Kak Adit menghembuskan nafas dengan kasar, entah beban apa yang berusaha dia lepaskan. "Kalau kamu tau di awal perkenalan kenapa baru kamu tanyakan sekarang?"
"itu.. itu karena... karena aku masih belum yakin Laras akan membawa kemana hubungan ini. Laras hanya bilang memberi waktu tapi sampai sekarang status kami juga belum jelas Kak." Isya mencoba menjawab dengan tenang meski tersimpan kegundahan yang sebenarnya belum dapat dia jelaskan.
"Jadi yang tidak yakin kamu atau Laras?" Tanya Kak Adit dengan tenang tanpa menatap Isya. "Atau kamu tidak yakin dengan Laras?" Kak Adit kembali bertanya
Isya hanya terdiam, mencoba mencerna dengan baik yang apa menjadi pertanyaan Kak Adit. Sebenarnya siapa yang tidak yakin? Dia? atau... ah bukan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Laras sedikitpun, Laras bahkan selalu berusaha bersikap apa adanya, bahkan segala ketidak stabilannya tidak sedikitpun dia tutupi dari dirinya. Lantas apa benar dia tidak yakin? Jika dia tidak yakin untuk apa dia bertahan sampai saat ini? Bahkan dia menyanggupi permintaan Laras untuk memberikannya kesabaran yang tidak terbatas. Lantas sekarang siapa yang mempertanyakan keyakinan siapa?. Isya masih menciba mencerna dan mendalami seua yang ada dalam pikirannya yang juga berakar dari pertanyaan Kak Adit.
"kalau kamu tidak yakin, akhiri sekarang dan pergi jauh dari Laras." Seketika kalimat Kak Adit membuat Isya menatap tajam Kak Adit, bagaimana mungkin Kak Adit mengatakan hal itu dengan sangat tenang dan rasa bersalah sedikitpun. Apa selama ini dia tidak ingin Isya ada dideka Laras?
"Jangan berfikir macam-macam dan mengambil kesimpulan apapun, dari awal aku sudah katakan 'kamu cukup tanyakan, dan dengar jawabannya' baik aku, Laras, Leca bahkan semua orang yang benar-benar mengenal Laras dengan baik akan mengatakan hal yang sama, bahkan bersikap yang sama dengan apa yang aku lakukan saat ini." kak Adit terdiam dan beranjak dari tempat duduknya sembari mengambil air minum dan segera dia habiskan sekali teguk. "Kami bereusaha semampu kami menjaga kondisi Laras sebaik mungkin dan kami lebih memilih membuat dia sadar secepatnya dan segera kembali pulih secepatnya dari pada kami harus mengulur waktu dan membuatnya semakin terluka."
"Apa maksud Kakak?"
"Maksudku yang mana?" Tanya Kak Adit, sembari kembali duduk
"Akhiri dan pergi jauh dari Laras?"
"Aku rasa sebagai dokter kamu cukup cerdas untuk memahami kalimat yang lugas tersebut." Isya menatap tajam Kak Adit "Oh..., ayolah Sya itu kalimat yang sangat lugas, apa yang ingin kamu tanyakan dari kalimat itu?"
"Apa kakak keberatan aku ada di dekat Laras?"
"Jangan mengambil kesimpulan sendiri Sya, Siapa yang bilang seperti itu?"
"kata akhiri dan tinggalkan?"
"pernah dengar istilah semakin lama semakin banyak kenangan yang di hasilkan?" Isya mengangguk "Itu maksudku, kalau kamu tidak yakin akhiri saja agar tidak banyak kenangan yang nantinya harus berusaha kalian lupanakan atau bahkan kenangan kalian yang harus mati-matian aku hapus dari otak Laras."
Kening Isya kembali mengerut, kenapa? "Kenapa harus di hapus?"
"Tidak semua orang bisa dengan tenang dan dewasa menerima bagian-bagian keidupannya yang kurang menyenangkan Sya, tapi bagaimanapun kami akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk Laras. Meski kami harus berusaha menghapus sebagian memorinya."
"Jelaskan"
"Laras itu adalah orang yang cerdas dan tergolong sangat cerdas, dia memiliki memory diatas rata-rata dan dia mampu mengingat dengan baik segala hal baik itu hal yang baik dan buruk. Dan keadaan yang demikian tidak selamanya baik untuk seseorang, dalam hal ini tidak baik untuk Laras. Bahkan hidup dengan nilai yang selalu baik, karena ambisi mendapat perhatian dari orang tuanya membawa pada hal yang kurang menyenangkan. Dengan jelas dan singkat aku katakan dia memiliki trauma akut. Tingkat traumanya terjadi karena semua hal buruk yang tersimpan baik dalam memorinya. Bahkan kami dulu sering mengantarnya menemui terapys untuk mengikuti hypnoterapi dan benar beberapa lama memang dapat terlupakan, tapi itu tidak bersifat permanen karena pada dasarnya otak manusia itu bukan seperti file atau data pada komputer yang setelah kita tekan delete semua selesai." Tak lama Kak Adit berdiri dari duduknya "Ayo kita makan siang dulu, berbicara seperti ini membuatku bekerja eksta dan aku lapar. Ayolah..."
=== Bdg, 260417 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...