Tiga Puluh Lima

27 2 0
                                    

"kak.. "

"Tenanglah dek, semua akan baik-baik saja. Sekarang kamu istirahat, akan kakak putarkan rekaman meditasi untuk mu dan kamu hanya perlu tenang, santai dan ikuti apa yang dia ucapkan." Kak Adir berusaha menenangkan adiknya tersebut. Tak lama adiknya telah menutup matanya dan Adit segera beranjak keluar untuk menyusul Dr. Yadi.

Seperginya Kakak sekaligus PSikiater terbaiknya sang pasien kembali membuka matanya. Rasa kalut dan ketakutan kembali mendera dalam kesendiriannya di ruangan tersebut.

Ya Alloh, aku punya Engkau

aku hamba yang lemah tampa-Mu

Ampuni aku atas segala jalan salah yang pernah aku pilih

Tolong Hamba Ya Robb...

aku Tau, aku salah

aku sadar aku yang telah menyimpang dari jalan-Mu

dari dari semua hal itu, satu hal yang aku tau bahwa Kau adalah Maha Pengampun

Kau menerima Taubat setiap hamba-Mu yang ingin kembali

Ya Ghoffar Ya Ghofur...

izinkan aku kembali di jalan-Mu

hilangkan segala gundah dan lara ini

selamatkan hamba yang tak berdaya ini dari rasa sendiri dan ketakutan yang tak kunjung berakhir ini

Duhai, kekasih dari setiap kekasih

Duhai engkau yang selalu menjadi tujuan akhir kami, izinkan aku kembali

izinkan aku menikmati rasa tenang dalam naungan-Mu

Duhai yang menggenggam Jiwaku...

-Kirana-

=====

" Sya, ada yang Daddy akan jelaskan tolong jangan potong dan dengarkan dengan baik." Dr, Yadi yang tak lain ayah dari Isya mengambil suara, setelah Dr, Adit ikut bergabung dengan mereka bertiga.

" Daddy sekarang tau kalau lelaki yang di maksud Adit mendekati Larasati adalah kamu. Putra tunggal Daddy." Dr.  Yadi menatap putranya yang masih tetunduk, tidak tau harus berbuat apa.

"Dengarkan Daddy nak..." Suara Dr. Yadi membuat ISya mengangkat wajahnya dan memperhatikan orang yang selama ini menjadi panutannya.  "Larasati tidak seperti kebanyakan gadis yang ada di luaran saya." Keduanya saling tatap, berusaha mendapatkan jawaban dari masing-masing tatapan yang mereka temui. "Namun demikian Daddy tidak akan melarang jika pilihan hatimu ada padany, hanya saja..."

"Daddy tidak perlu khawatir" Isya memotong ucapan sang ayah " Isya akan selalu berusaha sabar dan berada di sampang Larasati, sampai dia sendiri yang meminta Isya pergi."

"Jangan..." Dr Adit ikut bicara " Jangan pergi, bahkan saat dia memintamu pergi." Dr Adit menatap Isya penuh harap "Meski kalian baru bertemu, tapi saya yakin Laras sangat nyaman denganmu, Dan jujur saja. Kamu adalah satu dari obat yang mungkin mampu menyembuhkannya."

"Adakah yang au menjelaskan, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Isya menatap tiga orang lain yang ada di sekitarnya.

" Saya yang pertama kali menemukan Laras." Dr. Adit angkat bicara, " Saat itu dia hanya menceritakan keadannya yang kesepian melalui salah satu aplikasi chatting setelah dia hadir dalam salah satu seminar yang saya isi"

"Dia mendapatkan kontak saya dari salah satu panitia yang saat itu mengundang saya sebagai pengisi acaara. Dia cerita, kalau saat itu dia merasa kehilangan jati dirinya, kehidupannya bahkan waktunya. Saat dia sadar dia telah banyak kehilangan banyak hal. Itu yang saat itu dia ceritakan. " Dr. Adit masih berusaha menceritakan awal pertemuan nya dengan Laras. "Saat itu saya hanya bertindak sebagai pendengar dan memberikan saran semampu saya, sampai....













My Sick...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang