galau

2.1K 95 8
                                    

En baru kembali pulang ke rumah pada pukul setengah dua belas malam, setelah memastikan Lady tidak  akan bertemu dengan Nick dan Larissa.

Setidaknya untuk hari ini mereka tidak jadi bertemu, dan bagaimana dengan besok, dia masih memikirkannya.
En tidak langsung masuk ke kamar untuk beristirahat, Memilih untuk duduk di taman rumahnya, merasakan dinginnya malam ditemani sebungkus rokok dan minuman kaleng.

Dia menghisap satu Batang rokok pertama, meniupkan asap yang membentuk lingkaran lingkaran, menarik nafas beberapa kali, termenung beberapa menit, lalu tertawa kecil. Bibirnya tersenyum, wajah cerah, pikirannya berkelakar mengingat awal awal pertemuannya dengan Lady yang begitu tidak masuk akal dan sedikit memalukan.

Ada kerinduan yang dirasakannya, rindu akan sosok Lady sebagai teman berbaginya, kegilaan yang dia lakukan hanya untuk membuat gadis itu tertawa, amarahnya yang sering memuncak karena rasa cemburu atau hal-hal sepele lainnya.

Dia merogoh kantung celananya,
Mengambil HPnya, membuka Chat-nya dengan Lady, bahkan dari awal sampai sekarang belum ada yang dia hapus.

"Dasar Manusia aneh"

"mesum. Carilah jalang"

"Terserah"

Lagi lagi senyuman terbentuk di bibirnya, mengingat balasan awal obrolannya dengan lady dulu.

Dia merindukannya.

Lady POV

Lady...
Di antara kita gak ada yang berawal dari kata Normal.
Aku kenal kamu akibat keisengan belaka. Kita ketemuan dengan cara yang Aneh.

Mungkin Kamu masuk ke kehidupan aku bukan untuk tinggal tapi cuma sekedar singgah,

Aku akan tunangan, setelah itu nikah dan mungkin akan hidup bahagia, semoga aja.
Kita akan menempuh jalan yang berbeda, aku akan punya anak, cucu lalu menua dengan Bahagia. Dan kamu, kamu merancang hidup sendiri bersama orang yang kamu pikir pantas...

Tapi kamu harus tau

Aku gak pernah ada niat untuk lupain kamu atau semua yang terjadi sama kita, karena semuanya berarti.

Karena...
Baik aku atau pun kamu udah punya tempat masing-masing di hati satu sama lain.

D.E

Suratnya tulisan tangan, agak kurang rapih, banyak coretan dan sedikit miring-miring sama seperti pembuatannya. Suratnya juga disertai tiket pesawat dan undangan pertunangan.

Akan ku simpan surat ini sampai kapanpun.

°°°

"Dy..."

"Hemm"

"En beneran mau tunangan?"

"mmhh"

"Di Australi?"

"Kali, gak tau deh!" Aku mengerdikan bahu acuh

"Dia ngundang kita bertiga loh!" Jessi menyodorkan surat undangan dan tiket pesawatnya padaku "gak nyangka gue"

"Terus?" Aku menatapnya tanpa minat

"Gentle juga ya dia?"

Gentle??? Gak salah?

"Mapan, Ganteng, humoris apalagi coba yang kurang dari Enderson?" Puji Jessi lagi "Lo gak nyesel nolak dia?"

Nyesel?
Apa mungkin aku menyesal?
"Ya ampun Lady, Lo harus buang pikirin itu jauh-jauh"

The Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang