BYH 24: Petunjuk Dari Alena (lagi)

1.1K 79 3
                                    

"---dia ngejar gue. Gue bener-bener takut banget di mimpi gue. Iblisnya tuh serem banget, sumpah. Gue... takut," jelas Rahma.

Teman-temannya hanya saling memandang. Rahma menunduk sambil mengatur nafasnya yang masih tidak teratur. Gadis itu benar-benar ketakutan. Ya, mereka merasakan itu. Banyak keringat yang meluncur di wajahnya.

Achi tersenyum manis, "udah ya, Rah. Mendingan lo jangan pikirin itu dulu, oke?"

Rahma tidak menjawab dan hanya diam. Dia terlihat masih memikirkan tentang mimpi itu. Kharisma langsung mengambil gelas yang berisi teh dan membawanya ke Rahma. "Nih," ujar Kharisma sambil menyodorkan gelas itu ke arahnya.

"Gue gak haus," Rahma menolak gelas yang diberikan oleh Kharisma.

"Minum dulu. Biar pikiran lo tenang." balas Zidane.

Melihat tatapan teman-temannya yang menyuruhnya untuk minum itu, Rahma menjadi nurut. Dia menerima gelas itu dan meminumnya namun hanya sedikit. Kharisma mendengus, "kok dikit banget minumnya?" tanya Kharisma.

"Kan gue udah bilang kalo gue gak haus."

"Yaudah iya," balas Kharisma.

Sebenarnya, disisi lain Fathur, Zidane, Rayhan dan Hafidz masih memikirkan tentang mimpi yang dialami Rahma. Awalnya mereka pikir itu hanya mimpi dan mimpi hanyalah sebuah bunga tidur. Namun perlahan, pendapat itu runtuh seiring Rahma bercerita lebih jelas tentang mimpi yang dialami dia barusan. Tidak sering Rahma seperti ini. Apa mungkin ini efek kelelahan?

Sekeras apapun mereka berusaha mengusir pikiran negatif tentang mimpi itu, tetap saja mimpi itu terus terbayang di otak mereka. Dan mau tidak mau, mereka kembali masuk ke dalam sebuah misteri yang baru. Tentang siapa Alena yang sebenarnya dan apa hubungannya dengan sosok yang ternyata iblis itu. Ah, ini semakin menyulitkan sekali.

*****

Malam hari telah tiba. Suara-suara kicauan burung hantu mulai terdengar. Angin-angin dingin mulai menusuk kulit mereka. Sekarang, sesuai kebiasaan mereka di rumah Alena dan Om Andri, mereka berkumpul bersama di halaman belakang rumah nenek. Halaman belakangnya cukup luas. Apalagi tidak dibatasi pagar atau apapun yang bisa menghalangi pemandangan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Ada yang sedang duduk-duduk di sofa yang memang sudah disediakan, ada yang bermain lempar-lemparan daun yang mereka gumpal menjadi sebuah bola yang tidak terlalu besar dan ada juga yang menonton sambil meminum teh. Kharisma dan Riri yang sedang bermain lempar-lemparan bola terlihat senang karena mereka berdua banyak tertawa. Nenek hanya melihat kegiatan mereka semua dari ambang pintu dapur yang menghubungkan ke halaman belakang.

"Tur, ngerasa aneh gak sih karena mimpi Rahma?" tanya Hafidz.

"Sedikit. Tapi cukup bikin gue jadi pusing karena mikirin itu terus dari tadi siang," jawab Fathur dengan nada yang jengkel. Hafidz hanya terkekeh dan menatap kembali ke depan---tepat ke arah dimana anak cewek bermain lempar-lemparan. "Apa itu mungkin efek Rahma kecapean ya? Tapi coba deh lo pikir---"

"Gak ah, mikir mulu pusing kepala gue." potong Fathur dengan cepat.

"Eh dengerin dulu. Lo kan temennya, masa tega sih ngeliat Rahma di hantuin mimpi buruk tentang Alena?"

"Ya lo juga temen gue. Masa tega sih ngeliat gue pusing gara-gara kebanyakan mikir?"

"Tau ah, tur. Capek gue ngomong sama orang kayak lo," balas Hafidz. "Gue sih kasian aja sama dia. Karena jarang-jarang loh, eh bahkan gak pernah mimpi buruk yang super aneh kayak gitu. Ya mau gak mau kita harus cari tau tentang siapa Alena yang sebenernya dan hubungannya dia sama sosok yang dibilang Rahma iblis itu," sambung Hafidz.

[GPM : 1] BONEKA YANG HILANG! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang