Some one

1.7K 68 3
                                    

"saya sarapan di luar aja" gue coba ngasih tau pada Pete salah satu juru masak di rumah gue biar dia gak usah siapin sarapan

Gue lagi buru-buru, karena hari ini gue udah ada janji untuk antar Sheila ke Bandara, janji adalah hutang, sekalipun saat ini gue lagi bener bener gak mood untuk ketemu sama siapapun.

Gue udah rapih, dan udah siap buat pergi.Getar Handphone terasa di saku celana gue, Lewis?

"Bisa langsung pada intinya?" Ucap gue spontan begitu telepon tersambung

Gue harus menunggu beberapa detik karena Lewis tidak juga berbicara
"Wis, ada apa si? Bisa cepetan gak?"

"Nyonya Winslet datang ke kantor" kata Lewis dengan nada yang sedikit kaku

Astaga, hampir-hampir HP gue lepas dari genggaman begitu mendengarnya
Winslet datang ? Ini gila sumpah!

Gue langsung masuk ke mobil dan nyalain mesinnya, sementara HP gue masih dalam kekapan telinga dan bahu
"Wis kamu jemput Sheila di apartemennya, antar dia ke Bandara, Okey! Jalan sekarang. Saya lagi di jalan mau ke kantor"

Gue langsung memutus obrolan sebelum Lewis menjawab. Bodo amat gue lagi panik!

Tidak sampai lima belas menit gue udah sampe di kantor, tanpa basa basi menyapa satu satu karyawan kantor gue langsung meluncur kelantai 21,

Dan benar saja, begitu membuka pintu ruangan sudah ada Larissa dan Winslet disana,

"Itu mih, En sudah datang" ujar Larissa sambil menatap sinis ke gue

Winslet bangkit dari sofa dan menghampiri gue sambil merentangkan tangannya,
"Sehat Mih?" Tanya gue, begitu tubuh kami saling berpelukan

Tak lama Winslet melepaskan dekapannya
"Harusnya Mami yang nanya kamu, kamu sehat?"

"Sehat dong" gue melingkarkan tangan di pinggangnya, nuntun Winslet untuk duduk kembali, gue, Winslet dan Larissa

Winslet itu adik Papi dia Maminya Larissa, semenjak gue ditinggalkan Mama, Winslet yang selalu merawat kehidupan gue sama Papi, Hubungan Winslet sama Papi itu lebih mirip seperti hubungan antara suami istri bukannya hubungan antara adik kakak yang seharusnya, jadi ya... Dia sudah seperti Ibu kandung gue sendiri, gue juga gak terlalu paham tentang silsilah keluarga gue yang super aneh ini, tapi dari kecil gue selalu manggil dia Winslet, kadang kalau lagi ada maunya baru gue panggil Mamih, tapi yang jelas gue gak pernah panggil dia bibi atau Tante dan gue juga gak pernah bersikap kurang ajar sama dia.

"Bang kamu kok gak pernah tengok Mami si?" Tanyanya

Gue tertawa kecil sambil merapihkan shall yang membelit di leher Winslet
"Aku sibuk ngurusin anak Winslet, noh!" Mataku menyorot ke arah Larissa yang sejak tadi terus menatapku tajam

Winslet menoleh ke Larissa, mengusap lembut rambut putrinya itu
"Dia kan udah punya Nicholas, masa masih ganggu kamu juga" Mami tersenyum jahil lalu beralih kembali menatap gue

Gue berdecak pelan
"Jangan liatin aku kayak begitu deh " gue sedikit kikuk saat Winslet mulai menyoroti wajah gue dengan tajam, pasti ada apa-apanya

Winslet tersenyum tipis
tangannya mengusap rahang gue dengan sangat lembut
"Bulan kemarin Larissa, dan pertengahan bulan ini Kamu yang nyusul dia" ucapnya lembut "jujur Mami belum siap untuk melepas kalian, terutama kamu, En" satu persatu air mata mulai membasahi pipinya

Ternyata undangan pertunangan gue sudah sampai ke Winslet, gak ada masalah lainnya, syukurlah.
sekarang giliran tangan gue yang mengusap lembut kedua pipinya

"Aku cuma tunangan, bukan pergi untuk berperang"

Winslet terkekeh kecil
"Mami kamu ini belum rela kalau cinta kamu di bagi"

"Heleh..." Dengus Larissa tiba-tiba, yang langsung mendapat sorotan tajam dari Maminya "udah ya Mih, kita jadi ke Spa gak?" Tanyanya

"Eh... Iya Mami lupa" Winslet beranjak dari duduknya, "bang, Mami kesini cuma mampir, nanti kita ngobrol lagi ya" Winslet bergegas menggandeng tangan Larissa
"Ayo, Sa!" Larissa mengangguk pelan
"Mami duluan aja turun, aku mau bicara sama En sebentar"

Winslet menatap gue dan Larissa dengan tajam, tapi kemudian kembali tersenyum

"Yaudah" Winslet keluar dari ruangan gue, dan dengan cepat Larissa menutup pintunya dengan rapat, lalu berbalik menghadap gue

"Ngomongnya sambil duduk"saran gue

AUTHOR POV

Larissa meminta waktu untuk bicara berdua dengan Enderson,

"aku gak nyangka, kamu sembunyikan ini dari aku" desis Larissa

"Jangan kayak anak kecil deh, riss!" Balas Enderson dengan santai sambil menyeruput kopinya

"Hei! Kamu yang kayak anak kecil! Sadar dong En" Larissa mendorong bahu Enderson "Kamu gak ada dewasa dewasanya sama sekali, hidup santai, kelakuan seperti preman main pukul seenaknya aja, bermalam sama cewek random, gak nyadar kamu?"

Enderson hanya manggut-manggut mendengar penuturan mengenai perilakunya selama ini.

"Kamu tau sifat Mami kan, En? Gimana kalau Mami tau tunangan Putrinya di rayu masa mantan kekasihnya, yang gak lain pacar kamu" ujar Larissa dengan penuh penegasan

"Ck..." Enderson berdecak sambil mengusap wajahnya
"kamu boleh ngelakuin apapun sama aku tapi ingat!" Enderson mencondongkan tubuhnya ke Larissa menatapnya dengan serius"Lady adalah orang yang harus kamu hormati, jangan ganggu hidupnya, jangan bawa dia kedalam masalah kamu sama Nick, karena aku akan selalu pasang badan untuk melindungi dia."

Wajah Larissa berubah merah padam, tanpa berkata-kata lagi dia bangkit dari kursinya dan Pergi

"Jangan buat aku untuk melawan adikku sendiri" ujar Enderson lembut, Tangannya mencoba menghentikan Larissa yang hendak pergi

Larissa tersenyum kecut, menghentakan tangannya dan Pergi...

Cepat kan???
Ayo coment!!!

Maaf typo membanjir dimana-mana...

The Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang