different stories about us

3.9K 121 5
                                    

Enderson POV

Ada dua hal yang saling bertolak belakang dengan hidup ku akhir akhir ini.
Kebahagian dan kecemasan.
Hubunganku dengan lady sudah sangat baik tapi selalu dirundung kecemasan mengenai semua hal yang berhubungan dengan Larissa dan Nick.

Bodoh!
"Shitt!!" Umpatku begitu membaca pesan dari Nick
Nick: akhir Minggu ini gua kesana, jemput Larissa!

Terserah lu!!
Sent.

Aku belum sepenuhnya ada di hati Lady, mungkin baru 4 dari skala 1-10 atau mungkin tidak sama sekali.
Jika Nick kemari dan bertemu Lady aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Mungkin saja akan ada drama Cinta Lama bersemi kembali, atau drama pembatalan pernikahan.

Nick : Larissa disana tinggal dimana? Sama lu?

God!!

Kenapa gak tanya langsung ke dianya aja. Berisik!!
Sent

Baru aku akan meletakan Hpku di meja, Nick mengirim pesan lagi

Nick: Dia lagi ngambek

Masih gara gara tempat resepsi?
Sent

Nick: Iya.

Aku bingung mau membalas apa, basa basi seperti ucapan prihatin "sabar ya" tidak pernah ada dalam kamus pertemanan aku dan Nick.

Biarkan saja Nick dengan masalahnya sendiri, dan aku dengan ladyku.
Yang jelas saat ini aku rindu Lady.

I miss you .
Sent

Lady baru membalas pesan ku saat aku sudah memutuskan ingin tidur karna lelah menunggu balasan darinya.

Lady: Norak Ih!!

Bisakah Tuhan memberi sifat romantis padanya. Setidaknya sedikit saja

Gak asik😒
Sent

Lady: Lah??. Kalo kangen ya ketemu, jangan cuma ngechat. Gentle gak?

Aku langsung bangkit mengambil dompet dan kunci mobil.
Berlari kegirangan seperti bocah.

"Dateng juga akhirnya" sindirnya saat aku tiba, dia memalang pintu apartemen dengan tangannya

Aku melipat tangan di dada, menunjukkan sikap cool boy andalanku
"Gentleman!!"

Lady berdecak, memberikan jalan untukku masuk

"Kamu lagi ngapain? Kok berantakan gini?" Terakhir aku kemari apartemennya baik baik saja, tapi sekarang keadaannya sungguh acak acakan

"Lagi iseng" jawabnya sambil menghempaskan tubuhnya di sofa
"Ngapain berdiri aja? Lagi ada bisul?" ejeknya

Aku mengerdikan bahu
"Gakpapa. Cuma aneh aja" aku menghampiri lady dan duduk disebelahnya
"Nanti kalo kita nikah, penyakit iseng kamu kambuh gawat juga jadinya" ledekku

Lady langsung menatapku nyalang
"Gapapa isengnya begini, daripada kamu setiap iseng Ke Bar, atau ke Pub" cibirnya

Aku menggaetkan lenganku ketubuh lady, membuatnya semakin mendekat kepadaku "Kalo aku ke Bar atau ke Pub. Kamu seret aja aku"

"Ngapain? Ngabisin tenaga aja!" Dia mengatakan hal itu dengan acuh

"Iya kamu bener, mending tenaganya kamu simpan buat kita Making Love"
Spontan Lady langsung melototiku

"Mesum" cibirnya lagi.

Aku terkekeh,

sebelumnya aku tak pernah menyangka apalagi membayangkan menjalin sebuah hubungan seperti ini, mungkin aku terlalu mendambakan kisah cinta seperti dalam flim romantis, yang banyak adegan adegan romantis seperti berciuman atau semacamnya.
Tapi ini berbeda, hubunganku dan lady tumbuh Dengan 50% cibiran dan saling mengejek 30% keisengan 15% rasa putus asa dan mungkin 4,9% ikatan pekerjaan, barulah sisanya karna rasa cinta.

The Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang