TE-GA (?)-R

3.8K 143 8
                                    

Matahari menyambut pagiku dengan sangat indah, pagi ini aku putuskan untuk tidak langsung kekantor dan memilih untuk mampir ke caffe dulu.
Menikmati secangkir kopi yang menjadi kesukaan ku. Ini cafe biasa yang aku kunjungi ketika sedang ingin menenangkan diri, tempatnya nyaman, ada fasilitas wifi gratis, lokasinya juga dekat dari kantorku.

HPku lagi lagi terus bergetar, karna kesal aku memilih menonaktifkan HPku.

Sejak malam En terus menghubungi ku entah itu melalui SMS atau melalui panggilan, bukan hanya dia saja yang aku abaikan tapi para sahabat ku dan juga teman kantorku juga bernasib sama, kami berdua memang sedang tidak ada masalah hanya saja aku sedang ingin sendiri, Tanpa gangguan. Tanpa campur tangan pihak manapun. Tanpa ada tekanan. Tanpa ada embel-embel pekerjaan.

Pelayan membawa pesananku meletakan nya diatas meja yang ada dihadapan ku. Aku memberi isyarat dengan anggukan kepala sambil tersenyum, pelayanan itupun pergi .

Aku tak langsung menyeruputnya, malah justru memandangi cangkir kopi itu sambil sesekali memutarnya

"Kamu ada disini juga"

"Eh?" Dengan spontan aku menoleh ke sumber suara

Ternyata Miss Diva...

"Lady!" Dia menepuk pundak ku

"Mbak Diva," aku tersenyum

"Boleh gabung?" Dia menaikan alisnya

Kalau boleh jujur aku sebenarnya sedang tidak ingin diganggu, tapi menolak juga bukan pilihan yang baik

Aku mengangguk, diapun menarik kursi di depanku dan duduk disana.

"Kamu pucat banget lady" ucapnya sambil terus memandangku

Aku sedikit risih.

"Kurang tidur aja kok" jawabku seadanya, "kopi mbak" tawarku basa basi

"Iya makasih" dia mengangguk "aku pesen sendiri aja," dia tersenyum tidak seperti biasanya

Miss Diva memesan beberapa kue dan secangkir kopi, taklama kemudian pelayan membawakan pesanannya
"Lady.." panggilnya
"Mm iya kenapa mbak?"

Miss Diva diam sejenak seperti sedang memikirkan apa yang akan dia katakan.
"Aku boleh cerita kekamu gak?" Miss Diva terlihat kaku

Aku agak Heran dengan sikap Mis Diva padaku, maksudku ini tidak seperti biasanya.
"Bo-leh mba, boleh banget kok." Ucapku sedikit terbata

Dia menghembuskan nafas pelan, matanya memandang lurus keatas, entahlah mungkin ke lampu gantung, atau ke langit langit Cafe. Tapi aku bisa membaca kesedihan ada dimata coklat indahnya

"Orang bilang rasa yang paling nikmat dari sebuah pencapaian terletak pada usahanya, jika sudah berjuang bersama maka suatu hubungan akan sulit untuk dipisahkan. Cuhh" dia tertawa hambar

Apa yang Miss Diva katakan,jujur aku tidak maksudnya tapi dia terlihat kesepian.butuh teman.butuh dukungan.butuh sandaran.

"Dulu kami berjuang sama-sama" kami? Aku tidak tau siapa yang dimaksud Miss Diva
"Berjuang mati-matian untuk mewujudkan impian bersama, mendapat gelar sarjana, membangun rumah, mempunyai mobil, wisata keliling dunia, dan punya tabungan yang memadai" Miss Diva kembali menghela nafas, seakan ada sesak yang mengganjal

"Kamu bisa nilai sekarang. Gimana keadaan aku kini" dia mengalihkan perhatiannya dan menatapku

"Mba orang hebat kok" hanya itu yang bisa aku katakan, Miss Diva menggeleng. Tidak setuju dengan ucapanku

"Percuma"lirihnya "bukan ini akhir yang aku mau"

Yatuhan aku benar-benar bingung sekarang.

"Apa ada yang salah mba?" Tanyaku ragu ragu

The Peak of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang