Pertandingan Sepakbola

45 3 0
                                    

Atap sekolah memang jadi tempat menjemur pakaian bagi penghuni asrama.

Sekali lagi Syafira memperhatikan lengan bajunya yang terkoyak.

"Kamu sedih karena ngak punya baju ganti?" entah datang dari mana, Vero sudah ada di sampingnya.


"Penyedia beasiswa ngasih aku dua stel seragam utama termasuk sepatunya. Aku sedih karena hal lain."
Syafira tampak Murung.

"Hmm... Aku tau!" Vero membuat Syafira bingung
"Soal telingamu, kan? Yah, ngak ada yang minta jadi sepertimu. Tapi mungkin kamu lebih sempurna dari orang yang bilang kamu ga sempurna" Vero menelipkan rambut Fira kebelakang telinga dan mengusapnya.

"Makasih, ver" Syafira tersenyum.

"Eh itu apa?" Syafira memperhatikan kumpulan baju yang dipangku Vero.

"Ya-yang mana?" entah kenapa Vero panik.

"Yang merah ini!" Vero sedikit lebih tenang.

Ternyata Fira mengambil baju bolanya

Warna baju itu merah dengan detail putih dibagian tangan dan pinggang. Tertulis nama lengkapnya di punggung dan nomer 19.

"Kau pemain bola?" mata biru shapire itu berbinar dan semakin terbuka saat Vero mengangguk.

"Aku pemain junior di tim sepak bola lokal. " tambah Vero sambil menggaruk tengkuknya.

"Keren banget! Aku denger kalau masuk tim lokal itu sangat sulit." kata Fira.

"Aku baru ingat!" Vero merogoh kantungnya "ini tiket untukmu,Edgar dan Maya. Pertandinganya lusa. Dateng,ya!" lanjutnya sambil memberikan tiga lembar tiket.

Syafira berterimakasih dan langsung berlari dengan semangat seperti biasa.

••••

Edgar duduk di meja belajarnya. Mencoba konsentrasi ditengah kebisingan temanya yang memutar musik pesta. Edgar menjatuhkan kepalanya diantara buku-buku. Menggeram saat musiknya bertambah keras. Tanpa pikir panjang pemuda bermabut coklat itu membereskan bukunya. Mengabil sweater dan melangkah pergi.

Suasana malam benar-benar dingin dan mencekam. Tak ada pantulan sinar bulan atau kerlipan manja gemintang. Lampu taman dan lorongpun tak ada yang menyala. Edgar menuju kamarnya Vero.

Pendengaranya jadi lebih tajam, apapun terasa lebih mengerikan.

Vero meringkuk di kasur kecilnya. Mendengar siaran radio malam melalui headphone.

"Dua puluh mei atau hari ini. Tepat tiga belas tahun yang lalu, terjadi pembunuhan sadis yang dilakukan pemuda berambut pirang. Kepala korban robek sehingga arwahnya selalu memakai penutup kepala. Setiap tanggal dua puluh mei, arwahnya gentayangan untuk membalaskan dendamnya-menyerang lelaki manapun yang rambutnya pirang. Jadi jika rambutmu pirang, kau harus menutupinya malam ini" dan benar saja, Vero menutupi kepalanya dengan selimut.

KERRREK...

Pintu kamarnya terbuka perlahan. Sosok berpenutup kepala masuk ke kamarnya.

JEGER.....

Kilatan petir menyambar diluar. Vero merasa seseorang di belakangnya.

"AAAAAAAA!"

dengan kepala yang masih dibungkus selimut, Vero menghunuskan pedangnya.

"HANTU!" Edgar juga memekik ketakutan karena selimut terlihat seperti mengambang. Belum lagi dia ditodong pedang katana.

Satu sama lain jadi terlihat mengerikan berkat ruangan yang gelap.

"Lho, Edgar?" Vero membuka selimutnya.

"Jadi itu kamu, Vero?" Edgarpun menanggalkan jaketnya.

"Ahahahaha-" mereka tertawa bersamaan. Menertawakan kekonyolan masing-masing. Kemudian lampu dinyalakan agar suasana tidak terlalu tegang.

"Jadi, aku kesini karena dikamarku terlalu berisik. Boleh kan aku numpang disini." pinta Edgar.

Vero malah mengaduk-aduk lemarinya.

"Boleh! Sori cuma ada biskuit keju."Vero menyodorkan biskuit yang ditaruh di piring kertas.
Edgar melihat rak penuh buku di sisi kamar.

"Wah,koleksi bukumu banyak juga" Ed mendekat ke sebuah sisi penuh buku-tersusun rapi di rak dari kardus dan triplek.

"Aku emang suka baca. Tapi bukan kutu buku juga, sih." ucap Vero santai.

"Aku berasa masuk perpus. Disini semua ada. Buku pengetahuan, sastra,bsampe komik dan novel ringanpun ada. Eh- ?!" Edgar menyusuri rak buku. Sampai tersendat karena melihat sebuah buku. "Agar Kamu Jadi Teman yang baik"

"Hihi, memang gaada yang bisa hidup tanpa teman. Vero... Vero." Edgar terkekeh.

••••

Hari yang Vero tunggupun ahirnya tiba. Ketiga kawanya juga sudah duduk di kursi penonton.

Mereka sedikit jadi pusat perhatian karena Maya malah memakai gaun pink pastel bercorak bunga warna-warni. Dan Edgar membawa berbagai jenis makanan dalam jumlah yang banyak. Namun Syafira- tampil sesuai dengan hoodie merah, kaos putih dan celana pendek. Di gengamanya ada segelas limun- secara tak langsung ikut dilihat karena duduk diapit mereka.

Peluit tanda permainan dimulai telah ditiup. Bola langsung direbut pemain berkaos hitam-oranye. Tim berkaos merah mencoba menghalangi namun gagal. Skor kini 0-1

Bola masih dikuasai tim lawan. Tiba-tiba Vero merebutnya, berlari seperti tak ada yang menghalangi, kemudian menendang bola sekeras-kerasnya ke gawang. Penonton bersorak. Skor satu sama kini.

Bola diumpan kesana-kemari oleh tim berkaos merah. Hingga ahirnya sampai pada Vero. Tapi tim lawan menjaga lebih ketat. Bola bahkan sempat terrebut. Namun bukan hal berat bagi si pirang ini untuk mendapatkanya lagi.

Tiba-tiba dia dicakar creatures dari tim lawan. Sontak peluit di tiup dan medis beedatangan. Lelaki yang mungkin manusia serigala itu diberi kartu kuning. Sedangkan Vero menolak dibawa oleh medis
Remaja pirang itu malah menjilati tanganya dan menempelkanya pada lukanya. Vero tersenyum puas saat lukanya mulai menutup.

Dia kembali berdiri, berjalan pincang namun cepat,dan kembali berlari.

Babak kedua berjalan alot. Tak ada yang sanggup memasukan bola. Yang ada hanya bola melambung diatas mistar, dan perebutan bola tanpa ujung.

Adu penalti jadi jalan terahir. Kurang satu gol lagi, pemenang akan jelas. Lelah sudah pasti dirasakan setiap pemain setelah sembilan puluh menit. Penontonpun merasakan hal yang sama.

Vero menyeka keringatnya. Menjibakan poninya kesamping, sekarang semua tergantung dia. Hanya perlu menormalkan nafasnya dan membulatkan tekad.

Dia mulai menendang













"WOHO...GOOOOL!!!" Awalnya hanya Syafira yang berteriak saat bola masuk dengan mulus ke gawang. Sedetik kemudian bangku penonton mulai riuh dengan sorakan kemenangan.

"Ya,itu dia! Pertandingan dimenangkan oleh tim ibu ko-AAAA!" Ucapan komentator terhenti saat bumi berguncang.

Papan skor ringsek saat sesuatu menabraknya. Mengenai kursi penonton.

Seekor monster aneh berdiri di rerundtuhan itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yo! Long time no see :v
Kalau kalian punya kritik dan saran buat cerita ini, tumpahin aja ke kolom komentar. Aku berusaha agar cerita ini lebih baik.

Keep reading and vote

E.Sya.Ve.Ya: Guardian FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang