Hujan

Rindu jadi guru

Ada kerinduan untuk menjadi guru yang sekali lagi muncul secara serampangan di kepalaku malam ini. Dari sekian banyak kemungkinan, tak pernah bisa aku jawab mengapa dulu aku bisa menjadi seorang guru. Dan malam ini aku harus menghadapi rasa yang tak terbahasakan tentang kenangan menjadi guru.

Nampaknya masih melekat erat di benakku bagaimana asyiknya berinteraksi dengan para murid. Bagaimana mereka bercerita tentang hidup mereka. Aneh rasanya, mengapa aku justru merindukan bercanda, berbincang dengan mereka ketimbang merindukan hal-hal administratif seperti membuat RPP atau silabus. Aku sama sekali tidak merindukan masa-masa menyusun silabus, RPP ataupun mencari materi pengajaran. Ah, ya sudah. Mungkin memang diriku bukan guru yang baik dalam memberikan materi bahasa inggris di dalam kelas.

Banyak hal yang masih aku ingat dalam jelas ketika ada sepercik pijar kenangan yang memantik perasaan sendu malam ini. Aku rasa, aku juga bukan tipikal guru ideal yang bisa dicontoh oleh para muridnya. Namun aku selalu saja tertarik dengan cerita para murid yang mereka berikan. Ada yang konyol, lucu, sedih ataupun ironi.

Justru ketika keputusan untuk mundur sejenak dari keriuhan dunia pendidikan, ada rindu yang menyerbu malam ini. Aku rindu mendengarkan cerita para murid dengan santai tanpa membedakan siapa murid dan siapa gurunya. Menonton pertandingan basket bersama, diskusi, nongkrong, menutup buku pelajaran di kelas, berproses bersama hingga melakukan 'perjamuan' bersama.

Doaku hanya sederhana. Semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan selalu ingat bahwa menikmati proses lebih penting daripada hasil itu sendiri. Semoga kalian juga masih bertahan untuk menjadi baik dan ramah di tengah dunia yang memang keji dan keras.

Sudahlah. Sudah cukup aku rasa bernostalgia malam ini. Aku masih jauh dari kata 'hebat' sebagai seorang guru. Ada thesis yang harus dikerjakan sebelum nanti terjun kembali bersama orang-orang muda.