Tidak kufikirkan apa yang ketiga teman Harry lakukan sekarang, aku berlari keluar dan mengetuk kamar mereka satu per satu, ini bentuk bahagiaku, rasanya tidak ada lagi perasaan sebahagia ini dalam hidupku, aku menemukan Harry dan kuharap semuanya akan berjalan dengan baik, jika boleh, bahkan detik inipun kami ke Belgia akan kusanggupi. Pintu pertama yang terbuka adalah pintu kamar Louis, matanya memicing kearahku seolah tidak terima dengan apa yang ku lakukan.
"Apa kau tidak memiliki waktu yang tepat untuk menggedor pintu kamar seseorang di jam seperti ini?" Aku hanya mendecitkan lidahku, dia hanya tidak tau informasi apa yang kudapatkan. Disusul oleh Liam yang membuka pintu, wajahnya bulat sepertinya ia baru saja bangun tidur.
"Ada apa Jess?"
"Demi tuhan, aku menemukan Harry" sontak kedua mata pria ini melotot, aku kan sudah bilang jika informasi ini benar akan membuat mereka kaget. Liam menarik tanganku dan Louis untuk masuk kedalam kamarnya. Ia mendudukkanku di atas kasurnya yang cukup berantakan. Sedagkan Louis dengan gayanya yang agak sedikt sombong, melipat kedua tangannya di dada dan berjalan mondar-mandir dihadapanku.
"Coba jelaskan!" Liam mulai membuka suara, itu yang akan kusampaikan apa yang kudengar dan apa yang kuketahui.
"TIDAK BISAKAH KAU CEPAT" louis kembali membentak
"Aku mencoba menelfonnya tadi, seorang pria tua mengangkatnya awalnya aku berfikir jika aku salah menguubugi, namun benar saja nama Harry disana. Pria tua itu berkata jika Harry meninggalkan ponselnya dibangu taman sore tadi, lebih tepatnya bangku taman dindekat club malam di Belgia!!!!" Aku sangat bahagia ketika menyebutkan kata Belgia
Louis segera mengambil ponselnya dan membooking tiket kami ke Belgia sekarang juga. Airport tidak terlalu jauh dan jalanan yang sepi memungkinkan kita untuk sampai lebih cepat, karena tidak ada hambatan.
Kami kembali ke kamar masing-masing untuk segera bersiap, Niall yang baru saja bangun juga tidak tahu apa-apa tapi langsung saja mengepak semua barangnya.
-----
"Coba kau hubungi pria tua itu, pastikan jika kita tidak kehilangan komunikasi dengannya" aku mengangguk menerima masukan Louis.
"Halo" suara pria itu kembali terdengan, aku bernafas legah mendengarnya masih memegang ponsel milik Harry
"Aku ada di Belgia sekarang, kami akan mencari pria kriting yang kau maksud kemarin, jika boleh jangan sampai kita kehilangan komunikasi, aku mohon"
"Tentu"
Aku dan ketiga pria ini segera menuju ke taman dimana pria tua itu menjelaskan alamatnya. Tidak terfikirkan olehku jika semuanya akan semudah ini, aku akan bersama Harry kembali, mempercayainya dan tidak akan kubiarkan seseorang mengganggu hubungan kami lagi, bersama Zack kami semua akan bahagia.
Kami berempat berada di dalam taxi menuju taman yang dimaksud, sekarang pukul 12.00 siang, kami harap bisa secepatnya menemukan keberadaan Harry
Cuaca sangat terik ketika kami sampai di taman, seorang pria tua duduk di bangku taman dengan terik matahari sendirian. Aku diminta Liam untuk turun mengingat aku yang berkomunikasi dengannya, sedangkan Louis dari dalam taxi memesan kamar hotel untuk kami beristirahat.
"Permisi" aku mendekat padanya, matanya sayup seprti orang tua pada umumnya. "Apa kau penjaga taman? aku yang menelfon sepanjang pagi tadi"
"Siapa pria yang meninggalkan ponselnya ini?" Aku berangsur duduk disebelahnya
"Dia Harry, paman. Dia kekasihku" aku menunduk menyebutnya kekasihku, ada rasa sedih yang kurasakan, dan mungkin penyesalan.
"Kau tampak sangat mencintainya, lalu mengapa dia juga tampak begitu frustasi?"
"Kami memiliki sedikit masalah kecil, aku hanya ingin tau, dimana letak pasti club malam yang kau maksud" ia menunjuk sebuah gedung minimalis diseberang jalan, sekitar 80 kaki dari sini tidak begitu jauh. Setelah berpamitan dan berterimakasih untuk informasi berharga yang dia berikan. Aku kembali ke mobil dan melanjutkan perjalan ke hotel yang Louis telah booking.
***
Tiga hari berturut-turut kami pergi ke club itu, sekedar mencari keberadaan Harry. Bodohnya ponselnya berada padaku membuat kami benar-benar kehilangan komunikasi dengan dirinya. Liam mulai muak, kekasihnya terus saja memintanya pulang, begitupun Niall yang sekarang sedang flu. Yang membara disini kufikir hanya aku dan Louis
"Sepertinya aku harus pulang" Liam memecahkan keheningan ketika kami sedang berkumpul dikamar Niall yang sedang flu ini
"Harry belum ketemu, dan kau sudah ingin pulang?"
"Dia terlalu kekanak-kanakan dengan cara kabur seperti ini. Aku panik juga khawatir akan dirinya namun Cheryl juga sedang mengandung anak ku, itu membuatku frustasi antara Harry dan dirinya. Maafkan aku Jessy tapi kekasihku membutuhkanku" ia menarik rambutnya kebelakang frustasi, aku mengerti, tidak semuanya harus dirugikan karena Harry. Aku yang bertanggung jawab maka aku yang akan mencarinya.
Louis diam seribu bahasa, kita jelas tak bisa menahannya "aku ikut Liam, flu ini benar menyiksaku, aku butuh ibu ku".
Aku berjalan-jalan keluar gedung berencana mengunjungi club itu meskipun liam dan yang lainnya melarang keras untuk itu, ini adalah hari ke4 kami di Belgia dan sama sekali belum menemukan Harry, apakah pria itu bersembunyi di lubang tikus? Aku mengambil ponselnya dikantung celanaku dan mulai membuka galery nya. Rasa sakit menjalar kesemua sisi tubuhku ketika foto kami berdua disana, bahkan foto ketika aku tidur banyak sekali disana.
Aku merekatkan kardigan yang kugunakan, menutup tubuhku yang kecil agar tidak terlalu dingin, hotel ini tidak terlalu jauh dari club malam itu jadi aku hanya berjalan-jalan menuju club itu. Louis sedang mengantar Liam dan Niall ke bandara itu sebabnya aku berani keluar dan mencari sebuah keberuntungan kali saja aku menemukan Harry.
"Buuukkk" hebat Jessy kau menabrak sesuatu. Ponsel Harry juga jadi jatuh dari genggamanku
"Hei bung, lihat wanita ini dia berjalan sendirian"
"Perlu kami temani?"
"Dia cukup seksi bos, bagaimana jika kau buka kain ini" aku menengok keatas, keadaannya aku berjongkok mengambil ponsel Harry yang jatuh.
**Harry pov
Aku mengumpat dalam hati, ponselku hilang dan bukan tentang ponselnya tapi foto Jessy disana. Aku berjalan sempoyongan dari club menuju taman dimana biasa aku menemukan kenyamanan angin malam. Aku baru saja sadar dari mabuk kerasku beberapa hari yang lalu jadi baru hari ini aku keluar dari apartement ku lagi.
Aku menggosok mataku beberapa kali ketika melihat seorang perempuan yang tampaknya seperti Jess, namun apa? Tidak mungkin jessy berada disini, dalam sedikit sadarku aku mendengarnya menjerit, memohon agar tidak di lecehkan. Aku berdecik ngeri, lagipula jika tak ingin diganggu lantas apa yang dia lakukan tengah malam seperti ini.
Aku terus berjalan, salah seorang dari preman tadi memanggilku mungkin agar aku menikmati pertunjukannya yang sudah mulai membuka kemeja ataukah jaket entahlah aku juga tidak perduli, bahkan jika mereka saling menggauli disana aku juga tidak begitu perduli.
Seperti biasa, aku kembali berbaring di bangku taman, beratapkan bulan-bulan dan langit gelap, mengkhayalkan Jessy berada disisi ku. Bedanya malam ini aku ditemani dengan jeritan dan makian kadang suara gaduh dari ujung sana
"Hei nak" aku kaget ketika pria tua ini datang lagi, dia benar-benar senang mengganggu seseorang
"Ponselmu tertinggal" mataku membulat, rasanya seperti sensasi bir tadi hilang semua, rasanya aku sadar 100%
"Kembalikan padaku"
"Kekasihmu telah mengambilnya, dia mengenalmu dengan baik dari panjang rambutmu sampai tahi lalat yang baru saja kuperhatikan di pinggir dagu mu ini" aku sedikit heran, siapa kekasih yang ia maksud
Harrryyyyyyyyyyyyyyyyyyy
Jeritan itu!! Apa Jessy?????
*****
Ooo sayangku maafkan author yang baru sempat update bad boy, yang nunggu-nunggu terus baru update kamu boleh maki-maki author sekarang. Bebas!!!
Sorry for typo juga yaah author janji deeh, ga telat-telat lagi i.allah kalau ga ada halangan. Maaf yaah. Maaf
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Hendall)
Romansa"Before i met you, i never knew what is was like to be able to look at someone and smile for no reason" -Harry Styles "7 billion people in the world, and my heart choose you am i crazy? or i m in falling love?"-Jessica Jenner