"Kak Adit..."
"Isya...."
Seru keduanya secara bersamaan. Namun keduanya memiliki perasaan yang berbeda. Adit dengan rasa khawatirnya, karena apa yang dikatakan sahabatnya melalui chat dan gambar sebelumnya benar. Disisi lain Isya yang penasaran kenapa tiba-tiba Kak Adit ada di acara seminar ini juga, namun demikian Isya tetap sadar bahwa sama seperti Laras, Kirana juga termasuk orang yang di kenal Kak Adit dengan baik jadi bukan hal aneh Kak Adit ada di acara Kirana.
"Dit.. Dit.. Kirana selesai" Suara Syam membuyarkan keterkejutan keduanya, Syam yang tampak panik membuat Adit ikut panik. Ditambah Adit mendengar kata 'selesai' yang membuat otaknya berkali lipat berfikir bagaimana menangani ini semua. "Cepet Dit..." Syam menarik Adit tanpa peduli dengan keanehan yang hadir di wajah Isya. Adit tanpa bisa menolak atau membantah, mengikuti apa yang dilakakuan sahabatnya itu. Menyeretnya dari acara dan ke tempat dimana Kirana beristirahat setelah menjadi pembicara.
"Kak Adit...." Teriak Kirana begitu melihat Kak Adit memasuki ruangannya, di ikuti dengan pelukan yang cukup membuat Adit kaget. Namun Adit tetap berusaha tenang dan mengontrol dirinya, karena saat ini dia sangat membutuhkan ketenangan dan akal sehatnya untuk mengatasi keadaan yang mungkin beberapa saat lagi akan terjadi dan tentu saja menguras segala pikiran dan tenaganya.
"dia disini kak.. dia.. dia tau semuanya.. hikz..." Ucap Kirana terbata, di iringi tangisan. Adit yang sangat paham akan apa yang di ucapkan oleh Kirana, hanya mampu menenangkan Kirana.
"Tenanglah dek, semua akan baik-baik saja." ucap Adit tenang, dan berusaha menenangkan Kirana.
"Tapi kak dia, dia disini."
"Lalu?"
"Dia akan tau semuanya kak..." Kirana terus berucap dalam isakan dan juga kekhawatiran yang dapat di lihat jelas oleh Adit. Adit tidak meminta Kirana untuk diam, dia membiarkan Kirana terus terisak, berharap tangisan yang mengalir dari mata perempuan yang selalu di anggapnya adik ini mampu mengurangi segala kekhawatiran yang kini telah menghampiri dirinya.
Namun di luar dugaan Kirana justru pingsan dalam dekapan Adit, Adit yang kaget makin khawatir akhirnya segera menghubungi supir Kirana untuk membawa Kirana pulang ke Bandung, karena Kirana tidak suka jika banyak orang yang mengetahui tentang dirinya dan masalahnya maka dari itu dalam kondisi seperti inipun orang-orang yang telah mengenal Kirana dan di beri kepercayaan olehnya tidak ingin membuatnya kecewa. Di bawa pulang ke Bandung itu artinya dia akan di tangani oleh dokternya pribadi yakni Dr. Yadi.
"Ke RSKC Kang" Perinta Adit begitu, dia berhasil membawa masuk Kirana ke dalam mobil yang Kirana bawa ke Jakarta bersama Kang Adang, Supir Pribadinya.
Kang Adang yang juga cukup tau keadaan majikannyapun segera mengikuti apa yang di perintahkan Adit, salah satu orang yang memang dekat dan paham betul dalam menangani kondisi majikannya.
"Assalamu'alaikum Dok" Sapa Adit melalui telpon. Adit hanya ingin mengabarkan pada Dr. Yadi jika dia dalam perjalanan menuju rumah sakit dan berharap Dr. Yadi akan sigap begitu mobil yang kini membawa mereka masuk ke lobbi rumah sakit.
"Wa'alaikumsalam" Jawab Dr. Yadi tenang "Apa apa Dr. Adit, pastikan semuanya baik-baik saja dan kamu tidak membawa kabar buruk untukku saat ini." Dr. Yadi kembali berbicara sebelum Dr. Adit dapat menjelaskan maksudnya menelpon. Dr. Adit yang tau bahwa kabar ini tidak akan menyenangkan mau tak mau mencoba menghela nafas dan menjelaskan semuanya sepelan mungkin, agar tidak menghadirkan ke khawatiran yang berlebih pada Dr. Yadi.
"Maaf dok, kali ini kabarnya kurang baik. Tapi saya harap anda tetap tenang disana, dan tidak membuat khawatir istri anda." Jawab Adit tenang. "kami saaat ini telah memasuki tol cipularang, dan akmi akan langsung menuju rumah sakit anda. Bisa tolong bersiap untuk kedatangan kami?" Tanya Adit sebelum Dr. Yadi menyelanya.
"Ada apa?" Tanya Dr. Yadi singkat
"Jelasnya nanti begitu kami sampai, intinya sekarang Kirana tidak sadarkan diri dan di syok dengan suatu hal dalam seminarnya tadi. " Ucap Adit masih berusa sesantai mungkin
Begitu mobil yang di tumpangi Kirana dan Adit sampai ke lobi rumah sakit, Dr. Yadi sudah menunggu didepan pintu masuk lengkap dengan brankar dan perawat yang siap dan sigap membawa Kirana ke ruangan khusus yang selalu digunakannya saat Kirana di rawat dirumah sakit milik Dr. Yadi.
Sesampainya diruang inap yang dituju Kirana langsung mendapatkan perawatan intensif langkap dengan segala alat yang terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Infus dipunggung tangannya dan juga alat bantu nafas yang terpasang didepan lubang hidungnya.
Setelah Dr. Yadi memastikan keadaan Kirana stabil dan tidak ada yang serius dengan keadaanya, Dr. Yadi segera keluar dan membawa Adit diruangannya untuk meminta penjelasan akan apa yang dialami putrinya tersebut.
"Bagaimana ini bisa terjadi Dit? Kirana tidak pernah seperti ini sebelumnya." Tanya Dr. Yadi begitu mereka memasuki ruangan Dr. Yadi. "Kita saat ini berhadapan dengan Kirana, bukan Laras" lanjut Dr. Yadi sembari meletakkan sebuah minuman kaleng di depan Adit dan duduk di kursi kebesarannya.
"Ini benar-benar di luar perhitungan saya dok" Jawab Adit lemah
"Perhitungan?" Tanya Dr. Yadi serius
"Saya berfikir untuk mulai membiasakan Kirana atau Laras tanpa kita disekitarnya, saya berfikir untuk membangun kepercayaan dirinya secara sempurna. Selama ini keduanya hanya percaya diri jika ada satu diantara kita disekitarnya bukan?" Tanya Adit serius, yang hanya di jawab anggukan oleh Dr. Yadi. "Maka dari itu saya ingin membiasakan mereka tanpa kita, meski secara perlahan suka ataupun tidak itu harus kita lakukan." Adit masih menjelaskan.
"Lalu?" Tanya Dr. Yadi yang mulai tidak sabar karena apa yang Adit jelaskan tidak menjawab pertanyaan sejak di telpon tadi.
"Di seminar kali ini, saya sengaja tidak datang bersama dengannya dan mengatakan bahwa saya tidak dapat ikut bersamanya. Namun demikian saya tetap berangkat ke Jakarta di hari yang sama juga menginap di hotel yang sama." Adit menjelaskan dengan tenang, sebagai seorang psikiater bukan hal baru jika dia harus berhadapan dengan keluarga pasiennya yang merasa khawatir dengan keadaan keluarganya. "Saya berusaha membangun keyakinannya bahwa tanpa saya atau anda, dia akan mampu melewati seminar hari ini dengan baik."
Adit berhenti sejenak dan meminum minuman yang ada di hadapannya. "Ternyata tanpa saya ketahui ada seseorang yang mampu membuatnya syok dan khawatir yang berlebihan."
"Seseorang? Siapa?" Tanya Dr. Yadi makin serius, karena dia cukup tau bahwa Kirana adalah sosok yang cukup dingin dan sejauh ini orang-orang yang di temui atau dikenalnya adalah orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaannya.
"Dia....
=== Bdg, 190217 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...