BYH 26: Kehangatan.

910 77 0
                                    

"Tolong gue..."

Tut tut tut.

Kharisma menjauhkan handphone Fathur dari telinganya. Dia melihat layar handphone itu yang sudah mati. Fathur merebut lagi benda berharga miliknya itu dan melihat bahwa sambungan telfonnya sudah terputus.

"Kok mati?" tanya Fathur sambil menatap Kharisma dengan tatapan bingung.

"Tadi gue denger Rahma minta tolong ke gue, tur. Sumpah, itu suaranya kayak orang lagi nangis sama ketakutan gitu," jelasnya.

Teman-temannya mendelik. Mereka menatap Kharisma dengan sangat serius. Fathur melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Apa yang terjadi dengan Rahma?

"Lo gak bercanda kan?" tanya Achi. Dan dibalas gelengan kepala oleh Kharisma.

Rayhan dan Hafidz beranjak dari duduknya dan menyambar jaket mereka yang mereka letakkan diatas sofa Fathur. "Tur, ayo kerumah Rahma sekarang." ujar Rayhan.

Hafidz mengangguk setuju, "Gue punya firasat gak enak," sambungnya.

Fathur mengangguk. Setelah itu, teman-teman Fathur langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar Fathur sedangkan Fathur mengambil kunci mobil yang ada di atas meja kemudian pergi menyusul teman-temannya yang sudah keluar duluan.

Setelah mengunci pintu rumah, Fathur memasuki mobil dan duduk di kursi pengemudi. Cowok itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai-sampai dia tidak menghiraukan teriakan dari teman-temannya. Yang ada di pikirannya adalah, ada apa dengan Rahma? Perasaannya sangat tidak enak sekarang.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Rahma. Dengan tergesa-gesa, mereka langsung turun dari mobil Fathur dan berlari ke depan pintu rumah Rahma. Beberapa kali mereka mengetuk-ngetuk pintu rumah itu namun tidak ada yang membuka pintu rumah itu.

"Sial!" gerutu Zidane.

"Dan, dobrak pintunya yuk," sahut Fathur.

Zidane mengangguk. Mereka berdua langsung mendobrak pintu rumah Rahma setelah hitungan ketiga. Dan saat pintu rumah itu berhasil terbuka, mereka semua langsung berlari masuk ke dalam rumah itu.

"RAHMA!" teriak mereka semua bersamaan.

Mereka mengedarkan pandangan mereka ke segala wilayah. Yang mereka lihat hanyalah keadaan sepi dan hening. Mereka mulai berpencar namun ke arah yang tidak berjauhan satu sama lain.

"RAHMA LO DIMANA?!"

Hening.

Mereka semua kembali berkumpul bersama dan menghembuskan nafas kasar. Disini tidak ada orang. Lalu dimana Rahma?

"Tur, gimana nih?" tanya Riri.

Fathur mendengus sebal dan mengacak rambutnya. "Cari lagi yuk. Coba di... Ah! Kamar Rahma!" Fathur menjentikkan jarinya. Teman-temannya mengangguk setuju. Setelah itu, mereka kembali berlari ke satu tujuan yaitu; kamar Rahma. Di tengah perjalanan, Hafidz sempat berhenti berlari. Dia melihat seorang gadis sedang menangis sambil melipat kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya.

"Guys, guys! Itu Rahma!"

Fathur dan yang lain berhenti berlari dan menoleh ke belakang. "Mana Fidz?" tanya Riri.

Hafidz tidak menjawab melainkan langsung berlari menghampiri gadis yang sedag menangis itu. Teman-temannya ikut berlari menyusul Hafidz. Mereka berdiri melingkari Rahma yang sedang menangis di pojokan tembok.

Kharisma yang berdiri tepat di hadapan Rahma langsung berjongkok. "Rahma?" Kharisma mengangkat dagu gadis itu dan terlihatlah wajah Rahma yang berdarah.

[GPM : 1] BONEKA YANG HILANG! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang