Mahluk setengah burung setengah manusia, mengibaskan tanganya (atau mungkin sayapnya) hingga munculah angin badai yang cukup kencang untuk merobohkan tiang lampu.
Semua penonton dan pemain sudah bergegas meninggalkan tempat pertandingan.
Syafira terpental saat lampu itu jatuh, jatuh ke payung di atas bangku cadangan sebelum ahirnya mendarat tak mulus di tanah berpasir dan pingsan.
Dibanding gadis perak itu, nasib Vero dan Edgar lebih naas.
Vero mengembangkan sayapnya sebagai pelimdung tapi tetap saja lampu jatuh menimpa mereka.
"Ver, kau tak apa?" ucap Edgar panik saat membuka matanya. Dia melihat punggung temanya berdarah dan bulu sayap transparanya rontok sana-sini.
"Aum." masih sempat-sempatnya Vero melahap cemilan di depanya "tenang, cuma– au! Patah" Vero mengerang saat merasakan sakit di punggungnya.
"Selebihnya,gaada yang luka, kok. Tapi bantu aku"kata Vero.
"Gimana?" tanya Edgar
"Yak, gimana lagi, kamu kan penyihir, ucapkan mantra yang bisa bikin lampunya jadi ringan, kek!"Vero sedikit kesal." iya, sebentar."Edgar mendengus kemudian mengucapkan sebuah mantra agar lampu itu menghilang.
"Yo, makasih! ADUH..." Vero kembali mengerang. Sayapnya tak bisa digerakan sama sekali.
"Tumpangan, bang?" Edgar duduk di sapu terbangnya dan bergaya ala tukang ojek.
"Ya. Makasih." jawab Vero sembari naik ke sapu itu."Kita ke unit kesehatan, atau langsung balik ke asrama?" tanya Edgar.
"Ngak, kita lawan dia!" Vero menunjuk alkonost yang berdiri dengan santai.
"Eh, kau serius?" Edgar tak percaya.
"Yah, ini kesempatan untuk membuka segelnya sedikit lagi. Udah gausah bacot, aku bisa melakukanya." kata si pirang itu santai.
"Yasudah," sebuah gumpalan debu melayang di atas mereka. Terpecah jadi beberapa bagian yang salah satunya menjadi lumpur putih.
"Datangi Mrs. Adellide buat penanganan tambahan. Kalau susah pake bajunya minta tolong ke Koko. Sering-sering gerakin sayapmu dan jangan tidur terlentang" ucap Edgar panjang lebar sambil membalut temanya dengan perban.
Vero menembakan jarum-jarum es, dan menggunakan es lain sebagai prisai. Angin badai membuat mereka sedikit oleng, tapi setelah Vero menepisnya, itu bukan masalah lagi.
"Santai dan tetap fokus, ed!" kata Vero.
"Siap! Aku juga bakal bantuin kok, hehe." Edgar mengangkat tanganya, saat tanganya turun, puluhan kerikil menghujani si manusia burung yang terbang tinggi.
"HIIYAT...!" Vero meninju mahluk itu hingga jatuh terpental.
"Sekarang kita turun" komando pemuda pirang nan nekad ini.
Vero berlari menuju si burung yang kembali berdiri tegak. Kibasan anginya merobek baju dan kulitnya, dengan teknik yang sama seperti saat bertanding tadi, Vero memulihkan lukanya.
Tapi ia tak sadar meski teknik regenerasi ini praktis, tapi tak bisa digunakan terus-menerus.
Vero memanggil Koko, seketika pedangnya sudah ditangan.
Saat dia mengangkat pedangnya, sulur-sulur menyembul dari tanah dan langsung mengarah pada burung itu. Lawan telah terikat, giliran Vero untuk menjatuhkanya. Membeset bahunya,memukulinya hingga jatuh dan meletakan kakinya diatas alkonost itu—tentunya Vero masih memakai sepatu bolanya— pedangnya tertancap di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Sya.Ve.Ya: Guardian Friends
FantasyLahir dari latar belakang dan kekuatan yang berbeda. Edgar, Syafira, Vero, dan Maya di pertemukan di sekolah untuk anak-anak berkekuatan ajaib. Takdir juga membawa mereka menjadi sahabat. Mereka mengalami petualangan luar biasa. Puncaknya sabotase...