"Bagaimana keadaanmu nak?" Sapa Dokter Yadi begitu masuk ke ruang putrinya.
"Kalau baik, aku tidak akan tidur disini dad, ayolah... Daddy ini dokter, yang jelas pasti daddy pasti tau betul kenapa seorang pasien harus tertidur di brankar rumah sakit." Rengek sang putri dengan gaya bicaranya yang begitu manja dan panjang. Tidak sedikitpun menampakkan tanda-tanda bahwa keadaannya dalam bahaya atau memiliki penyakit yangn membuatnya harus menginap di rumah sakit sang Daddy.
"Ah kamu ini, terlalu cerewet kadang Daddy sampai tidak bisa membedakan mana yang Laras dan mana yang Kirana saat kamu seperti ini." Jawab sang Daddy sembari mengelus jilbab yang di kenakan sang putri lembut. "Baiklah, cepat istirahat dan pastikan otakmu benar-benar istirahat karena Daddy tidak akan memberikan surat sakit lagi untuk memperpanjang surat sakit yang diberikan kakakmu itu."
"Daddy harus memastikan malam ini asam lambungku kembali normal dan besok aku bisa kembali ke tempat kerjaku dan akhir minggu ini aku bisa menghadiri seminar sekaligus launching buku Kirana. Dan aku yakin Daddy sudah menerima jadwal itu bukan?" Ucap sang putri dengan serius, Sang Daddy mendengus kesal pada putrinya.
"Daddy dokter bukan Tuhan. Untuk masalah asam lambung itu Daddy sudah mengingatkannya dan jangan lupa bahwa penyakit itu adalah penyakit yang umum dan tidak perlu mengambil S2 atau pendidikan sebagai spesialist untuk mendapatan ilmu tentang penyakit itu. Sekarang tidurlah dan pastikan otakmu bekerja dengan benar agar tubuhmu kembali normal." Sang Daddy segera bangkit dari duduknya dan merapikan selimut yang sedari menutup sebagian tubuh putrinya. Memastikan segala hal untuk kenyamanan istirahatnya dan akhirnya keluar dari ruang inap tersebut.
Bukan hal yang aneh jika Laras akan seperti jika dirasa keadaannya sudah tidak memungkinkan, dari segala hal yang di khawatirkan masalah asam lambungnya lah yangn palling riskan. Sebenarnya tidak terlalu berdampak jika pola makan Laras kurang baik, selagi dia tidak membiarkan perutnya merasakan lapar terlalu berlebih. Namun kasus asam lambung itu akan menjadi jauh lebih serius jika Laras di terpa segala macam pikiran yang menguras kerja otaknya, dan pada tahap membuat dia stres. Maka tidak lama dari saat itu lembungnya tidak akan mau di ajak kompromi lagi.
====
"Ini bukan weekend kok kamu di rumah nak?" Sapa sang ayah begitu memasuki rumah dan melihat sang putra yang tengah asyik menonton TV di ruang tengah.
"Tadi habis anter temen deket-deket sini Dad, karena kurang istirahat beberapa hari ini jadi Isya memutuskan untuk menginap disini malam ini Dad."
"Ada masalah son?" tanya sang Daddy sembari menghampiri sang putra dan duduk di sebelahnya. Meski jarang bersama, namun yang Ayah tahu benar bahwa putranya adalah orang yang cukup terbuka dalam segala hal dan tidak mudah murung hanya karena hal-hal yang sepele. Melihat putranya yang telah beberapa minggu hanya pulang sebentar-sebentar tanpa menginap di rumah dalam keadaan lesu dan tidak bersemangat pasti membuat tanda besar pada sang daddy.
Sang putra justru makin mendekatkan diri pada sang ayah seakan mencari ketenangan dari orang yang selama ini menjadi panutannya. Namun tak lama mendekat pada sang Daddy, putra tersebut bergeser kearah yang berlawanan saat melihat ada seorang wanita datang dan ikut duduk disebelahnya. Tanpa tau malu dan ingat umur sang putra melabuhkan kepalanya pada pangkuan sang wanita tersebut dan tanpa komando sang wanita mengelus rambut yang kini ada diatas pangkuannya. Tanpa ada kata dan pembicaraan dari ketiganya, Sang putra ternyata telah dalam keadaan tak sadar karena tertidur pulas di atas pangkuan ibunya.
"Dia ada masalah?" tanya sang istri pada suaminya, mereka masih asyik duduk di antara putranya yang kini tengah terlelap dalam tidurnya. Isya yang tengah lelah dan merindukan belaian ibunya tak terusik dengan perbincangan kedua orang tuanya.
"Entahlah, belum banyak yang kami bicarakan dan sang nyonya besar sudah datang mengambil alih perhatian putra tunggalku." Jawab Dokter Yadi dengan nada datar namun pandangan yang mencemooh. Sang istri yang masih sibuk membelai rembut putranya malah terkekeh kecil melihat kelakuan suami yang sangat di cintainya. "Kau tidak berubah sayang, selal menjadi wanita terhebat dalam hidup kami." Sang suami melanjutkan kalimatnya dengan lembut dan dalam, seakan mengantarkan segala perasaannya melalui ucapan dan tatapan yang begitu lembut pada istrinya.
"Harusnya dulu kau mengijinkan aku hamil lagi, jadi aku tidak akan menggangu kebersamaanmu denga putra tunggalmu ini." Sang Istri seakan menyindir suaminya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Hhh.... sudahlah nyonya besar, aku tidak akan pernah menang darimu. Jika saja kau tak pernah membuatku hampir mati karena menungguimu yang koma karena pendarahan saat melahirkan Isya permintaan mu yang satu itupun akan aku luluskan seperti semua permintaanmu yang pernah ada untukku sayang."
"Bagaimana keadaan dia Dad, apa dia baik-baik saja?" Tanya Mommy Isya pada suaminya.
"Kapan kamu melihat keadaannya baik-baik saja saat dia telah memutuskan menginap di rumah sakit mom?"
"Apa yang terjadi lagi padanya Dad?"
"menurut Adit dia sempat sakit hati dengan orang tuanya dan dia membawa sakit hati itu benar-benar sampai ke hati, Harusnya dia ingat bahwa dia tidak boleh stres mengingat keadaannya yang mudah drop tapi siapa yang bisa membuat kepala batu itu berubah? tidak ada bukan?"
"Besok mommy akan menjenguknya, dan memastikan sendiri kalau dioa baik-baik saja."
Tanpa mereka sadari putra mereka telah terbangun dari tidurnya dan mendengarkan percakapan mereka berdua. Dalam hati Isya bertanya, apakan yang sedang mereka bicarakan adalah Laras? orang yang sakit hati dengan orang tuanya?
"Tidak perlu mom, tadi sebelum daddy pulang dia bilang besok pagi-pagi dia akan di jemput salah satu supir yanag leca siapkan dan dia akan mulai masuk kerja. Dia hanya butuh beberapa obat untuk segera menstabilkan sakit di daerah lambungnya dan dia akan beraktifitas normal lagi."
"Kamu gila dad?" tanya sang istri dengan nama yang cukup tajam
"Kita yang akan gila, jika tak membiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Kita tidak perlu terlalu khawatir akan keadaan tubuhnya, yang harus menjadi fokus kita adalah kondisi kejiwaanya. Jika mommy lupa, dia juga memiliki kemampuan untuk menangani kesehatannya sendiri tanpa harus kita menjadi dokternya." Dokter Yadi yakin akan apa yang dia ucapkan dan sang istripun tidak akan menyangkalnya karena mereka tau, bahwa jika putrinya mau dia memang akan dapat melebihi kemampuan mereka. "Daddy justru ingin tau siapa laki-laki yang sore tadi mengantar putri kita ke rumah sakit, karena menurut Adit belakangan ini mereka dekat. Dan Daddy memiliki sebuah harapan untuk kestabilan kejiwaan dia. Hanya saja saat Daddy sampai di ruang inapnya dia sudah pergi."
"Apa putri kita akan terus memiliki masalah kejiwaan seperti sekarang Dad?" tanya sang istri sendu.
"Hahahaha... daddy justru lebih mengkhawatirkan laki-laki yang mengantar Laras, apa dia masih waras atau tidak? Atau jauh dari itu apa orang tuanya tau jika anak laki-lakinya itu tidak waras?" Tawa Dokter Yadi membuat sang istri bingung
"Apa maksud daddy?"
=== Bdg, 210417 ===
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...