[09] Maaf

2.3K 117 18
                                    

[VotMen Please]

"Vania"

Deg...

Suara itu... suara yang sangat familiar ditelinga Vania, suara yang selalu dia rindukan selama bertahun-tahun. Suara yang sangat dia sukai berada didekatnya, tidak perlu menoleh hanya untuk memastikan suara siapa yang ada didekatnya. Vania hapal betul suara yang ada disekitarnya saat ini, Axel. Andai saja kejadian kemarin tidak terjadi, mungkin Vania akan melompat kegirangan melihat Axel datang kerumahnya.

Tapi, sangat disayangkan... kedatangannya kali ini tidak tepat. Vania tidak mengharapkan kehadirannya, benar-benar tidak mengharapkannya setelah apa yang dilakukan Axel kemarin. Vania benci pria yang ada didekatnya saat ini.

"Maaf" ujar Axel lirih menyentuh tangan Vania yang berada disisi tubuhnya.

"Pulanglah" tanpa menoleh, Vania bangkit dari posisinya menepis tangan kekar Axel secara halus.

"Aku tidak akan pulang, sebelum kau memaafkanku Vania" mengikuti langkah Vania yang hampir saja meninggalkannya, Axel kembali meraih lengah Vania dan membalikkan tubuh gadis itu menghadap dirinya. Kedua mata elang Axel menatap lekat mata sendu Vania. Gadis itu benar-benar tidak melihat wajah Axel sedikitpun.

Ada perasaan nyeri yang dirasakan Axel detik itu juga, diabaikan oleh gadis yang selama ini telah mengganggu kehidupannya. Terlebih... Axel sangat menyadari dirinya bahwa dia membutuhkan gadis itu disisinya. Tidak ada lagi tawa yang dia temukan diwajah mungil itu, sikap cuek, masa bodoh, manja, suara cerewetnya yang selalu dia dengar hilang lenyap dari pandangannya. Yang dapat dia lihat saat itu hanyalah luka yang sempat dia torehkan satu hari kemarin.

Satu tangan Axel terayun keatas, ingin rasanya dia menahan buliran air mata yang berkumpul dikedua mata sendu Vania, sehingga mata itu mengembang dan berkaca-kaca dengan tumpukan air mata yang tidak ingin Vania tumpahkan.

Belum sempat tangan kekar itu menyentuh pipinya, Vania kembali menepisnya. Tidak mengizinkan tangannya menyentuh kedua pipinya. "Apa kau benar-benar marah kepadaku? Vania, maafkan aku atas apa yang aku lakukan kemarin. Aku benar-benar menye -"

"Aku sudah memaafkan atas apa yang kau lakukan kepadaku setiap harinya, jadi sekarang pulanglah... " potong Vania cepat.

"Ta - "

"Jadi kalian disini rupanya, ayo kita makan siang dulu. Tante sudah menyiapkan makanan didapur" ujar Revita cuek tanpa mengetahui perasaan Axel yang merasa terganggu dengan kedatangannya. Kesempatannya untuk minta maaf saat itu hilang sudah dengan kehadiran Revita.

"Oh iya, kau temannya Vania kan? Sekalian saja ikut makan siang disini ya" tawar Revita.

"Tidak perlu tante, dia akan segera pulang karena ada urusan" ujar Vania kepada Revita secara halus mengusir Axel sambil melepaskan tangan pria itu dari pergelangan tangannya.

"Tapi, kalau tante memaksa, saya akan ikut makan siang bersama kalian" secara halus pula Axel menolak pengusiran dari Vania, dia tersenyum tipis melihat wajah Vania yang masih tidak menatapnya tanpa senyuman sedikitpun.

"Ohhh... kalau begitu tante akan memaksa, ya sudah... Ayo kita ke dapur karena yang lainnya sudah menunggu disana" dengan cepat Revita menarik kedua manusia itu berjalan disisi tubuhnya.

❤❤❤❤❤

Ruang makan itu telah terisi enam manusia yang duduk dimeja makan sambil menyantap makanannya masing-masing. Tidak ada tawa ataupun canda saat mereka makan seperti biasanya.

Bagi Revaldo sudah tidak aneh lagi dengan situasi yang terasa hening disetiap detiknya, melihat Vania yang terdiam tidak bersuara dari semalam akibat ulah Axel yang kini duduk disebelah Vania dan berhadapan dengan dirinya. Pria itu, Revaldo tidak menyukai kehadiran Axel didalam rumahnya. Pasalnya, pria itu sangat tahu bahwa Axel lah penyebab Vania menjadi diam seperti saat ini.

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang