Syafira: Melodi Hening dan Sebuah Cerita

35 1 0
                                    

A/n:
Di chapter sebumnya di jelaskan Syafira ketiduran di kereta. Chapter ini menjelaskan mimpinya sekaligus masa lalunya. Jadi akan di tulis dengan huruf miring.
Perhatian: banyak skip time pada chapter ini!⚠
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku gengam tangan ayahku seerat mungkin. Suara panik dan tembakan disana sini  membuatku ketakutan. Aku juga mendengar tangisan adiku— Jessica. (Baca:jesika)— tapi aku lebih suka memanggilnya Jesi.

Yah, aku masih 4 tahun dan adiku masih 3 tahun. Jangankan dia. Aku,  bahkan orang yang lebih besar pasti tak suka terjebak disini.

Aku rangkul adiku dengan tangan kananku. Kulihat kanan kiri ada banyak sosok berseragam membawa senapan yang mengeluarkan cahaya aneh.

Siapapun mereka, para orang berseragam itu melawan kumpulan orang yang baik penampilan maupun jurusnya berbeda. Mulai dari  tongkat yang saat pemiliknya komat-kamit tak jelas mengeluarkan petir, sampai sosok yang dibilang mirip hewan bukan, tapi terlalu jauh dari penampilan manusia, bisa menggetarkan tanah.

Pasukan berseragam itu berhenti menyerang kelompok yang satunya dan malah menyerang kami—warga tanpa senjata.

Mata abu-abu ayahku berubah kuning terang. Dia mengibaskan tanganya, dan muncul bayangan kehijauan yang menyapu mereka semua.

Tak lama ku rasakan suara hentakan.
Hentakan yang sanagat banyak
Ku tatap kebelakang.

  Sekarang sepenuhnya kupeluk Jessica dengan kedua tanganku.

Sekumpulan warga berlari menghindari hujan tembakan gila.

Kami berdua tersapu tsunami manusia itu. Aku terjatuh  ditimpa adiku.

Hampir saja kami diinjak.

Di kanan kiriku tidak ada lagi ayah dan ibu. Hanya tinggal suara samar memanggil kami entah dari mana.

"Fira...! Jesi!"

"Syafira...! Jessica..."

Tembakan itu ada lagi. Mengenai mereka warga yang tak sempat kabur
Satu-persatu orang di sekitar kami.

  Perlahan  tumbang.

Ada yang hanya terluka.

Ada yang benar-benar pergi.

Sambil terus beteriak memanggil orang tuaku, aku menuntun Jesi dengan mendorongnya pelan.

DOR...

Sebuah tembakan mendarat di kepalaku. Apapun itu sebenarnya, rasanya panas dan menyakitkan.

Aku terjatuh dan hampir menimpa adiku.

Semua semakin gelap

  Aku takut,

    Putus asa,

      Sakit,

        Semoga ini bukan ahir.

••••

Aku buka mataku. Dimana ini?
Aku terbangun di kasur rumah sakit dalam tenda oranye.

Disini hening sekali.

Adiku ada di bangku sebelahku. Untung dia hanya lecet sedikit.

Mungkin aku menimpa tubuhnya tadi.

E.Sya.Ve.Ya: Guardian FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang