[30] Dream

3.3K 165 57
                                    

[VotMen Please]

Di dalam ruangan bernuansa putih dan berbau obat-obatan, terlihat disana seorang gadis yang terkapar lemah dihiasi dengan selang kecil yang menempel di lengan cantiknya serta alat bantu pernapasan yang menempel di hidung kecilnya terbaring di atas ranjang yang hanya berukuran untuk satu orang saja.

Tidak hanya itu, ada seorang pria yang selalu setia menemani gadis itu selama beberapa hari dia koma akibat kecelakaan yang membuat dirinya tidak sadarkan diri selama beberapa hari atau kurang lebihnya dua minggu. Pria itu menggenggam erat gadis yang masih terbaring didekatnya, menyesali nasibnya. Menyesali dirinya yang telah menyia-nyiakan cinta gadis selama beberapa tahun ini.

Disisi lain, ada seorang suster yang tengah memeriksa keadaan gadis tersebut dan mencatatnya ke dalam file yang ada ditangannya.

Hanya beberapa langkah darinya, Naufal dan Aileen menunggunya disofa yang berada didalam ruangan tersebut.

"Mami... Papi..." ujar gadis itu dengan suara amat pelan dan lirih. Semua indera pendengaran yang berada disana, terlonjak kaget mendengar dua kata dari gadis yang tengah mereka tunggu.

"Vania??" Naufal dan Aileen beranjak dari duduknya menghampiri asal suara itu dan pria yang selalu setia menemaninya disana mengangkat wajahnya, memastikan asal suara tersebut. Gadis itu, Vania secara perlahan membuka kedua matanya. Berusaha memperjelas penglihatan matanya, hingga dia dapat melihat sosok kedua orangtuanya dan pria yang selalu dia cintai yaitu Axel, berada didekatnya.

Satu perawat yang berada disanapun segera pergi memanggil dokter yang menangani keadaan Vania.

Begitu dokter tiba disana, dia meminta kepada keluarganya untuk menunggu di luar ruangan dan memberikan kesempatan kepada dirinya untuk memeriksa keadaan pasiennya.

"Papi? Mami? Ada apa dengan Vania? Apa dia baik-baik saja?" cecar Bunga dengan beberapa pertanyaan kepada kedua orangtuanya. Bunga yang sejak tadi menunggu Vania di luar ruangan ditemani pria yang sangat dia cintai.

"Dia baik-baik saja. Tadi Vania sempat sadarkan diri dan sekarang dokter sedang memeriksakan keadaannya" Naufal memberikan penjelasan kepadanya.

"Ini semua salahku... kalau saja aku tidak memaksanya, kalau saja saat itu aku tidak terjatuh dan dia tidak menolongku... Vania pasti tidak berada disini..." ujar Bunga penuh penyesalan dan setitik cairan bening mulai menetes dari kedua sudut matanya.

"Ya, mungkin Vania tidak akan berada disini. Tapi, kamu yang berada disini. Dan Papi tidak menginginkan salah satu dari kalian berada disini, karena kalian adalah anak Papi..."

"Sudahlah Bunga, semua ini hanyalah kecelakaan" pria yang berdiri dibelakang Bunga, menepuk lembut bahu Bunga seakan menghiburnya.

"Tapi, ini semua salahku Er... kalau saja aku tidak memak -"

Krieeett

Suara decit pintu membuat Bunga tidak melanjutkan ucapannya, dan semua mata kini mengarah kepada seornag dokter yang baru saja memeriksa keadaan Vania.

Setelah menjelaskan keadaan Vania yang sebenarnya, bahwa dia baik-baik saja dan bisa dibawa pulang dalam beberapa hari, dokter itu membiarkan seluruh keluarganya untuk masuk kedalam.

❤❤❤❤❤

-VANIA POV-

Sebagian kepalaku terasa pusing, aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Aku hanya mengingat saat Kak Bunga mendorongku hingga perutku terbentur meja dan mengeluarkan banyak darah. Da... darah?? Bayiku? Itu artinya, bayiku...

Tapi, dokter tadi bilang... kalau keadaanku baik-baik saja dan itu artinya... bayi yang ku kandung juga baik-baik saja kan?

"Vania..." aku menoleh ke asal suara, Kak Bunga berjalan cepat ke arahku. Lalu, menggenggam tanganku. "Maafin Kakak Van, ini semua salah kakak. Kalau saja Kakak tidak memaksamu untuk menggantikan Kakak, kamu tidak akan..."

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang