[31] END

4.1K 167 48
                                    

[VotMen Please]

Dua hari setelah keadaan Vania membaik, didalam ruangan berbau obat-obatan itu, Vania berusaha meraih segelas air diatas nakas dekat ranjangnya. Erza, yang saat itu menemani Vania dirumah sakit berdiri ditepi jendela sambil menelepon seseorang yang jauh disana. Kedua matanya melirik, melihat Vania yang tengah berusaha mengambil segelas air dengan susah payah, karena kondisinya yang belum pulih benar.

"Sebentar ya Bunga, sepertinya adik kamu memerlukan bantuanku" kata Erza meminta izin kepada sang pujaan hatinya.

"Oh... baiklah, tolong jaga adikku ya Mas. Nanti aku akan kesana setelah selesai kuliah" ujar Bunga dari ujung telepon, lalu sambungan teleponpun terputus dari dua pihak.

Erza mendekati Vania dan membantunya mengambil segelas air di atas nakas. "Kamu ingin minum? Biar aku bantu" katanya, sembari membantu Vania untuk menyandarkan punggungnya dibahu ranjang rumah sakit.

Vania yang mendapat perhatian kecil darinya, hanya terdiam menerima bantuan dari calon kakak iparnya dan mengucapkan "terima kasih" setelah Erza membantunya untuk minum segelas air.

"Apa kamu ingin makan sesuatu? Aku akan kupaskan satu buah untukmu" belum sempat Vania menjawab tawarannya, pria itu langsung mengambil satu buah berwarna merah dan mengupas kulitnya secara hati-hati.

"Boleh aku tanya satu hal Kak Erza?"

"Ya, tanya saja" jawab Erza tanpa menoleh kepada Vania sedikitpun.

"Kapan pertama kali... Kak Erza bertemu dengan Kak Bunga? Apa Kak Er... Mencintai Kak Bunga?"

Degh!!

Entah, apa yang Erza rasakan saat itu. Jantungnya seakan berhenti berdetak mendapati pertanyaan seperti itu. Selang beberapa detik, Erza tersenyum tipis tanpa memandang kedua bola mata Vania yang tengah menanti jawaban darinya. Satu tangannya tetap setia mengupas buah berwarna merah ditangannya.

"Ya, aku sangat mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku, dia lah gadis kecilku"

"Gadis kecil?" Vania menyipitkan matanya, seakan meminta penjelasan darinya.

Erza mengangguk, lalu menatap wajah Vania yang sedikit pucat. "Gadis kecilku... sepuluh tahun yang lalu aku bertemu dengannya saat dia menangis dan ayahku membelikannya kalung berbandul doraemon..."

'Gadis kecil... kalung berbandul doraemon... apakah kalung ini yang dia maksud?' tanpa sadar Vania memegang kalung berbandul doraemon yang melingkar dileher indahnya.

'Jika memang benar kalung ini yang dia maksud, itu artinya... akulah gadis kecilnya bukan Kak Bunga dan dia adalah... kakak tampan yang memberikanku kalung ini beberapa tahun lalu??' gadis itu menatap wajah Erza yang masih menatap dirinya, kedua mata itu berkaca-kaca saat menyadari siapa pria itu. Namun sayang... pria itu salah mengenali dirinya dan semuanya... sudah terlambat.

'Akulah gadis kecilmu Kak Erza... bukan Kak Bunga, kenapa kamu salah mengenaliku? Bukankah kamu sendiri yang memakaikan kalung ini kepadaku?' setetes cairan bening tanpa Vania undang, berguguran secara perlahan dari kedua sudut matanya.

"Vania? Ada apa? Kenapa kamu menangis?" reflek, tangan kekar itu menyentuh lembut satu pipi Vania. Berusaha menghapus sisa-sisa air mata yang masih berjatuhan secara perlahan dari kedua sudut matanya.

Vania menggeleng lemah, "tidak apa-apa"

"Kalung ini..." tanpa disengaja kedua mata elang Erza menangkap sebuah kalung yang amat sangat familiar di ingatannya, dia menyentuhnya memperhatikannya secara teliti.

"Ini kalung Kak Bunga, aku meminjamnya" kata Vania menutupi sebuah kebenaran demi kebahagiaan sang kakak.

"Pantas saja, kalung ini sangat familiar untukku. Kalung ini yang diberikan ayahku kepadanya dulu..."

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang