BYH 17: Kematian.

1.1K 81 5
                                    

Semua teman-teman dan Om Andri jelas terkejut saat mendengar pernyataan Fathur. Alena sudah mulai mengincar mereka sama saja mereka sudah dalam bahaya. Ini tentunya menjadi sebuah peringatan besar bagi mereka.

"Kita dalam bahaya," lirih Om Andri.

Semua berada dalam fikiran masing-masing. Ketakutan mulai menguasai mereka. Nyawa mereka sudah mulai terancam.

Angin berhembus kencang seolah menampar wajah mereka. Om Andri datang menghampiri mereka, "Jangan takut. Kalian anak pemberani. Kalian harus bisa melawan rasa takut kalian. Kenyataan ini harus dilawan. Kalian sudah terlanjur terjebak disini dan kalian harus melawan apapun yang membuat nyawa kalian terancam," Fathur, Hafidz, Zidane, Rayhan, Kharisma, Achi, Riri dan Rahma menatap Om Andri dengan serius seolah perkataan Om Andri menarik semua perhatian mereka.

"Kalian adalah teman, apapun yang terjadi sama kalian, tetaplah bersama. Jangan biarin apapun misahin kalian semua. Dan inget, kalian juga harus saling menjaga. Sekarang kalian punya tanggung jawab satu sama lain, jangan takut, hadapi semuanya."

Perkataan yang lolos dari mulut Om Andri seolah membangun lagi semangat mereka. Dalam hati, ucapan Om Andri memang benar. Mereka tidak bisa menghindar dari hal ini. Mereka sudah terlanjur terjebak disini dan tidak mungkin kan mereka menghindar dari kenyataan ini?

Sekarang yang mereka pikirkan hanya satu; menghadapi bocah kecil yang punya seribu cara licik yang bisa saja membuat mereka terjebak dan akhirnya merebut nyawa mereka. Dan dengan sangat terpaksa, mereka harus melawan bocah kecil itu.

"Sekarang, kalian keluar, biar saya yang merapihkan kamar ini."

"Om serius? Kalo misalkan Alena tiba-tiba dateng trus nyerang Om gimana?"

"Saya lebih milih saya yang mati daripada kalian yang harus mati. Karena ini semua salah saya yang menceritakan masa lalu Alena ke kalian. Pergilah, saya akan baik-baik aja."

Mereka sempat menatap Om Andri seolah mereka tidak yakin dengan ucapan Om Andri. Dan Om Andri menatap mereka dengan serius untuk meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja.

Akhirnya, dengan langkah yang berat, mereka pergi meninggalkan Om Andri. Sendirian. Fathur yang berjalan paling belakang di antara teman-teman nya, sempat menatap Om Andri yang tersenyum manis sebelum pintu nya benar-benar tertutup rapat.

"Sekarang, kita harus gimana?" tanya Kharisma. Nada suara gadis itu seakan seperti orang yang tidak punya semangat. Sekarang, mereka sedang berjalan menuju ruang tamu.

"Gak ada cara lain selain kita harus melawan Alena," jawab Fathur dengan nada suara yang lemah.

"Lo gila, huh?! Dia tuh licik! Dia punya banyak cara buat ngejebak kita, Tur! Kita bisa aja terjebak lagi di perangkap dia terus mati! Kita aja hampir kejebak kan sama kebohongan dia soal boneka."

Fathur menatap Rahma dengan serius, "Ya terus kita harus gimana?! Diem aja disini sambil nunggu Alena dateng trus bunuh kita?! Gaada cara lain, Rah! Kita harus ngelawan dia! Soal dia punya seribu cara yang licik," ucapan Fathur terjeda sebentar. Rahma sempat tersentak kaget karena Fathur menjawab dengan sedikit membentak. Semua teman-teman nya juga beraksi seperti itu.

Fathur menatap semua teman-teman nya yang menunduk, "Maaf gue jadi ngebentak lo dan bikin kalian semua kaget. Gue... gue cuma takut ada hal yang bisa nyelakain gue dan kalian semua. Gue juga takut, sama kayak kalian, tapi kita gak boleh lari gitu aja. Kita juga gak mau kan ada orang lain lagi jadi korban Alena? Mau nggak mau kita harus cari tau kelemahan Alena dan dengan cara itu kita bisa ngelawan dia."

Mereka---yang sudah duduk di sofa ruang tamu--- langsung menatap Fathur serius, "Tapi kalo kenyataan nya malah beda sama apa yang kita rencanain?"

[GPM : 1] BONEKA YANG HILANG! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang