"Saya akan berusaha untuk tetap ada di samping Laras, sebagaimana yang saya janjikan padanya. " Jawab Isya Mantap. " Sekarang bisa tolong Kak Adit jelaskan ada apa dengan Laras? " Isya kembali menyuarakan kegelisan yang beberapa jam terkahir ini dia rasakan.
Kak Adit mengangguk, menjawab pertanyaan Isya. " Laras kembali drop dan di larikan ke rumah sakit ini untuk kembali manjalani perawatan. " Jawab adit lirih, karena ada suatu hal yang ingin dia sampaikan namun dia masih ragu bahkan kesulitan untuk menyampaikannya.
Isya mengernyitkan dahinya tanda dia tengah berfikir keras, "kemarin lalu saat saya bilang akan ke Jakarta, Laras dalam keadaan yang cukup baik dan bilang akan menjaga Winda, karena Kak Adit harus menemani Kirana. Lalu kenapa tiba tiba dia bisa kembali drop?" Isya masih tidak mengerti dengan keadaan Laras. Bagaimana mungkin orang yang tampak sehat bisa masuk rumah sakit seminggu dua kali seperti Laras sekarang? Tapi dia tetap yakin kondisi Laras baik, karena dia sempat melihat sendiri semua hasil pemeriksaan lab milik Laras.
"Ada hal di luar dugaan kami yang terjadi, dan itu berdampak kurang baik untuk Laras. Maka dari itu kamu segera aku minta datang kesini. " Jawab Kak Adit mulai tenang kembali. Ada sedikit rasa lega karena Isya mau tetap ada disini, mendampingi Laras. "Semoga sebagai laki laki, kata katamu dapat aku pegang Sya. " ucap Kak Adit kemudian.
Isya kembali memperhatikan Kak Adit dalam diam, dan yang di perhatikan merasa kurang nyaman akan hal tersebut. Kak Adit dapat melihat jelas dari tatapan Isya, bahwa dia menyimpan pertanyaan yang ingin di lontarkan untuknya. "ada apa? " tanya Kak Adit akhirnya.
"Masalah Karina." Jawab Isya, yang membuat Kak Adit kembali menegang dan kurang nyaman ada disana. Ada keraguan dalam hati Kak Adit, apakan dia harus menjelaskan hubungan antara Karina dan Laras, atau harus bersikap biasa biasa saja dan menganggap semua baik baik saja. "Ada mereka kembar?" Isya kembali menyuarakan apa yang terlintas dalam fikirannya beberapa saat lalu.
Kak Adit yang mendengar pertanyaan Kak Adit hanya diam di tempat, belum tau harus menjelaskan bagaimana.
===
"Hai.. Anak daddy sudah sadar? " saap Dokter Yadi begitu memasuki ruang inap Kirana.
Kirana tersenyum menyambut kedatangan Daddynya "aku baik dad.. " jawab Kirana lemah" Daddy mendekat dan duduk di sebuah kursi yang ada di sebelah brankar tempat Kirasa istirahat.
"kamu baik nak, hanya saja kamu harus menginap disini. Jadi bagian mana yang membuat mu di haruskan menginap disini? " Dokter Yadi mengikuti alur yang Kirana berikan.
"Dia tadi datang di acara seminarku Dad" jawab Kirana parau, suaranya lemah dan pandangan yang menerawang entah kemana membuat Dr. Yadi tau, keadaan hati dan kejiwaan Kirana yang tidak baik. "aku takut akan kehilangan dia juga dad, aku mulai nyaman akan kehadirannya. " Kirana melanjutkan ucapannya masih dengan tatapan yang entah tertuju kemana, namun suaranya syarat dengan kekhawatiran dan juga ketakutan.
"Siapa nak?" Tanya seorang wanita dengan jas dokter dan senyum manisnya. Kedua orang beda usia itu segera menghadap ke arah pintu dimana mommy sang pasien dan istri sang Daddy berdiri disana.
"mom.. " panggil Kirana senang, sembari merentangkan kedua tangannya. Wanita yang di sebut mom tersebut segera mendekat dan mendekap Kirana, berharap dekapannya mampu memberikan ketenangan ada putri tercintanya.
"Lama kita enggak kaya gini ya nak?" Sapaan pertama yang keluar saat dekapan keduanya telah lepas. Kirana memandang lekat pada wanita yang selama ini menjadi ibunya. Tanpa menjawab apapun, Kirana kembali menabrakan tubuhnya pada tubuh wanita yang masih ada di hadapannya. Tanpa banyak tanya kedua orang paruh baya tersebut tau, bahwa putrinya sedang butuh ketenangan, dan mereka akan membiarkan hal tersebut dia dapatkan. Sehingga keduanya memilih untuk diam.
"ehm ehm... " Dr. Yadi mulai berdehem untuk memecahkan keheningan yang terjadi di ruangan tersebut.
Kedua wanita yang saling memelukpun akhirnya melerai pelukannya dan kembali berbincang santai.
Tok... Tok...
"masuk" suara Dr. Yadi membuat pintu yang baru saja di ketuk terbuka, tak lama ketiga orang yang ada di dalam sedikit terkejut saat melihat siapa orang yang baru saja mengetuk pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sick...
RomanceTerlahir menjadi anak tunggal, tidak menjadikan aku fokus kedua orangtuaku. Disaat aku mulai meniti kehidupanku tanpa mereka, aku harus mulai menjadi kakak yang harus membagi perhatianku pada adikku, selain membuat diriku tak merindukan keberadaan m...