Dua Puluh Sembilan

42 5 0
                                    

Karena sebagian waktunya habis saat berbagi cerita tentang Laras dengan Mr. Danu, mau tidak mau Isya melewatkan sebagian besar seminar yang sengaja dia kunjungi saat ini. Namun demikian saat ini dia tidak begitu kecewa, karena dia masih mendengar moderator mengadakan termin tanya jaawab, dan sebenarnya hal inilah yang sangat dia nantikan karena dia sendiri ingin mencoba perbincangan dengan psikolog yang kemarin di bicarakan oleh Damian sahabatnya saat dia sedang menghadiri pesta pernikahan Damian.

"Baik kita buka termin terakhir untuk tiga penanya dengan tiga pertanyaan" Moderator melanjutkan sesi tanya jawab yang menyisakan termin terakhir.

Isya bergegas masuk keruang seminar dan segera duduk di tempat yang awalnya memang dia tempati, karena ada sahabatnya yang masih setia menngikuti seminar tersebut.

"Ya, silakan anda yang ada di sebelah sana." Moderator menunjuk salah satu peserta seminar yang telah mengangkat tangan dan menyiapkan pertanyaannya.

"Mengapa setelah menyelesaikan pendidikan S1 psikologi, anda justru mengulang S1 dengan fakultas kedokteran?" Tanya orang pertama yang di tunjuk oleh moderator.

Isya yang teringat sekilas cerita tentang Psikolog ini akhirnya mulai fokus, selain dia juga penasaran dengan orang yang benar-benar mau memfungsikan otaknya dengan berlebih, bayangkan saja psikologi itu fakultas yang menguras otak dan dia mengulang di fakultas kedokteran? yang bisa membuat sebagian mahasiswa kalang kabut dengan segala mata kuliah dan praktikumnya? itu yang sejak kemarin menjadi pertanyaan Isya daat mendengar ceritanya dari Damian.

"Kenapa sangat mirip dengan dia?" Tanya Isya saat dia fokus pada pengisi seminar tersebut. Memandang perempuan dengan setelan blazer ala-ala orang kantoran dengan kerudung warna navy dan kacamata yang membuat sosoknya seperti seorang dokter muda yang sangat sukses, berkelas dan anggun.

"Pertanyaan selanjutnya?"

"Mengapa anda sangat dingin? ini hanya tampilan luar saja atau memang kepribadian anda?" Tanya penanya lain yang telah di beri kesempatan bertanya oleh moderator.

Mendengar pertanyaan tersebut Isyapun memperhatikan Kirana lebih datail dan benar tatapannya berbeda dengan tatapan Laras yang penuh dengan kesedihan dan rasa takut, dari penampilannya jelas Kirana terlihat sebagai sosok yang sangat luar biasa. Hanya saja mereka sangat mirip, sangat-sangat mirip. "Apa mereka kembar identik?" Isya kembali berasumsi dengan akal dan apa yang dia lihat.

"Ya, pertanyaan terakhir?" Moderator memberikan kesempatak penanya lain untuk bertanya.

Tanpa membuang waktu Isya mengangkat tangannya dan mencoba semampunya menarik perhatian moderator, agar dia dapat memberikan pertanyaan dan bertatapn langsung dengan Kirana. Karena dari tadi Kirana sama sekali tidak melihatnya, atau mungkin karena banyaknya orang dan penuh sehingga Kirana tidak mungkin memperhatikan satu persatu orang yang ada di dalam ruangan tersebut, dan satu-satunya cara menarik perhatiannya adalah dengan memberinya pertanyaan. Pucuk di cinta ulampun datang, moderator tersebut akhirnya menunjuk Isya sebagai penanya terakhir.

"Mengapa meski telah memenuhi kriteria sebagai psikiater, anda lebih sering di kenal sebagai psikolog?" Isya menyampaikan pertanyaannya dengan lantang dan tenang, namun tiba-tiba saat tatapan mereka bertemu pandangan dan tatapan Kirana langsung berubah, seakan ada sesuatu yang memubuatnya tidak tenang atau mungkin sejenisnya, karena Isya sendiri tidak dapat mendiskripsikan apa yang menjadi tatapannya sekarang. Harusnya dia dari awal belajar tentang hal-hal demikian supaya dia bisa memahami arti tatapan Kirana saat ini.

Syam yang menyadari perubahan ekspresi Kirana segera mengambil foto orang yang terakhir bertanya pada Kirana, karena kebetulan jarak mereka tidak terlalu jauh. Setelah yakin foto yang dia ambil cukup jelas dan memperlihatkan wajah yang di bidiknya, Syam segera mengirimkannya pada Adit.

To: Dr. Adit

Kenal dengannya?

Picture

Adit di tempatnya langsung kaget saat menerima gambar foto yang di terimanya dari sahabat yang tengah mengawasi Kirana, Tidak ada niat untuk membalas pesan tersebut Adit justru mendial no. yang baru saja mengiriminya gambar.

"Ada apa Dit? Apa ga cukup kamu jawab via chat lagi saja?" Syamsudin terlebih dahulu memborbardir Adit dengan ketus dan pertanyaan, karena dia sedikit sebal dengan sahabatnya yang mengganggu acaranya hari ini. Harusya dari awal Syamsudin tidak menyanggupi permintaan sahabatnya ini untuk mengawasi adik anngkatnya itu dari jauh, karena saat ini yang dia rasakan malah seperti tahanan wajib lapor, yang harus melapor tiap menit dan detiknya. Bahkan tahanan lapor saja tidak perlu di hubungi sesering itu bukan? Gerutu Syam dalam hati.

"Hehehe, maaf maaf. Kamu dapet foto tadi dari mana? dan kenapa tiba-tiba nanyain?" Tanya Adit tenang dan cengengesan.

"Owh, itu tadi tiba-tiba Kirana terlihat salah tingkah atau sejenisnya melihat dia bertanya. Makanya aku tanya." Syamsudin menjawab sembari memperhatikan gerak gerik Kirana yang kembali tampak tenang. Meski tatapannya tetap tidak bisa berbohong.

"Apa? itu artinya dia ada disana?" Tanya Adit panik "kamu serius kan?" Adit kembali memastikan "Ga bercanda"

"Saya serius dan sedang tidak bercanda." Jawab Syam kesal, karena merasa Adit terlalu berlebihan saat bertanya. "Puas?" Tanyanya kemballi dengan ketus.

"Syam.. Syam, tolong jaga Kirana aku akan segera kesana" JAwab Adit masih dengan nada panik dan khawatirnya.

"Hei..." Tut tut tut...

Sialan, Adit menutup telponku tanpa mendengar jawabanku. Dan sekarang apa? aku harus menjaga Kirana sampai Adit datang? yang benar saja.

Syam kembali mengumpat dalam hati karena ternyata telponnya di tutup sepihak oleh Adit. Merasa apa yang dikatakan sahabatnya itu sangat tidak masuk akal, harus menunggunya dari Bandung ke Jakarta dan memastikan keadaan adik angkatnya yang tampak sangat tenang di atas panggung sana? aneh !

====

Adit di tempatnya segera berlari ke luar dari kamar hotel yang sedari malam tadi dia tempati, Berlalri semampunya dan berusaha secepat mungkin untuk dapat menjangkau mobilnya yang terparkir di parkir hotel. Karena dia tidak ingin terlambat dan terjadi sesuatu pada adiknya dan juga pasien kesayangannya.

Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Adit telah sampai di pelataran kampus tempat seminar Kirana di adakan, segera setelah mobilnya terparkir rapi dia berlari menuju aula tempat diadakannya seminar.

begitu sampai di tempat tersebut, terdengar bahwa acara tersebut telah mencapai puncak acara dan akan segera berakhir, berdiri tak jauh dari pintu masuk Adit berusaha semampunya untuk tetap di tempat dan tidak menimbulkan ketenangan Kirana di atas panggungg sana terusik, meski begitu sesekali mata Adit menyusuri setiap ruangan yang ada untuk memastikan bahwa benar orang yang baru saja dia lihat di foto adalah foto Isya.

Setelah cukup mengelillingi isi aula Adit merasa tenang karena dia tidak menemukan Isya, berjalan menuju kursi yang sedang kosong sembari menunggu acara selesai, Adit kembali tersenyum melihat Kirana masih baik-baik saja.

"Maaf ini tempat duduk sa..." Isya yang baru saja menerima panggilan telpon kembali ketempat duduknya namun ternyata telah di tempati oleh orang lain.

"Kak Adit..."

"Isya...."

Seru keduanya secara bersamaan.


=== Bdg, 140517 ===

My Sick...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang