Peach You

1.7K 67 4
                                    

"sudah sampai mana persiapan pertunangan kamu, Bang?"

"Eh?" Gue menengok, mendapati Winslet sudah ada di depan pintu kamar sambil membawa nampan yang berisi segelas susu

"Boleh masuk kan?" Tanyanya

"Boleh boleh, masuk aja" gue langsung menutup laptop, Winslet jalan dengan terburu mendekati gue

"Mami bawain susu" dia menyerahkan gelas berisi susu itu ke gue, dan gue langsung meletakkannya di atas nakas

"Mami sengaja kesini, Anton yang nyuruh karena dia gak bisa bantu kamu, kondisinya lagi gak baik" tuturnya, Anton itu nama Papi gue.

"Biasa!" Gue jawab dengan ketus, Papi memang selalu begitu, dia selalu mikir semuanya bisa di selesaikan dengan uang dari gue kecil sampe Jambrongan kayak gini dia gak pernah pegang andil apapun, kecuali masalah pendanaan.

"Jangan gitu dong, Bang"

"Aku mau nikah! Aku mau cari Mama!" Sejak satu Minggu yang lalu gue udah berpikir untuk cari Mama, gue mau saat pernikahan gue berlangsung ada Mama dan Papi disana, walaupun gue juga udah gak ingat lagi bagaimana mukanya.

"Menurut Winslet gimana?"

Winslet termangu, dia seperti melamun. "Winslet?" Tegur gue

Dia mengerejap seperti kembali ke alam sadarnya, "Papi kamu gak akan suka itu, bang"

Bodo amat, gue gak perduli! Papi kayaknya emang gak pernah mencintai Mama, setelah kepergian Mama dia gak pernah mencoba mencari atau ngebahas hal hak apapun lagi mengenai Mama, kenangan Mama sudah dihapus dalam kehidupannya

"Ini keputusan aku, Lagian aku cari Mama untuk diriku sendiri bukan untuk Papi"

Gue mendengar Helaan nafas kasar dari bibirnya, "nanti Mami sampaikan ke Papi kamu" dia beranjak pergi meninggalkan kamar gue.

Aneh.


Lady POV

En sedang ada masalah, aku tau itu. Dia memang terlihat kurang baik akhir akhir ini, pertemuan terakhir kami 5 hari yang lalu sehabis pulang dari kedai kopi, dia memang masih tersenyum dan tertawa tapi jauh dalam hatinya aku tau ada sebuah koyakan disana.

Apalah yang ada di pikirannya saat ini, pekerjaan, keluarganya terlebih adik sepupunya, kekasihnya atau apapun itu, aku memilih untuk tidak bertanya apa apa aku tau dia hanya butuh Sandaran dan dukungan, se keras apapun dia tertawa tetap saja ada isakan tangis dalam dirinya.

"Kenapa Lo" tanya Jessi yang sejak tadi ku tebak penasaran dengan sikapku

Aku menjatuhkan tubuh di bangku Bar, menekuk wajah hingga dahi dan pipiku menyentuh meja

"Gue kepikiran Enderson, dia tambah kusut, tambah jelek, tambah benar-benar mirip manusia serigala, kelihatan lagi banyak masalah"

"Terus?" 

"Gue gak tega liatnya, Jes"

Jessi tertawa kecil, di senggolnya tanganku dengan sikunya, "sampe segitu sayangnya Lo sama dia" ledek Jessi

Hah? Apa benar aku menyayangi Enderson?

"Apaansi Lo! Norak deh, ini cuma perasaan kemanusiaan aja"

"Ya semoga aja begitu" Jessi menaikan kedua alisnya "lagian dua Minggu lagi dia mau tunangan kan?!"

Entah itu pertanyaan atau pernyataan, yang jelas perkataan Jessi seperti Tamparan keras untukku.

-------------

"Kamu nunggu lama?" Tanyaku ketika sudah duduk di mobilnya

"Satu jam!" Jawabnya ketus, Dasar tukang ngambek

"Oh... Udah makan?"

"Laper"

Ish... Ditanya apa jawabnya apa, "makan sate yuk!" Ajakku

Dia menggeleng, "aku capek, Dy! Mau buru-buru pulang" ujarnya dingin

Cusss....hatiku menceos seketika

"Kenapa jemput kalau capek? Kan aku juga gak minta"

Dia tidak membalas perkataanku, masih tetap menatap lurus, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri

"Maaf ya, En" aku kembali membuka seatbelt berniat keluar dari mobil

"Kenapa di buka lagi?" Tanyanya

"Kamu tuh aneh, En. Tadi ngotot mau jemput, di tanya udah makan apa belum jawabnya laper, diajak makan sate malah geleng-geleng katanya capek pengen pulang, kalau pikiran kamu lagi bener sayang sayangi aku, kalau lagi kusut aku di depak gitu aja"

Enderson menoleh kearahku entah sejak kapan, yang jelas saat ku sadari wajahnya sudah menatap ku sambil tersenyum kecil.

"Aku selalu sayang kamu" katanya lembut

Bohong! Aku memalingkan wajahku darinya

"Dy..."

"Mmmh, apa?"

"Ciuman yuk"

Dasar mesum.

Aku tertawa kecil, sambil kembali menatapnya dan  tangan Enderson sudah mengelus pipiku

"Ayuk"

Jangan tanyakan apa yang terjadi selanjutnya....

VOTE

VOTE

COMENT





The Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang