BYH 2: ANAK YANG MISTERIUS

3.3K 157 18
                                    

"Kakak nyariin siapa?"

Delapan remaja ini kompak terlonjak kaget setelah mendengar suara anak kecil dari arah belakang. Mereka lantas menengok ke sumber suara, melotot ketika mendapati figur anak kecil dengan wajah yang terlihat rusak dan terdapat darah di atas kiri kening. Wajahnya pucat, matanya bulat menatap mereka polos.

"Ini... anak kecilnya?" Hafidz sebisa mungkin memelankan suaranya agar anak itu tidak mendengar.

Fathur menoleh sekilas lalu kembali menatap anak kecil itu. "Mungkin. Dia satu-satunya anak kecil yang muncul."

"Tapi, serem, njir," kata Zidane. "Itu keningnya ada darah kental banget gitu."

"Guys... gue takut..." Kharisma memeluk dirinya sendiri. Melangkah mundur perlahan dan berdiri di sebelah Zidane yang saat itu memutar bola mata malas.

"Tenang, biar gue yang tanya," sahut Rayhan. Dia lalu menengok ke anak kecil yang berdiri tak jauh dari mereka. Cowok itu tersenyum ragu-ragu dan bertanya, "Kamu... ngapain disini, Dek? Tadi kamu nangis ya?"

Anak kecil itu diam. Matanya yang bulat terlihat kosong menatap ke arah mereka. Dia menggeleng pelan. "Nggak. Gak ada yang nangis."

Rayhan hampir menahan napas. Dia menoleh ke teman-temannya yang saling bertatapan heran. Mereka tidak salah mendengar, mereka yakin sekali tadi ada suara tangisan anak kecil. Tidak mungkin mereka salah dengar.

"Tapi tadi kita denger suara anak kecil nangis. Dan disini cuma ada kamu anak kecilnya," ujar Riri. "Beneran bukan kamu yang nangis?"

"Bukan..." dia menggeleng lagi. "Aku baru aja disini. Kakak semuanya ngapain?"

"Kita tersesat, Dek." Zidane menjawab. "Kamu sendiri ngapain di hutan sendirian?"

Anak kecil itu menoleh ke kanan-kiri, kemudian menjawab lagi. "Aku sedang mencari boneka kesayanganku. Kakak semuanya... liat boneka aku gak?"

"Hah? Boneka?" Achi mengerutkan keningnya. Melihat ke teman-temannya bergantian, bertanya lewat tatapan matanya. Namun jawaban mereka semua sama; menggedikkan bahu tanda tidak tau.

"Gak tau, Dek."

"Jatoh kali," jawab Rahma. "Kamu gak sadar mungkin pas tadi main di sini."

"Iya sepertinya..." anak perempuan itu mengangguk-angguk dengan tatapan tertuju ke tanah tertutup dedaunan. Dia kemudian mendongak lagi dan berujar. "Kak, mau aku antar ke rumahku gak?"

"Rumahmu disini?" tanya Fathur tidak percaya.

"Iya," jawab anak kecil itu. "Mau ya, Kak? Ayooo."

Anak kecil itu memasang wajah memelas seolah memohon. Membuat delapan remaja ini merasa iba dengannya. Mereka sempat saling bertatapan, bingung ingin ikut atau tidak. Rasa tidak enak mendadak menyergap mereka, membuat keraguan muncul di diri masing-masing.

"Mendingan..." Kharisma bersuara, semua menoleh ke arahnya. "Kita pergi aja yuk? Gue takut kayak di film-film. Entar anak kecilnya tiba-tiba bunuh kita gimana?"

Achi mendengus kasar. "Lo terlalu banyak nonton film horror. Makanya kalo penakut jangan nonton film begitu.

"Ih apaan sih," balas Kharisma sambil meninju bahu sebelah kiri Achi.

"Kita ikut aja yuk," kini suara Riri yang menyahut. "Gila udah tengah malem. Kebetulan kita pengin cari penginapan, kan?"

"Ah iya bener," jawab Fathur. "Daripada kita tidur di tengah-tengah hutan begini. Bahaya. Kalo ada binatang buas gimana?"

"Come on, Khar!" Achi menggebu-gebu. "Kurangin rasa takut lo. Kita kan masih sama-sama. Kalo pun terjadi apa-apa, seenggaknya bisa kita hadepin bersama."

[GPM : 1] BONEKA YANG HILANG! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang