[14] Rencana Perjodohan

2.2K 113 6
                                    

[VotMen Please]

Bunga menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur bermotif doraemon, tersenyum seorang diri mengingat kejadian beberapa menit lalu.

"Vania, aku ingin cerita" ujarnya, melihat Vania yang tidur memunggungi dirinya. Gadis itu tahu benar bahwa Vania belum tertidur, meskipun adiknya memunggungi dirinya.

"Cerita apa?" jawab Vania malas.

"Kamu tahu? Kalungmu ini benar-benar membawa keberuntungan untukku..."

"Hmm" dehem Vania menanggapi cerita Bunga.

"Hari ini, aku begitu senang. Hmmm... selama beberapa hari ini ada seorang pria yang mendekatiku dan tadi dia mengatakan cinta kepadaku Van. Aku sama sekali tidak menyangka kalau pria itu menyukaiku... semua ini berkat kalungmu Van, pantas saja kamu tidak mau melepaskan kalung ini. Ternyata.. kalung ini membawa keberuntungan, walaupun... modelnya sangat kekanak-kanakan..." Bunga terus saja bercerita tentang Erza, Erza dan Erza. Tapi, sekalipun dia tidak menyebutkan nama Axel yang salah mengenali dirinya beberapa jam lalu.

Kening gadis itu berkerut, saat tidak ada tanggapan dari adiknya. "Van? Vania?" tidak ada jawaban. Bunga mencondongkan tubuhnya, melihat wajah Vania yang membelakangi dirinya. Terlihat wajah adiknya dengan kedua mata yang tertutup. "Dasar... gadis bodoh" senyum Bunga tipis.

Bunga turun dari tempat tidur, berjalan memutar dan duduk di tepi kiri, menyapu lembut wajah Vania yang tertidur lelap. Dia melepas kalung dan memakaikannya kepada Vania tanpa perlu membangunkannya. "Terima kasih sudah meminjamkan kalungnya dan... maafkan Kakak, tidak bisa mengatakan soal Axel. Kamu tahu kan? Aku tidak menyukainya, aku di ejek oleh teman-teman kita dulu. Karena dia mempermalukanku di depan umum dan tadi... aku berhasil membuatnya malu dengan menggunakan namamu Vania..." ujar Bunga dengan suara amat pelan. Rasa bersalahnya kepada Vania mengenai Axel mulai mengganggu pikirannya, terlebih lagi... dia melihat wajah Vania yang memerah seperti habis menangis sama seperti dirinya dan tanpa sengaja dia melihat ponsel Vania yang telah hancur tidak berbentuk di dekat tempat tidur.

"Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ponselnya hancur? Dan Vania... seperti habis menangis?" Bunga mengambil ponsel yang tidak berbentuk dan menatap Vania secara bergantian.

❤❤❤❤❤

Dua minggu sudah hubungan Erza dan Bunga berjalan dengan lancar. Selama itu pula Bunga belum mengenalkan Erza dengan semua keluarganya. Bukan gadis itu yang tidak ingin mengenalkannya kepada keluarganya, melainkan Erza yang menolak untuk dikenalkan dengan keluarga Bunga. Bukan alasan tidak siap atau apalah.... tetapi, Erza ingin saat pertama kali dia bertemu dengan semua keluarga Bunga, saat itulah Erza akan melamarnya. Alasan yang bisa diterima oleh Bunga.

Tetapi untuk hari ini, mau tidak mau dia harus memaksa Erza menemui kedua orangtuanya. Mengingat kejadian satu hari kemarin, dimana papinya ingin menjodohkan dirinya dengan anak dari sahabatnya yang belum Bunga kenal.

Dia sangat menyayangi Naufal sebagai papinya, tapi dilain sisi dia juga sangat mencintai Erza. Kali ini, dia diharuskan memilih antara Erza atau keinginan Naufal untuk menikahkan dirinya dengan anak dari sahabatnya. Dan jawaban itu hanya bisa dia dapatkan dari Erza. Jika hari ini Erza mau menemui keluarganya, seperti yang dikatakan Naufal... perjodohan itu akan dibatalkan jika Bunga memiliki pacar dan menemui keluarganya hari ini. Tapi, jika Erza menolak menemui keluarganya... mau tidak mau, Bunga harus menuruti keinginan Naufal.

-Flashback On-

Pria paruh baya itu membaca koran dengan sesekali menaikkan kacamata baca yang terasa kendur. Dia menyeruput secangkir teh hangat di meja bundar sebelahnya. Melirik Vania yang sibuk dengan game di tablet kesayangannya. "Van, kamu gak bantu mami kamu siram-siram tanaman atau yang lainnya gitu?" ujar Naufal dengan pandangan mata mengarah kepada Bunga dan Aileen yang sibuk mengurus tanaman di halaman depan rumahnya.

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang