[12] Love You, Vania

2.3K 113 8
                                    

[VotMen Please]

-Author POV-

Vania berlari kecil memeluk Bunga yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. "Kak Bunga, Vania kangen..." ujar Vania dengan nada manja.

"Kakak juga kangen sama kamu Van..." kata Bunga dengan membalas pelukan Vania.

Setelah beberapa detik mereka berpelukan melepas rindu masing-masing, Vania menjauhkan dirinya dari Bunga dan berjalan mundur dengan penuh semangat meraih boneka doraemon berukuran jumbo milik Bunga yang terletak di atas tempat tidur.

"Kak Bunga, ini untuk aku kan?" tanya Vania dengan memeluk boneka doraemon.

"Itu..."

"Ini kan janji Kak Bunga waktu itu? Kakak bilang akan membelikanku boneka doraemon kalau aku kembali ke Jakarta. Sekarang, aku sudah ada disini dan aku sangat senang ketika kakak membelikan boneka ini untukku" Vania tersenyum senang dengan boneka yang ada dipelukannya, tatapannya tidak lepas dari boneka doraemon itu.

'Haruskah aku memberikan boneka itu untuknya? Awalnya, aku memang ingin membelikan boneka doraemon untuknya. Tapi... boneka doraemon itu... boneka pemberian Erza, membuatku enggan untuk menyerahkannya kepada Vania...' bisik Bunga dalam hati.

Gadis itu tahu bahwa Vania memang menyukai hal-hal yang berbau doraemon sejak kecil. Bahkan, kalung yang selalu melingkar indah dilehernya tidak pernah Vania lepaskan seharipun. Sedangkan dirinya, sama sekali tidak menyukai doraemon. Tetapi, dia sangat menyukai doraemon pemberian Erza, pria yang baru dikenalnya beberapa hari ini.

"Kak Bunga?"

"Eh... i... iya, boneka itu untuk kamu Van..." kata Bunga akhirnya sedikit kecewa dengan jawaban yang tiba-tiba saja terlontar dari bibirnya.

'Apa pun yang kamu minta Van, Kakak pasti akan memberikannya kepadamu. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa kakak berikan untukmu yaitu... pemberi boneka itu'

"Kak Bungaaaa... terima kasih ya bonekanya, kakak tau? Vania sangat sayang sama Kakak. Kakak begitu baik dan selalu menuruti keinginanku seperti papi... hehehe" Vania menghambur memeluk Bunga kembali, satu tangannya memegang boneka jumbo tersebut dan secepat kilat Vania mencium pipi kiri Bunga.

Bunga menahan langkah Vania sebelum gadis itu meninggalkannya disana. "Vania, boleh kakak tanya satu hal?"

"Apa?" Vania kembali berbalik saat Bunga menarik lengannya.

"Kalung itu... darimana kau mendapatkannya?"

Vania menundukkan kepala mengarah kepada kalung yang dimaksud oleh Bunga.

Haaaahhhhh...

"Kenapa hari ini semua orang menanyakan kalungku?"

"Semua orang? Siapa saja?"

Menarik napas dalam, Vania kembali melangkah duduk ditepi tempat tidur. "Kak Bunga dan Om-Om gila"

"Om-Om gila?"

"Iya, tadi Om-Om gila itu mengantarku pulang dan memintaku untuk menikah dengannya" mengerucutkan bibirnya dan seakan enggan untuk menceritakan kejadian beberapa jam lalu.

"Apa?? Hahahaha... dan kau, apa kau menerimanya?" tawa Bunga melihat wajah adiknya.

"Ihhh... apa Kakak gila? Mana mungkin aku menerimanya. Meskipun Om-Om gila itu tampan, tapi dia tidak setampan Ax -" ucapan Vania terputus saat tanpa sengaja mengingat nama pria yang telah mengecewakan dirinya.

"Setampan siapa?" tanya Bunga.

"Bukan siapa-siapa" Vania tersenyum getir menjawabnya. Dia tahu benar, kalau Bunga membenci satu nama itu. Jadi, untuk apa dia menyebutkan namanya di depan Bunga? Pria yang telah mengubah kehidupan Bunga yang periang sama seperti dirinya menjadi pendiam dan lebih dewasa.

[01] Cinta Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang