[10] Bunga, gadis kecilku

2.3K 117 13
                                    

[VotMen Please]

Drrrrttt... Drrrttt...

Deringan ponsel yang semakin lama memekikkan telinganya berbunyi di atas meja kecil samping tempat tidur. Pria yang baru saja terjaga akibat deringan ponsel itu, meraba-raba mencari asal suara dengan mata masih terpejam.

Prang...

Dengan tidak berhati-hati mencari asal suara itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan satu gelas beling yang selalu dia siapkan diatas meja sebelum tidur. Takut-takut jika dia terbangun di malam hari dan merasa haus, dia tinggal meminumnya saja tanpa harus keluar kamar menuju dapur mencari minum.

Tidak perduli dengan suara benda yang terjatuh, dirinya terus meraba seluruh atas meja. Dengan malas, dia mengambil benda tipis yang telah mengusik tidurnya.

"Halo" ujarnya malas masih dengan posisi tidur telentang dengan mata terpejam. Baru saja sehari dia mendengar kabar Vania akan ke Jakarta, membuat hidupnya terasa hampa. Sudah dua hari pula, ponselnya sepi dengan panggilan dan pesan-pesan dari Vania. Pesan-pesan yang selalu membuatnya jengah dan merasa sangat terganggu.

Tapi, belakangan ini... dia merindukan semua itu. Dia rindu mendengar deringan ponsel di saat jam belajar di malam hari, dia rindu pesan-pesan yang selalu memberinya semangat dalam ocehan-ocehan yang tidak jelas. Dia merindukan semuanya, semuanya yang ada dalam diri Vania.

"Halo Xel, kau pasti sedang di kampus kan saat ini?" tanya suara bass dari ujung teleon.

"Tidak, aku dirumah"

"Apa? Dirumah? Bukankah jam segini kau harusnya ada di kampus?"

"Malas"

"Malas? Apa aku tidak salah dengar? Seorang Axel yang selalu mendapatkan peringkat dan selalu mendapat ribuan pujian dari guru dan dosen, malas kuliah?"

"Dia pergi Kak Er, dia pergi meninggalkanku... dan tidak memaafkanku..." ujar Axel lirih dengan suara agak serak sehabis bangun tidur. Dia membenarkan posisi tubuhnya, duduk bersandar di bahu tempat tidur.

"Dia? Siapa? Siapa yang meninggalkanmu?" suara bass itu terdengar sangat penasaran dengan perkataan Axel, untuk pertama kalinya pria itu mendengar suara Axel yang terdengar sangat putus asa.

"Vania... aku membuat kesalahan dan dia tidak memaafkanku, malah pergi meninggalkanku. Jadi... untuk apa aku pergi ke kampus?"

"Vania? Kesalahan apa yang kau lakukan? Sampai dia tidak mau memaafkanmu?" pria diujung telepon sana membenarkan posisi tubuhnya yang duduk di kursi penumpang belakang bersama satu kliennya di dalam mobil. Dia tersenyum kepada kliennya disebelah yang sedang sibuk dengan tabletnya.

"Aku... aku... menyamakan dia dengan wanita nakal..." ujarnya penuh sesal.

"Apa?! Apa kau gila?! Bagaimana bisa kau mengatakannya seperti itu??!!" teriak Erza kesal kepada Axel. Tidak seharusnya adik sepupunya berkata demikian kepada gadis yang dia sukai. Erza melirik ke sebelah, menundukkan kepala sambil tersenyum tipis dan menarik ponselnya dari daun telinga, menutupinya dengan telapak tangan 'Maaf, maafkan saya Pak' ujar Erza, merasa tidak enak dengan klien yang ada disebelahnya. Pria yang ada disebelahnya itu hanya mengangguk dan tersenyum.

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang