"Dia, dia Lintang mas" Jawab Laras Lirih. "Aku bertemu dengan lintang di salah satu Ruang Gawat Darurat di salah satu rumah sakit swasta. Saat itu aku tengah mengalami sedikit kecelakaan karena ada sebuah mobil yang menabrakku dari belakang, Sedangkan saat itu sebenarnya tidak ada hal yang serius dan aku masih dalam keadaan tersadar. Di ruang rawat darurat tersebut, aku melihat Lintang yang sangat itu mengeluh karena perutnya sakit dan dia tengah di temani salah satu pengurus yayasan ini.
Aku yang tengah menunggu di jemput Daddy atau Kak Adit sempat berbincang dengan Ibu yang menemani Lintang tersebut, dari sana aku tau kalau Lintang mengalami masalah pada ginjalnya mas. Saat itu aku sangat terpukul dengan kenyataan tersebut, anak berusia lima tahun harus menahan sakit yang sangat mengerikan itu? sedangkan aku yang di fonis dengan penyakit yang sama saat berusia enam belas tahunpun ingin sekali menyelesaikan semua dengan cepat karena tidak kuat menahan nyerinya. " Berlahan Laras seakan kembali pada kenangannya saat duduk di bangku kelas dua SMK.
"Waktu itu aku duduk di kelas dua SMK, aku yang sejak SMP sudah sibuk dengan segala ekskul tiba-tiba harus vakum dari segala kegiatan yang aku ikuti. Aku awalnya berfikir bahwa sakit yang sering aku rasakan hanyalah sakit perut biasa karena asam lambungku yang meningkat, mengingat jadwal makanku yang tak teratur karena banyaknya kegiatanku dan tidak ada yang mengurusi makananku. Namun saat sakit itu menjalar hingga daerah pingganku, suka tidak suka akhirnya aku ke dokter bersama tanteku. Saat itu aku di diagnosis antara masalah ginjal atau masalah pada buah pinggang." Ucap Laras lirih, tercekat mengenang salah satu hal yang menyedihkan dari berbagai episode kehidupannya yang memang jauh dari kata bahagia.
"Selama hampir tiga bulan aku mengikuti segala yang dianjurkan dokter, meski kesehatanku kian hari tak kunjung membaik juga. Aku bahkan mengubah pola makanku, ah ak lupa saat tu aku justru lebih banyak minum dari pada makan. Karena menurut dokter hal utama yang aku alami karena aku kurang minum. Namun makin hari keadaanku tak kunjung membaik, perlahan tapi pasti diagnosis dokter makin menyebar, dan yang paling menyakitkan saat penyakit masa kecilku ikut kembali dan aku positif mengidap masalah pada paru-paruku."
"Saat aku mengidap flek paru-paru, aku sudah mulai pindah ke Bandung alasan awal yang ada karena aku belum siap akan perubahan suhu yang ada disini. Gejala Ginjal dan buah pinggang itu menghilang begitu saja hanya aku harus memastikan pasokan air putih yang ak konsumsi cukup. Dan sejak itu aku benar-benar bersahabat dengan air putih. "
Isya yang mulai melihat Laras terisak dan kelelahan membawa tubuh Laras untuk sedikit menjauh dari kamar Lintang dan duduk di sofa yang memang ada di ruang tamy yayasan tersebut. "Nanti lagi ya ceritanya? Yang penting ade tenang dulu. Semua akan baik-baik saja. Nanti mas bisa minta tolong beberapa teman atau kenalan mas untuk membantu kesehatan Lintang. Oke?" Dan sekali Laras hanya terisak dalam pelukan Isya. "Semua akan baik-baik aja de, percayalah."
Isya mengambil air minum yang ada di meja depannya yang mungkin di tujukan untuk mereka oleh penghuni yayasan ini dan menyodorkannya pada Laras, berharap Laras akan segera tenang kembali. Keadaannya yang sebentar sedih, menangis dan tersenyum sungguh mengganggu fikirannya. Seakan memang terlalu banyak hal yang mengganggu fikiran Laras dan untuk hal-hal tersebut Laras menutupinya. Dan saat dia sendiri tidak mampu menguasai keadaan maka banyak emosi tertahannya yang keluar, seperti saat ini.
"Dek bolehkah mas minta sesatu?" Tanya Isya pada Laras yang masih setia dalam pelukannya, sekilas kepala Laras terangkat menatap lekat mata Isya seakan meminta Isya melanjutkan kalimatnya "percayalah pada mas, dan jadilah dirimu sendiri" Lanjut Isya dengan menatap lekat kedua mata Laras yang masih sembab dan berair karena tanngisan sebelumnya. Laras hanya kembali tertunduk dan merapatkan pelukannya pada Isya, seakan mencari pegangan yang kuat dan mampu menjaganya dari segala kekhawatiran yang selama ini dia takutkan.
=====
"Hallo Ca" Sapa Kak Adit, dia masih sibuk di rumah sakit namun entah mengapa pikirannya merasa tidak tenang.
"Ada apa mas, aku masih di cafe dan mungkin agak malam baru pulang. Kalau mas mau, mas bisa ke rumah Laras saja, tapi sepertinya dia sedang pergi ke yayasan bersama Mas Isya. Sore tadi Laras sempat mengambil banyak makanan di sini dan alhasil beberapa koki harus bekerja eksta agar bisa menutup semua pesanan yang ada di sini." Jawab Leca langsung pada pokok permasalaha, melihat keadaan Laras yang belakangan ini tidak kunjung stabil membuat Leca paham betul maksud dan tujuan Kak Adit menelponnya.
"Baiklah, selesai tugas aku akan langsung kesana. Terima kasih Ca." Kak Adit akhirnya menutup sambungan telponya. Dan kembali fokus pada sepasang dokter yang tengah menatapnya penuh cemas.
"Apa semua baik-baik saja?" Tanya Dokter Yadi. Daddy Laras.
Setelah menghembuskan nafas lelah, Kak Adit justru kembali mengangkat gagang telpon yang ada di mejanya. Menanyakan apa masih ada pasien yang harus dia kunjungi atau dia sudah bisa keluar dari sana. Sama seperti dua orang di hadapannya yang mulai cemas dia juga tidak dapat menutupi kecemasannya. Dia masih sulit untuk menjelaskan segala sesuatunya nanti jika banyak hal yang akan Isya temukan tentang keganjilan-keganjilan yang mungnkin terjadi pada Laras, pada kondisinya yang tengah labil seperti belakangan ini.
"Kita akan pulang Mom, Dad" Jawab Kak Adit singkat, dan keduan paruh baya itupun akhirnya ikut menghembuskan nafas dan mengangguk. Sadar benar bahwa pemuda di hadapannya ini tidak dapat menjelaskan apapun tentang kekhawatiran yang tengah mereka berdua hadapi saat ini. Dan benar, pilihan terakhir yang harus di ambil sekarang adalah pulang dan memastikan dengan mata kepala sendiri bahwa putri kesayangannya pada keadaan baik-baik saja dan menepis semua kekhawatiran yang ada pada dirinya dan istrinya.
Mereka bertiga pergi kerumah besar Laras dengan dua mobil. Tanpa harus menunggu satu sama lain, mereka melajukan kendaraan mereka secepat yang mereka mampu, semua mereka lakukan demi mengalahkan kegelisahan yang ada di hati mereka masing-masing. Mereka yang sudah hafal letak dan segala yang ada disanapun tidak perlu berbasa-basi hanya untuk masuk kerumah tersebut. Untuk sebagian orang mungkin rumah tersebut begitu misterius karena pemiliknya jarang sekali beramah tamah pada lingkungan sekitar, dan hal tersebut menciptakan berbagai macam kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya tidak dapat mereka buktikan kebenarannya. Tapi tidak bagi mereka bertiga yang telah hafal segala sesuatu tentang rumah tersebut dan juga segala tetek bengek pemiliknya.
"Kenapa Ca?" Suara Kak Adit terdengar kurang bersahabat bagi anggota lain yang ada di sekitarnya. Mereka baru saja sampai rumah tersebut dan duduk di ruang tamu karena mendapati kenyataan orang yang mereka cari tidak ada di tempatnya. Dan suara telpon kak Adit membuat mereka semoat terkejut karena lamunan mereka tentang segala hal yangn mereka khawwatirkan.
Kedua orang tua di sebelah Kak Adit merasa bingung menatap kening Kak Adit yang mulai berkerut dan wajah yang semakin tak bersahabat. "Baik kami kesana sekarang, bilang pada Isya untuk menunggu kami sampai kesana." Kak Adit segera mengalhiri telpon tersebut dan bengkit dari duduknya. "Kita harus menyusul Laras sekarang..."
=== Bdg, 190417 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomantizmTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...