BYH 25: Sebuah Surat & Sosok Hitam

1K 66 1
                                    

Disini lah mereka semua berada. Di tempat mereka biasa menuntut ilmu. Apa lagi jika bukan sekolah? Sudah hampir dua minggu mereka semua libur setelah melaksanakan ujian semester. Sekarang, mereka sudah bisa kembali masuk sekolah dan belajar seperti biasa.

"Ah, soal nya susah banget sih," gumam Riri sambil memukul meja saking kesalnya.

Rahma dan Achi yang duduk di depannya langsung menoleh ke belakang dan menatap Riri dengan pandangan aneh. "Kenapa sih, Ri? Marah-marah mulu jadi orang." ujar Kharisma yang duduk di samping Riri.

Gadis itu masih memasang ekspresi cemberut. Dia melipat kedua tangannya dan menatap soal-soal fisika yang diberikan Bu Emi dengan jengkel. Ketiga temannya itu hanya terkekeh sambil menggeleng-geleng melihat tingkah gadis itu.

"Udahlah, Ri. Sekarang kan udah waktunya istirahat, ayo ke kantin." ajak Achi. Riri yang tadinya menunduk langsung mendongak, "ish, gabisa. Gue mau ngerjain sekarang biar besok gak ada pr yang harus gue kerjain lagi." jawabnya.

"Yailah," balas Rahma. Gadis itu bangkit dari duduknya dan langsung memasukkan alat-alat tulisnya ke dalam tas miliknya. Suasana di kelas X.5 itu perlahan sepi karena siswa-siswi langsung pergi ke kantin.

Rahma menoleh ke ambang pintu yang ternyata sudah ada Hafidz dan Rayhan yang menunggu dengan kedua tangan yang dilipat di dada. Rahma menoleh ke belakang, "Eh udah ada Hafidz sama Rayhan tuh. Ayo ke kantin," ajaknya. Achi dan Kharisma sudah beranjak dari posisi duduknya sedangkan Riri masih berkutik dengan soal-soal fisika itu.

"Lo bertiga duluan deh. Gue mau ngerjain ini dulu," jawab Riri.

"Anak rajin beda ya?" goda Kharisma. Ucapannya hanya dibalas senyuman sekilas oleh Riri. "Yaudah kita duluan ya, Ri. Beneran gak mau ikut nih?" tanya Achi sekali lagi.

Riri hanya tersenyum sambil menggeleng. Akhirnya, ketiga temannya itu langsung menyusul Hafidz dan Rayhan yang berada di depan kelas. Riri bisa melihat Kharisma memberitahu kepada dua cowok itu kalau dirinya akan menyusul nanti. Setelah dua cowok itu nelambaikan tangan sekilas kepada Riri, mereka berlima langsung pergi meninggalkan Riri.

"Ri, gak ke kantin? Bukannya tadi temen lo udah nyamperin ya?" tanya Eva, murid terakhir yang masih ada di dalam kelas itu. Riri menoleh ke Eva dan menggeleng, "iya. Tapi gue mau ngerjain ini dulu,' jawabnya sambil tersenyum.

"Oh yaudah, gue duluan ya!" dan ucapan Eva hanya dibalas anggukan oleh Riri.

Sekarang, tinggal Riri yang ada di dalam kelas itu. Dia mengeluarkan handphone nya dan membuka aplikasi kalkulator. Gadis itu benar-benar sibuk mengerjakan tugas dari Bu Emi. Bu Emi memang terkenal sebagai guru yang tidak tanggung-tanggung memberi tugas. Dia juga salah satu guru yang killer. Dia akan sangat marah kepada muridnya yang tidak mengerjakan tugasnya. Sekarang saja Bu Emi memberi mereka tugas sebanyak 25 soal fisika dan sudah dipastikan otak murid-muridnya sudah mengeluarkan asap yang banyak.

Tes.

Perhatian Riri menjadi teralih ke tetesan darah yang menetes di bukunya. Awalnya, dia tidak tau itu tetesan darah. Tapi saat dia mencium bau nya yang amis, barulah dia yakin kalo itu adalah darah. Riri mendongak ke atas tapi tidak ada apa-apa. Akhirnya, Riri memutuskan untuk tidak memperdulikan itu dan kembali fokus pada tugasnya.

Tes.

Satu tetesan darah kembali menetes. Namun kali ini menetes di atas mejanya dan tidak mengenai bukunya. Riri mendongak lagi dan kali ini, terlihat banyak darah-darah di langit-langit kelas. Gadis itu mulai merasakan hawa-hawa yang tidak enak. Dia mengusap lehernya.

[GPM : 1] BONEKA YANG HILANG! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang