Hujan

aku benci rasa rinduku

Jika memang rindu diciptakan Tuhan agar pria dan wanita bisa menurunkan sedikit egonya lalu mengakui ia butuh orang lain, lalu aku kira memang rindu ku ini ada gunanya. Tapi jika rindu hanya tercipta dari kenangan kenangan yang ingin kita ulang kembali dari setiap detik menit dalam hidup kita, lalu aku ingin katakan bahwa rindu ku tak ada gunanya sama sekali.

Semuanya dibatasi oleh sesuatu. Pantai membatasi darat dan laut. Pancaroba membatasi musim hujan dan kemarau sedang merindumu adalah batasan yang memisahkan aku dan logikaku. Karena merindumu adalah caraku bertahan hidup tanpa logika. Bagaimana bisa kita semua hidup tanpa rasa rindu? Aku yakin pula jauh jauh di luar sana masih banyak orang yang merindu. Masih banyak orang yang gagal bertemu hatinya. Masih banyak orang yang mungkin bergelimang harta tapi hatinya masih saja merindu.

Aku amat sangat merindukanmu. Dengan segala ketulusan hatiku aku masih merindumu. Aku bahkan tidak bisa mencintai orang lain hanya karena aku sudah merasa kau pernah hadir dan mencintaiku lebih dari apapun. Sampai akhirnya aku pikir percintaan hanya seperti krupuk mlempem yang tidak bisa dinikmati karena mungkin sudah tak ada bunyi. Entah apa yang kau lakukan, aku rasa aku sampai hari ini masih setuju bahwa rinduku kepadamu adalah salah satu alasan kenapa setiap hari aku harus membuka mata dan menjalani hari demi hari.

Di ujung harapan, yang sebentar lagi akan tiba, ada sepucuk sinar yang mungkin muncul dari semburat senyumanmu. Kau bisa memilih untuk membalas rinduku ataupun kau buat rindumu untuk orang lain. Tapi setidaknya aku sendiri pun belum bisa menciptakan rindu yang bukan untukmu. Semoga Tuhan menyampaikan rasa rinduku hari ini dan hari berikutnya hingga semua terbayar tuntas.