pulang lebih cepat dari rumah orang tuanya?" Sepertinya memang Leca ini orang yang cukup ah, bukan cukup tapi sangat mengenal Laras. Aku mengangguk, kalian menebak aku berapa dimana? Jawabannya tepat sekali, aku berada di cafe Leca. Meski Laras tidak bilang tapi menu makanan yang dia pesan adalah menu cafe ini, jadi aku kesini sebelum ke kosan Laras.

"Haahhh..." aku melihat Leca menghembuskan nafasnya keras, ada apa? Aku tidak mengerti. "Nanti kalau ketemu, jangan tanya apa-apa dulu biarkan moodnya stabil dulu. Moodnya yang berantakan bisa membahayakan kesehatannya. Bukan hanya fisiknya, tapi juga jiwanya. Ada lagi jika sudah berhubungan dengan keluarga kandungnya itu."

Aku mengangguk, aku akhirnya teringat kembali pesan Kak Adut tempo hari padaku

"Kamu bisa bertanya apapun padanya, jika kamu ingin serius mengenalnya tapi satu hal yang harus kamu ingat. Berhati-hatilah jika sudah menyangkut dengan keluarganya. Keluarga kandungnya. Salah sedikit aja dapat menghancurka semua yang ada pada dirinya."

"Ca..." Panggilku, agar dia kembali fokus padaku setelah dia berbicara dengan salah satu pelayan yang menghampiri meja kami. Saat aku yakin dia siap mendengarkan aku dengan seksama "Ada apa dengan keluarganya?" Tanyaku hati-hati akhirnya. Dia masih diam menatapku, aku melihat ada kegelisahan yang hadir dalam tatapannya namun akhirnya dia justru mengalihkan tatapannya dan menunduk. "Aku tidak punya hak bicara tentang hal itu padamu, mungkin Kak Adit bisa membantumu. Itupun sebatas apa yang dia bisa ceritakan." 

"Apa dia akan mau menjawab jika aku bertanya ca? Seperti yang Kak Adit dan kamu sarankan, bahwa aku harus bertanya." Dia hanya diam tak menjawab apapun "Dia pasti akan menjawab, tapi pelan-pelan untuk masalah keluarganya, itu hal yang sangat sensitif. Banyak hal yang terjadi padanya itu bermula dari sana."

"Baiklah, aku hanya akan menunggu dia cerita nanti. Bagaimana dengan pesananku dan bonnya sekalian Ca." Aku memutuskan untuk pulang karena aku merasa Leca mulai tidak nyaman dengan perbincangan kami ini. "Sebentar, aku ambilkan." Diapun berlalu pergi ke arah dapur cafe. Sedangkan aku hanya asyik dengan segala pikiranku sendiri. 

"Ini pesanannya Sya. Kapan dia kapan datang?" Dia menyerahkan sebuah plastik berisi pesananku dan kembali duduk di hadapanku. Aku mengangkat bahuku bertanda aku tidak tau "Dia hanya bilang sore ini, Menurutmu jam berapa Ca?" Tanyaku padanya. "Waktunya bertahan tergantung kemampuannya menahan emosinya, semakin lama dia menahan emosinya semakin lama 'sore ini' untuknya. Cepatlah pergi, bisa jadi juga dia sudah ada di kosnya." Aku mengangguk dan berdiri, saat aku mulai mencari bon tagihan pesananku, aku mengernyitkan dahi karena bonnya tidak aku temukan "Bonnya?" "Pergilah Sya, semua tagihan atas nama Laras tidak akan menghasilkan nominal disini." Aku kembali duduk.

"Apa cafe ini tidak akan bangkrut Ca? Setiap kali aku datang, sendiri ataupun dengan Laras, kamu tidak pernah memberikan tagihan pada kami." 

"Salahkan saja programernya yang membuat nama Laras tidak memiliki tagihan apapun disini."

"Kalau begitu pakai namaku saja Ca." Aku sungguh tak enak dengan hal ini. Gratis setiap kali datang? Bisa-bisa cafe ini gulung tikar nanti. "LAgipula apa semua temannya bisa makan gratis disini?"

"Hahaha... Kamu fikir ada berapa orang yanng bisa menggunakan namanya untuk makan disini Sya, hanya kamu, keluarga Kak Adit dan Keluarga Daddynya. Kamu tau?" Aku menggeleng tidak pecraya. Tidak mungkin bukan kalau dia hanya punya orang-orang yang disebutkan Leca tadi sebagai kenalannya? 'Nanti akan ada saatnya kamu tau siapa Kirana dan bagaimana Larasati tetap bisa bertahan hidup. Pelan-pelan saja. Yang jelas Cafe tidak akan bangkrut dan aku tidak akan di pecat hanya karena tidak mengeluarkan tagihan untuk kalian."

Aku hanya diam dan pergi setelah berpamitan, rahasia lagi? dan siapa itu Kirana? apa hubungannya dengan Larasati yang bisa bertahan?



=== Bdg. 040417 ===

My Sick...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang