"Hubungan Laras dan keluarganya memang kurang baik, dan itu dimulai saat Laras masih kecil. Dia di tinggal bersama neneknya sejak dia duduk di bangku kelas satu sekolah dasar, kedua orangnya berdagang di Bandung, di tempat yang sekarang mereka tinggali....
"mama... hikz mama.... bapa.... bapa...." Laras kecil mulai menangis merindukan kedua orang tuanya. Tiga bulan berlalu sejak dia tinggal bersama neneknya, setiap malam waktunya akan dia lewati dengan menangis dan tertidur karena kelelahan. Setiap malam pula neneknya akan bilang, "besok pasti mama dan bapak pulang, sekarang tidurlah biar kamu tetep sehat dan bisa sekolah."
Setiap pagi, saat suara adzan subuh berkumandang Laras kecil akan di bangunkan oleh neneknya. Neneknya mengajarkan Laras bersih-bersih rumah dan pekerjaan lain yang biasa dikerjakan oleh ibu rumah tangga, kecuali mencuci pakaian. Hal itu mungkin masih terlalu dini untuk Laras kecil. Di saat Laras kecil mengerjakan semua pekerjaan rumahnya, neneknya mulai memasak dan mempersiapkan barang-barang yang akan dijualnya ke pasar.
Saat Laras mulai bersiap untuk kesekolah, dan neneknya menemaninya sarapan di teras depan. Laras akan kembali bertanya "Mama, bapa belum pulang nek?" Dan hanya gelengan yang diberikan neneknya untuk menjawab pertanyaan sang gadis kecil. Neneknya akan memberi banyak cerita dan canda tawa sampai Johan, tetangga neneknya lewat dan Laras akan di titipkan pada Johan karena usianya terpaut sekitar lima tahun, Dan kebetulan mereka bersekolah di tempat yang sama.
Tidak sampai enam bulan dengan rutinitas tersebut, Laras kecil sakit dengan demam tinggi dan mengigau memanggil kedua orang tuanya. Tapi mereka tetap tidak pulang, Dokter yang mengobatinya menyarankan pada sang nenek agar Laras di beri banyak kegiatan, setidaknya rasa rindunya akan berkurang bahkan terlupakan.
Lepas kejadian sakit yang di derita Laras, Sang nenek memberikan Laras segudang aktivitas yang menurut dokter dapat mengalihkan fokusnya dari kerinduan pada orangtuanya.
Laras kecil mulai mengayuh sepeda kecilnya yang di belakangnya ada sebalok es batu terikat di boncengan dan di stangnya terdapat tas berisi beberapa botol limun sirup. Setiap pulang sekolah Laras akan membeli es dan sirup untuk di jual di warung kecil yang di buat neneknya. Sampai Dzuhur dia akan jualan dan setelah itu dia akan sholat dan pergi ke sekolah MDA untuk belajar ilmu agama, dan saat pulang dia akan melihat neneknya sudah mulai sibuk membereskan sapu-sapu yang setiap hari di bawa nenek untuk jualan di pasar.
"Assalamu'alikum nek..."
"wa'alaikumsalam sayang, bagaimana sekolahnya?"
"Aku senang nek sangat senang, selain aku punya teman di sekolah di madrasah pun aku bisa bermain bersama mereka. Nek, nanti akan ada lomba tilawah Qur'an, hanya surat pendek saja sih. aku ingin ikut, tapi..." Laras kecil terdiam dan menunduk dalam
'"Tapi apa Ras?" Neneknya masih tenang menanti cerita selanjutnya dari cucunya
"Lombanya di Balaidesa Nek, dengan orang tua..." jawab Laras lirih. Tiba-tiba rindu yang sempat dilupakan kembali menyusup kehatinya, segala kesibukan yang neneknya ciptakan terasa musnah seketika.
"Nenek yang akan temani, tenang saja"
"Apa mama dan bapak ga kangen Laras nek?" Laras kembali bersuara lirih, sang nenek mulai khawatir dengan keadaan Laras merangkul bahu sang cucu. "Ayo, bantuin nenek beresin sapunya. terus kamu mandi dan bersiap sholat magrib di Masjid"
Laras kecil hanya mengangguk, dan mulai membawa sapu-sapu yang tak terjual hari ini masuk ke gudang. Sang nenek bukannya tidak mau menjawab, tapi be;iau sendiri bingung harus jawab apa? karena anak mantunya tidak pernah memberi kabar tentang keberadaanya. Mereka hanya bilang ingin merantau di kota dan Laras terpaksa sekolah di kampung karena biaya sekolah di kota mahal.
Waktu berlalu dengan cepat hingga Laras duduk di bangku kelas lima, Laras hidup dengan nenek dan kakeknya, Orangtuanya akan pulang setahun sekali tepat saat lebaran selama dua minggu setelah itu mereka akan pergi lagi. Laras kecil mulai tumbuh dengan segudang kegiatan yang di buat padat oleh neneknya. Pagi sekolah, Siang MDA dan setelah magrin dia akan mengaji di masjid hingga Isya. Setelahnya dia akan pulang dalam kondisi yang telah siap untuk tidur.
tok.. tok...
Suara ketukan pintu, menghentikan cerita Kak Adit tentang Laras kecil.
"Masuk" Tampak seorang perawat dan wanita tengah baya memasuki ruangan Kak Adit.
"Apa adik dokter ada? Dinda mulai marah-marah lagi. " Suara Sang wanita paruh baya, yang aku pikir orang tua dari yang di sebut Dinda itu. Kak Adit mengangguk, dan tampak menghubungi seseorang melalui telpon. Tidak lama perawat dan Wanita itupun keluar, setelah Kak Adit mengatakan bahwan adiknya akan langsung ke ruangan Dinda.
"Kita sampai mana tadi Sya?" Kak Adit kembali fokus padaku.
Aku mengembalikan fokusku pada Kak Adit, dan berfikir sejenak tentang cerita yang baru saja aku dengarkan ah ya.. " Sampai Laras kelas lima kak." Jawabku akhirnya
"Ah itu, waktu kelas Lima....."
=== Bdg, 080416 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...